Part 4

16.1K 2.6K 499
                                    

SUARA tamparan keras terdengar begitu pilu. Boa menatap tak percaya ke arah Jaehyun; bibirnya bergetar menahan isakkan. Sebuah kejutan untuknya saat melihat rupa Taeyong ketika lelaki yang berstatus sebagai suaminya itu pulang kerumah.

"Apa yang kau lakukan pada Taeyong?!" teriak Boa sembari menangis; sementara Taeyong kini duduk di atas sofa. Matanya menatap lurus ke arah Jaehyun yang masih memasang wajah datar.

Yah, wajah Taeyong di penuhi oleh memar karena ulah Jaehyun tadi siang di kantor. Meskipun sudah di obati, namun tetap saja masih terasa begitu nyeri dan perih. Pukulan Jaehyun tidak main-main.

"Apa ya? Memukulnya?" ujar Jaehyun sinis. Tampran Boa bukan apapun untuknya; ia merasa puas karena sudah menyakiti Taeyong tadi siang.

Jika saja Lisa tidak datang, mungkin saat ini Taeyong sudah terbaring di kasur rumah sakit dengan luka yang lebih parah. Bisa jadi ada beberapa bagian tubuh yang patah karena Jaehyun tidak mau menahan diri.

"K-kau!" Boa menggelengkan kepala; merasa malu akan tingkah Jaehyun. Seolah tidak pernah di ajarkan sopan santun. Ia menundukkan kepala; menangis lebih kencang. Boa pikir semuanya akan berjalan lancar, namun tidak, Jaehyun masih keras kepala.

Melihat sang Ibu menangis; Jaehyun terdiam. Tidak berani mengeluarkan kata-kata yang mungkin lebih menyakiti hati sang Ibu; sekilas ia sempat melirik Taeyong yang juga terdiam. Sial! Ia yakin sekali bahwa lelaki mungil itu tertawa di dakam hati karena Boa memarahinya.

"Jaehyun.. Mommy mohon, apa perlu Mommy bersujud padamu hm? Tolong, jangan bersikap kurang ajar terhadap Taeyong." suara Boa terdengar tersendat; tenggorokannya tercekat karena berusaha menahan tangis.

Jaehyun berdehem pelan; sampai kapanpun ia tidak akan memberi hormat kepada Taeyong karena Jaehyun merasa hal itu sangatlah tidak penting. Untuk apa bersikap sopan kepada seseorang yang hanya memanfaatkan Ibunya?

"Aku tidak ingin membicarakannya." Jaehyun segera berlalu dari sana dan pergi ke lantai dua; tempat dimana kamarnya berada.

Meninggalkan Boa yang jatuh terduduk di lantai sembari menangis, Jaehyun tidak bisa seperti itu! Taeyong sama sekali tidak pantas untuk di benci, apalagi di salahkan.

"Noona." Taeyong melangkah mendekati Boa dan menarik wanita yang lebih tua darinya itu ke dalam pelukan; kedua tangannya bergerak mengusap punggung Boa yang bergetar.

Taeyong memiliki hutang budi pada Boa atas apa yang telah wanita itu lakukan di dalam hidupnya. Bukankah Taeyong pernah mengatakan bahwa ia tidak akan pernah menjadi apa-apa tanpa Boa? Sebisa mungkin Taeyong akan menjaga Boa, karena wanita itu adalah segalanya.

"Maafkan aku Taeyong.." gumam Boa lemah; ia menenggelamkan wajah di dada Taeyong. Merasa bersalah karena sudah menempatkan lelaki itu di dalam situasi seperti ini.

"Tidak apa Noona, tidak apa. Aku akan bicara pada Jaehyun nanti." yah meskipun mereka berdua mungkin akan kembali melakukan baku hantam.

Namun tidak masalah. Taeyong harus membuat Jaehyun mengerti, mereka tidak bisa selamanya terus memusuhi satu sama lain seperti ini. Taeyong tahu jelas apa yang ada di pikiran Jaehyun tentangnya, tapi sungguh, ia tidak berniat untuk menguras atau bahkan mengambil harta Boa begitu saja.

Bukankah sekarang Taeyong bekerja sebagai Direktur dan selama dua minggu ini harga saham naik karena kerja kerasnya. Itu tandanya Taeyong tidak mengambil untung begitu saja; ia juga berusaha agar perusahaan milik Boa maju pesat.

"Apakah tidak apa jika kau berbicara pada Jaehyun?" Boa mendongak; menatap wajah Taeyong yang di penuhi lebam biru. Belum lagi ada luka sobekan pada dahi karena terantuk kayu pajangan di ruangan Jaehyun.

Don't Mess Up My Tempo《Jaeyong》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang