Sederhana Namun Bermakna

1.3K 143 7
                                    

Raina duduk di depan meja belajar.

Mulai membaca latihan soal di depannya dan mengisinya secara tenang dan baik.

Padahal dia baru saja pulang sekolah, namun langsung belajar.

Benar-benar gadis yang kelewat rajin.

"Kok ga dapat ya?" gumamnya bingung sendiri karena jawaban nya tak sesuai dengan opsi yang ada.

Gadis itu kembali mengerjakan soal dengan tenang.

Ringtone handphone Raina membuat fokus gadis itu teralihkan. Gadis itu mengambil handphone-nya dan melihat siapa yang meneleponnya.

"Halo Revan," ujarnya setelah mengangkat telepon dari sang kekasih.

"Rarararararaaaa"

"Iya kenapa?" tanya gadis itu lembut, menutup laptopnya dan berjalan menuju kasurnya yang ada didekat jendela.

"Huweeee" rengek Revan dari ujung sana, "kesini donggg, Mama ga pulang, Bi Ati liburrr. Laperrr "

Raina mengusap wajahnya pelan. "Semalam gue letak empat bungkus Indomie goreng pedas di rak dapur yang paling atas," ucap Raina.

"Gue kan ga bisa ngidupin kompor!"

Raina menghela pelan, lalu bangkit dan mengambil hoodie-nya. "Gue kesana, tunggu ya?" ucapnya membuat Revan berteriak kesenangan di sana.

---

Raina turun dari motor yang dia tumpangi itu, tersenyum ramah pada sang pengendara dan memberikan sejumlah uang, "Nanti saya kasih bintang lima ya mas! Terima kasih!!" ucapnya manis.

Pemuda berjaket hijau khas ojol itu tersenyum meringis, "Makasih ya dek," ucapnya lalu pamit dari sana.

Raina berjalan menuju rumah besar nan megah didepan nya dengan plastik putih khas minimarket.

Terlalu besar menurut dirinya untuk dihuni oleh tiga orang anggota keluarga dan seorang pembantu.

Raina berjalan masuk tersenyum ramah pada sang satpam, "Halo pak Adit" sapanya ramah.

Pak Adit tersenyum ramah, "Eh, neng." balas pak Adit sama ramahnya, "Mau nemenin den Revan ya?" tebaknya.

Gadis itu meringis kecil, "Iya nih, Revan nya minta dimasakin." ucap Raina sambil mengangkat kecil plastik yang dia pegang.

"Ohhhh, cepat masuk ntar den Revan nya malah pingsan.."

Raina terkekeh kecil, "mari pak," pamitnya.

Raina membuka pintu itu, mengucapkan salam dan masuk dalam rumah itu.

Berjalan tenang menuju pemuda yang tengah tergeletak di lantai dengan mata terpejam dan memegang perut dramatis.

Raina menghela pelan, memijat pelipisnya, "Revan bangun jangan mati." ucapnya menendang pelan kaki pemuda itu.

Tak ambil pusing, Raina berjalan menuju dapur mulai memasak biasa. Karena dia hanya membeli sosis dan beberapa snack tadi.

Mengambil panci dan kuali, memanaskan air dan menuangkan minyak di kuali namun kompornya sama sekali belum dinyalakan.

Raina berjalan menuju rak makanan paling atas, melompat untuk membukanya. Namun sayangnya badannya yang terlalu kecil itu membuat dia tak sanggup menggapai nya.

Melihat sekitar, mencari sesuatu yang dapat membantu nya. Lalu menemukan sebuah kursi kayu dan mengambilnya.

Raina gemetaran berdiri diatas kursi itu, membuka rak dan mengambil tiga bungkus mie.

Saat ingin melompat turun, kakinya terpeleset hingga-

"DUARRRR!" teriak Revan sambil menggendong gadis itu bak pengantin yang baru menikah. Pemuda tampan itu tertawa melihat wajah pucat Raina.

Raina menggeram kesal, lalu memukul dada pemuda itu, "Turunin!" perintahnya.

Revan menurut, menurunkan gadis itu, masih dengan senyuman gelinya, "Berat kamu berapa sih? Ringan banget," ucapnya.

Raina menendang kaki pemuda itu lalu menyalakan kompor, menunggu minyak dan air panas.

Tiba-tiba sadar akan sesuatu.

Revan bilang aku-kamu an?

Gadis itu berbalik, menatap Revan sinis. "Lo aku-kamu an?" tanyanya sedikit mendelik.

Revan balas mendelik, "Dihh suka cogan!" ucapnya sewot.

Raina mendengus pelan, lalu membuka bungkus sosis dan menggorengnya beberapa batang. "Jangan aku-kamu an, gue geli." ujarnya tajam.

Revan langsung mendelik heboh. "Dihh suka aku dong! Kamu kan pacar aku! Lagi pula orang pacaran itu biasa ngomong aku-kamu!" ucapnya sewot.

Raina menatap pemuda itu sinis. "Jangan sewot, suara lo keras." ucapnya yang kini mulai membuka plastik Indomie dan memasukannya dalam panci berisi air.

"Ngelarang mulu! Kaya aku tahanan aja!" teriaknya malah makin menjadi.

Raina menghela, membuka satu persatu bumbu mie itu dan mengangkat sosis yang sudah matang.

"Kenapa sih ga mau aku-kamu an?! Kan lucu sih! Masa lo-gue an? Kita kaya ga pacaran Rainaaaa!!" hebohnya membuat Raina menghela nafasnya lelah.

"Revan ga geli?" tanya gadis itu kini berbalik dan menatap pemuda jangkung itu.

Revan mencuatkan bibirnya, sok imut. "Emang kenapa geli?" tanyanya.

Raina menepuk pelan kepala pemuda itu. "Dulu lo yang bilang geli kalo aku-kamu an atau panggilan sayang lainnya." ucapnya datar.

Revan kembali merengek tak jelas ketika Raina mulai meniriskan mie dan meletakkannya di atas piring yang sudah memiliki bumbu.

"Ga mau tau, aku mau aku-kamu an!!" rengeknya mulai menarik-narik baju Raina membuat pergerakan gadis itu terganggu.

Raina menghela. "Jangan ganggu." ucapnya kini sudah membagi mie itu dalam dua piring yang jelas porsi salah satu jauh lebih banyak. Dia juga meletakkan sosis di kedua piring itu.

"Ga mau tau!" rengek pemuda itu lagi kini sudah duduk di lantai sambil menendang udara.

Raina menghela lalu berjongkok menatap pemuda itu lalu tersenyum.

"Kamu ga makan? Udah aku masakin loh," ucapnya meski agak bergidik ngeri.

Revan menyeringai lebar.

ur_helena

GOBLOK COUPLEWhere stories live. Discover now