05. My Future Wife

2.3K 218 22
                                    

Le, aku di lamar.

Aleta langsung tergopoh-gopoh menuju Apartment Cleosa setelah mendengar kalimat itu. Beberapa menit yang lalu, sahabatnya itu menelepon, dan langsung mengatakan kalimat itu, tanpa embel-embel lain nya. Sontak saja, dia terkejut. Dia jadi tidak peduli dengan putri kecilnya yang sedang menangis. Untung saja ada Ben, suaminya, yang menggantikan.

"Cley, siapa yang melamar mu?! Astaga, harus kah aku mengumumkan seluruh dunia kalau Cleosa akhirnya menikah?" Ucap Aleta setelah Cleosa membuka pintunya. Sang empunya hanya memutar bola mata saja.

"Kenapa tidak membawa anak-anak mu?"
"Setidaknya izin kan aku masuk dulu Cley" Kesal Aleta yang membuat Cleosa terkekeh. Lantas dia segera mempersilahkan sahabatnya masuk.

"Well, aku menyerahkan mereka pada Ben. Jadi katakan, siapa yang melamar mu?" Lagi-lagi Cleosa hanya memutar bola matanya.
"Cley, aku benar-benar ingin mencukil kedua matamu itu. Sialan!" Geram Aleta.

"Cley, katakan!" Detik itu juga, Cleosa langsung menghempaskan tubuhnya pada ranjang. Karena memang mereka berdua ada dikamar Cleosa. Sebenarnya, Cleosa hanya mengikuti Aleta. Ibu dua anak itu langsung menuju kamar setelah dipersilahkan masuk.

"Lelaki--"
"Tentu saja! Memang nya kau mau menikah dengan sesama jenis?!" Cleosa bangkit. Menatap tajam mata Aleta.
"Aku belum selesai Le! Dasar ibu-ibu, bawaannya selalu marah" Aleta berdecih.

"Yasudah, jadi siapa orang nya? Apa dia tampan? Pekerjaan nya apa? Dan bagaimana cara dia melamar mu? Apakah romantis?" Cleosa mencengkeram bantal yang ada di depannya. Kesal, tentu saja. Pertanyaan Aleta seperti daftar belanja bulanan. Sangat panjang.

"Dengar. Aku tidak tahu seluk-beluk tentang dia. Dia hanya mengatakan padaku, kalau kita dalam posisi yang sama. Maksudnya, aku selalu di desak menikah, begitupun dengan dia. Jadi dia melamar ku. Katanya, itu akan saling menguntungkan" Ucap Cleosa menggebu-gebu.

"Jadi? Dia tidak mencintai mu?" Cleosa mengangguk sangat yakin.
"Jadi aku harus bagaimana?"
"Apa dia tampan?" Cleosa coba mengingat lagi wajah Sehun. Lalu kepalanya mengangguk. Cleosa akui, dia memang tampan. Meskipun wajahnya selalu datar.

"Dia memang tampan. Tapi tidak setampan Mr. Lewis" Aleta tidak peduli. Pokoknya dia benci Mr. Lewis yang sudah mencampak kan sahabatnya. Meskipun sebenarnya, dia tidak salah. Cleosa saja yang berharap lebih pada CEO nya. Tapi bukan kah seorang sahabat begitu? Dia akan membenci pria yang telah melukai hati sahabatnya.

"Apa dia memakai barang-barang branded?" Cleosa langsung mengangguk yakin. Karena tadi pagi, ketika dia mengambil hoodie milik Sehun di lemarinya, dia melihat berbagai macam merk ternama memenuhi isi lemari itu. Dan mobil Lamborghini yang tadi mengantarnya pulang, lengkap dengan supir tampan nya, jelas-jelas membuktikan kalau Sehun bukan dari kalangan orang biasa. 

"Kalau begitu, terima saja Cley. Kurang apa coba? Dia tampan dan kaya. Tidak seperti Ben. Melamar ku saja hanya dengan modal nekad. Astaga, kenapa aku menikahinya sih"

"Kau mau kalau sahabat mu ini nantinya kurang perhatian dan belaian, huh?! Setidaknya Ben mencintaimu, Le. Sedangkan pria itu? Sudah jelas-jelas dia melamar ku hanya karena kita bernasib sama saja. Dia tidak mencintai ku. Bukan, lebih tepat nya, kita tidak saling mencintai"

"Cley dengar, cinta itu bisa tumbuh seiring berjalan nya waktu. Kau dan dia bisa belajar saling mencintai nantinya. Dan percayalah Cley, menikah hanya dengan modal cinta itu bullshit! Percuma dia mencintaimu kalau tidak kerja keras. Kau mau dikasih makan apa huh?!" Ucap Aleta serius. Dia sampai menatap lekat-lekat mata Cleosa. Seperti seorang ibu yang memberikan perhatian pada anaknya. Mungkin karena Aleta sudah memiliki anak. Jadi, jiwa keibuan nya langsung muncul begitu saja, ketika melihat seorang gadis,yang kesepian ini, bercerita panjang lebar.

CLEOSA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang