Deon, Si Pengejar Cinta

1.9K 146 11
                                    

Nama nya Gideon Albert, atau kerap dipanggil Deon si ketua OSIS.

Deon....

Dia itu ganteng. Kulitnya khas orang Indonesia, sawo matang, badannya tinggi dan kaki nya panjang, dia punya aura pemimpin yang kuat, sangat ahli dalam memainkan alat musik.

Deon ini tipe-tipe boyfriend material banget.

Orang nya baik, dia kaya, sangat penyayang, pendengar yang baik, lucu dan orang yang pintar.

Banyak sekali cewek disekolah yang menyukainya. Bukan sekedar mengagumi, namun benar-benar sudah jatuh cinta dengan sosok Deon.

Hanya saja. Tak ada yang tahu bahwa Deon menyukai seseorang. Ralat, dia sudah jatuh cinta pada gadis itu.

"Nak Deon tolong bawa kan ini ke kelas 10 MIPA 1 ya, buku latihan kimia" ujar Bu Syarifah pada Deon yang baru saja mau keluar dari ruang guru setelah dipanggil Pak Joko.

Deon menoleh, lalu tersenyum pada guru paruh baya itu, "iya bu" ujarnya menerima tumpukan buku itu dari tangan Bu Syarifah.

Bu Syarifah tersenyum, "makasih ya nak, sekalian tolong bilangin ibu ga masuk karena ada rapat" ujar ibu itu lagi.

Deon mengangguk, tersenyum manis. "Duluan ya buk" pamitnya.

Bu Syarifah mengangguk lalu membiarkan Deon keluar dari ruang guru.

Berjalan santai menuju gedung kelas sepuluh. Tersenyum beberapa kali pada orang yang menyapanya.

"Siang Kak Deon" ucap salah satu adik kelas malu-malu dengan beberapa teman nya.

Deon tersenyum cerah, "siang, kenapa ga masuk kelas?" tanyanya.

Beberapa adik kelas itu terlihat ingin memekik senang karena Deon terlihat begitu ramah pada mereka.

"Mau ke kantor, Kak. Nganter ini" ujar adik kelas itu sambil mengangkat tumpukan buku nya.

Deon tersenyum lalu mengangguk, "ya udah, Kakak duluan ya" ujarnya manis.

Ketiga adik kelas itu mengangguk lalu membiarkan Deon pergi.

Deon terkekeh pelan, lalu mendengus kecil.

Apa apaan adik kelasnya itu? Bertingkah sok manis membuat Deon sedikit geli.

Yang manis itu hanya Raina.

Matanya yang bulat dan jernih, rambutnya yang panjang dan sedikit bergelombang, poni rata nya yang tipis, bibir merah mudanya yang kecil, kulit putih nya yang lembut, badannya yang kecil.

Deon benar benar sudah jatuh cinta pada gadis itu.

"Permisi.." ujar Deon pada penghuni kelas itu. Dengan cepat, matanya menjelajah isi kelas.

Gadis itu sedang merunduk dan memainkan laptop nya di ujung kelas.

"Iya Kak Deon" ucap salah satu adik kelas, menghampiri Deon dengan manis, "kenapa Kak?"

"Ini buku latihan kimia, bu Ifa nya ga masuk. Ibu itu ada rapat, mungkin kelas kalian jamkos, karena tadi Kakak ga dikasih tahu ada tugas atau tidak" ujarnya panjang sambil masuk dan meletakkan buku itu di meja guru.

"Oke Kak, makasihhh ya Kak" ucapnya.

Deon tersenyum lalu mengangguk. Kembali mengintip kecil gadis itu yang tak sadar atau pura-pura tak sadar atau sadar namun tak peduli, Raina masih sibuk dengan kegiatannya.

Deon berjalan keluar kelas itu. Berjalan tenang menuju kelasnya yang berbeda gedung.

Raina itu... Benar-benar kurang ajar.

Bagaimana dia bisa membuat Deon secinta ini?

Dari awal masa MPLS, Raina sudah membuat Deon tunduk. Raina membuat harga diri Deon jatuh hanya untuk dirinya.

Deon mendengus pelan, melihat kearah lapangan basket.

Revan dan teman-teman nya sedang bermain basket padahal setahu Deon sekarang mereka harusnya belajar sejarah di perpustakaan.

Deon mendengus lagi.

Bagaimana mungkin Raina berpacaran dengan cowok seperti itu?

Sadar diperhatikan, Revan menoleh pada Deon yang sedang berjalan dipinggir lapangan.

Dengan gaya angkuhnya dia melempar bola basket itu kearah Deon. Untunglah Deon punya refleks yang bagus sehingga dia bisa menangkap bola itu.

"Gue ga punya masalah ama lo" ujar Deon dingin, melempar bola itu kearah Revan.

Revan menangkapnya dengan cepat, terkekeh sinis, "tapi gue punya" ujarnya.

Deon tersenyum sinis, tak peduli banyak kembali berjalan.

Revan dengan cepat menarik bahunya kebelakang, "gue tau lo tadi malam ngechat pacar gue" geramnya.

Deon berbalik, "terus? Urusan sama lo?" tanyanya.

"Jangan ngemis, hidup lo udah kasihan, makin kasihan ntar" sinis Revan lalu pergi begitu saja tanpa peduli bahwa Deon sudah menahan amarah.

ur_helena

GOBLOK COUPLEDonde viven las historias. Descúbrelo ahora