Dasar Revan

1.4K 164 8
                                    

Istirahat jam kedua. Raina berjalan keluar kelas dengan malas. Dia duduk di kursi panjang yang ada didepan kelas.

"OY PACAR!" teriak seseorang saat Raina baru saja mendaratkan bokongnya di kursi.

Raina menoleh dan tersenyum tipis saat melihat Revan berdiri disana. Seperti biasa cowok itu selalu berantakan.

Celana kotak kotak nya sobek dibagian lutut, kemejanya tak dikancingkan sama sekali sehingga kaos hitamnya terlihat, rambutnya basah, dasi dia ikatkan di keningnya, tangan kirinya memegang sebuah keresek putih khas indomaret dan sebuah sweater hitam. Penampilan Revan berbanding terbalik dengan Raina.

Baju Raina yang pas dan selalu dimasukan ke dalam, selalu memakai dasi dan sabuk, memakai sepatu yang sesuai dengan peraturan sekolah, tidak memakai make-up. Benar-benar sebuah perbedaan.

Revan dengan langkah ringan menghampiri Raina yang tersenyum padanya.

"Apa tu? " tanya gadis itu.

"Ohh ini Kiranti" ucap revan mengeluarkan sebuah botol kaca dari dalam plastik.

"Buat apa?" Raina meringis kecil. "Lo yang beli?" tanya gadis itu tak percaya.

"Ya buat lo lah dan jelas gue yang beli!" ucap Revan bangga.

Raina terkekeh mendengar hal itu dari Revan. Dia membayangkan bagaimana mungkin seorang revan berbadan besar dan berwajah sangar membeli sebuah Kiranti yang untuk perempuan.

"Perut gue ga sesakit itu elah,"

"Yahhhh.." dia berujar kecewa lalu duduk disamping Raina. "Padahal gue juga udah beli softex." ucapnya lagi sambil mengeluarkan sebuah pembalut dari dalam plastik.

Tawa Raina pecah. Nyaris semua orang di koridor menatap kearahnya secara spontan. Cantik sekali. Matanya membentuk eye smile dengan sempurna, senyuman yang mengembang di wajahnya. Waktu seakan berhenti, mereka begitu menikmati tawa gadis kecil itu.

"Revan, Revan, udah ntar gue minum ama pakai di rumah." ucap Raina mengambil pembalut dan Kiranti dari tangan Revan lalu memasukannya kembali ke dalam plastik.

"Ck, ngambek ah." ucapnya manja.

Mana Revan yang terkenal galak?

"Kenapa? Perasaan gue yang datang tamu kok lo yang sensitif?" tanya Raina geli.

"Kan gue mau liat lo pakai pembalut.." ucap Revan tanpa dosa.

"HEH MULUT LU YA!" ucap Raina sambil mencubit Revan.

Gadis itu memberhentikan aksinya. Lalu kembali menatap arah yang berlawanan dengan Revan.

"Ngambek nih?" tanyanya menggoda.

Raina menghiraukan Revan.

Revan terkekeh. Raina ini sangat manis di matanya.

Pemuda itu mengambil sweater hitamnya. "Pake, gue mau liat" ucap cowok itu memberikan sweater itu pada Raina.

Raina menoleh lalu mengambil sweater itu dan membentangkannya di atas udara. "Kebesaran ini mah.." ucapnya.

"Kan sweater gue, kata cewek dikelas gue. Kalo cewek halangan dan bocor, gue harus punya Kiranti, softex ama jaket. Katanya itu tindakan yang bisa buat cewek baper," ucapnya ringan tanpa beban, menjelaskan.

Raina terpaku. Tak menyangka bahwa Revan sampai bertanya tanya seperti itu.

Ini lebih dari manis....

Meski Raina tidak bocor, tetap saja tingkah Revan ini membuat hati gadis itu menghangat.

"Hehehehe maaf ya, gue ga peka.." ucap Revan meringis kecil.

Ini sudah lebih dari peka. Revan rela menanyakan hal memalukan pada teman mu, rela ke minimarket hanya untuk membeli barang wanita yang bisa membuat dirinya menahan malu.

Raina berdiri lalu memakai sweater kebesaran itu. Benar-benar kebesaran, lengan gadis itu sudah tenggelam, panjangnya sampai setengah paha gadis itu. Namun, gadis itu tampak begitu kecil dan menggemaskan.

Revan tersenyum lalu mengacak-acak rambutnya Raina. Gadis itu tampak begitu manis.

"Cantik banget sihhh!!" ucap Revan gemas.

"Baru sadar lo?" tanya gadis itu angkuh.

Revan terkekeh. Lalu berdiri dan mendekat pada gadis itu. "Ga kok, dari awal gue jumpa ama lo juga udah sadar lo cantik." ucap Revan dengan intonasi suara yang berat.

Dia mendekat kan bibirnya ke telinga Raina. "Tapi sayang," bisik cowok itu.

"Kenapa?"

"Dada lo rata." ucap Revan cepat, setelah sepersekian detik mengatakan itu dia berlari.

Raina menggeram kesal lalu berlari mengejar Revan. Padahal dia sedang datang bulan.

Ya, mereka berlari di koridor sekolah. Ditengah keramaian, dan tanpa malu malah berteriak-teriak.

"REVAN!!!"

"SIAP ADINDA!"

Tak ada yang merasa kaget kok, bahkan beberapa orang merasa bersyukur karena ada Raina.

Semenjak Raina dan Revan berpacaran, Revan tidak pernah lagi membully orang, kecuali orang yang memang cari masalah dengannya.

"REVANDO BABI!!"

"IYA RA! GUA JUGA SAYANG AMA LO!"

ur_helena

GOBLOK COUPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang