Revan, Si Budak Cinta

3.8K 201 9
                                    

Revan Peter Aland. Banyak sekali hal luar biasa dari dirinya. Mulai dari wajah tampan nya dan kemampuan fisik nya.

Revan itu ganteng. Dengan kulit putih nya yang bersih, mata tajam dan kelam nya, suara beratnya, badannya yang kelewat bongsor. Membuat dia mudah disorot dimana pun dia berada.

Revan itu punya banyak sekali julukan di sekolah. Mulai dari si anak pemberi donatur sekolah, sampai si boss besar sekolah.

Diberi julukan anak donatur sekolah karena tentu ayahnya adalah salah satu donatur disekolah nya. Diberi julukan boss sekolah karena tidak ada satupun yang berani melawan nya.

Ketua tawuran, si penindas, si pembolos, si tukang onar, si pembangkang.

Semua hal itu membuat mereka terlalu takut pada bocah tinggi dan besar itu.

Iya, semuanya takut. Kecuali satu orang.

"MINGGIR MINGGIR BINI GUE MAU LEWAT!!" teriak Revan keras sekali disepanjang koridor kelas sepuluh. Dengan alay, dia menghalau semua orang yang ada di koridor pagi itu. Membuat beberapa orang menatap dia dengan geli, namun tak berani secara langsung.

Gadis yang sedang berada dibelakang Revan itu meringis, meminta maaf pada beberapa orang yang digusur oleh Revan. "Maaf, maaf" ujarnya sedikit malu juga.

Gadis itu menatap kedepan, mendengus pelan saat melihat Revan masih dengan gaya berlebihan. Berjalan kearah pemuda itu cepat, menarik ujung seragam pemuda itu dan berjalan cepat.

"Udah berapa kali gue bilang, jangan begitu. Malu!" bisiknya heboh pada pemuda bongsor itu.

Terlihat begitu menggemaskan. Tubuh gadis itu yang begitu kecil dan mungil membuat dia terlihat semakin kecil saat berada di samping Revan.

"Kan biar beda gitu, say" sahut pemuda itu alay. Merangkul gadis yang hanya sampai se dadanya itu.

Raina nama gadis itu. Dia mendecih pelan, "say, say. Jijik ya" peringat nya lalu pergi meninggalkan sang kekasih.

Revan tertawa riang melihat gadis itu sudah berjalan jauh.

"Calon istrikuuuu!!"

____

Hujan 💓

Gue g kekantin, lagi mens. Mager

Darah dong?

Revan tertawa kecil melihat tanda ceklis biru dipesan nya. Hanya dibaca, namun tidak dibalas.

Memang Raina seperti itu, dia tidak suka membalas pesan.

Revan bangkit dari duduknya berjalan cepat menuju kelas sang pujaan hati.

Revan itu sudah terlalu jatuh cinta dengan Raina. Dari awal gadis itu masuk sekolah, Revan sudah jatuh cinta oleh matanya.

Banyak sekali yang bilang Revan dan Raina itu kelewat tidak cocok.

Dalam pakaian, Raina itu rapi sekali. Pakaian nya licin dan harum, tidak kepanjangan atau kependekan, tidak ketat, namun sedikit longgar. Sepatunya selalu sesuai dengan peraturan sekolah, tidak pernah terlambat, tidak pernah bolos, selalu mengerjakan tugas, mengikuti organisasi dan ekskul dengan rajin dan baik.

Berbanding terbalik dengan Revan.

Apalagi, Revan itu besar dan bongsor. Galak dan kasar. Berbeda dengan Raina yang kecil dan kalem. Ketimbang memaki, dia lebih suka tertawa.

Meski semua perbedaan itu terlihat begitu mencolok, tak membuat Revan ataupun Raina mengambil hati. Kalo Raina hanya menanggapi hal itu dengan tawa kecil, maka Revan akan langsung menonjok orang itu saat itu juga.

Karena Revan sudah jatuh cinta pada saat mereka bertemu untuk pertama kalinya.

Flashback

Pemuda bongsor itu berlari kencang sepanjang koridor. Dengan dibelakang nya, Pak Udin guru BK.

Benar-benar terlalu cepat, bahkan beberapa murid yang berada di koridor langsung terjatuh setelah mereka berlari dengan hebohnya.

"MINGGIR WOYYY, NTAR GUE DIBUNUH!!!" teriak Revan keras menghalau semua orang yang ada di koridor untuk menepi.

Gadis berbadan kecil itu mendengus pelan, membawa buku-buku yang diberikan oleh Bu Dian. Kenapa juga harus dia yang mengambil nya sendiri?

"WOYY MINNGGGGIRRR!!"

Raina menoleh kearah pemuda yang berteriak keras dan berlari kencang kearahnya. Melotot kaget karena dia yakin pemuda itu tak akan bisa menghindari dirinya, begitu pun sebaliknya.

"AWAAAASSS!!!" "AAAAA!"

Tubuh Raina terlempar keras hingga melayang, membuat semua mata tertuju pada gadis itu. Dengan buku yang berterbangan kesana kemari, wajah panik dan terkejut setiap orang.

Raina jatuh terbanting di lantai dengan keras. Revan melongo kaget. Bukannya merasa bersalah, pemuda itu malah jatuh hati karena melihat gadis itu tampak begitu cantik.

Raina meringis kesakitan, memegang bokongnya yang pertama kali mendarat, nyaris menangis jika tak ingat dimana dia sekarang.

Revan berjalan cepat menuju gadis itu. Jongkok didepan gadis itu.

Dan yang berikutnya membuat semua orang melongo kaget.

Revan menggendong gadis itu ala pengantin baru.

"Eh?" gumam Raina bingung saat dirinya tiba-tiba digendong begini.

Revan tersenyum tipis, "halo bidadari" ujarnya tak nyambung, menoleh pada pak Udin, "pak nanti buku nya tolong dikumpulkan yaa, saya bawa pacar saya ke UKS dulu"

Flashback end

"Sayangnya Revan~~~" teriak Revan keras saat masuk dalam kelas nya Raina, 10 MIPA 1.

Raina yang awalnya menelungkup kan kepalanya kini mendongak menatap Revan yang sudah datang dengan plastik putih bening berisi dua roti lapis.

Tersenyum kearah pemuda itu, yang sudah duduk di depannya. Dengan wajah riang dan bahagia nya.

"Sakit perutnya beb?" tanyanya lembut membuat hati Raina menghangat.

Raina tersenyum tipis, "engga kok, Van" ujarnya.

"Manggil Kakak atau apa kek" ujar pemuda itu agak kesal, memberikan satu roti lapis pada Raina, "biar keliatan manis nya"

"Lo ga pantes di manis in Revan" jawab Raina cuek, mulai mengunyah roti lapis itu.

Revan mendecih, "iya juga, gue layak nya dicintai" sahutnya. Mulai makan roti lapis nya.

Raina tak peduli banyak hanya memakan roti nya. Berbeda lagi dengan Revan yang sekarang malah memperhatikan gadis itu lamat lamat .

Revan...... dibuat jatuh cinta setiap saatnya.

ur_helena

GOBLOK COUPLEWhere stories live. Discover now