19. Selamat Ulang Tahun, Sayang

2.2K 253 0
                                    

Hembusan napas yang terasa di tengkuknya membuat Adiva terbangun. Melawan nyeri yang seolah bersekutu dengan mual, ia menegakkan punggungnya. Rasanya ada beban berat yang menimpa perutnya, ia pun melirik ke bawah. Benar saja, sebuah tangan tengah melingkar. Memeluknya seolah Adiva guling. Mendekapnya dari belakang. Erat, tapi tak menyakitinya.

Adiva menengok ke belakang, bertemu dengan wajah Kenzie, tertidur pulas menjadikan lengannya sebagai bantal. Wajah Kenzie damai sekali. Rasanya Adiva ingin membelai wajah itu. Namun, gerakannya terhenti saat Kenzie mulai membuka mata. Menjadikan tangan Adiva menggantung di udara. Adiva segera menjauhkan tangannya. Ia berusaha bangun, dengan sigap Kenzie langsung membantunya.

"Masih pusing?" tanya lelaki itu setelah membantu Adiva duduk dengan benar.

"Dikit."

"Padahal aku mau bawa kamu ke suatu tempat."

Adiva nampak tertarik. "Ke mana?"

"Ada, deh. Sengaja gak ngasih tau kamu biar jadi kejutan."

Adiva cemberut. "Huh, oke."

Kenzie tersenyum. "Oh, ya, kar'na sore ini kamu udah boleh pulang, aku udah siapin barang-barang kamu dan udah aku taruh di bagasi. Sekarang tinggal nunggu kamu siap-siap aja. Maunya aku bangunin kamu, tapi aku gak tega. Malah aku yang ketiduran," papar Kenzie. Memberi kelegaan di hati sang pasien.

"Em, Zie."

"Ya?"

"Gue pengen nengokin Kak Elmi."

Kenzie menatap Adiva sedikit lama sebelum menjawab permintaannya. "Nggak," putusnya.

Adiva berdecak. "Sebentar doang, kok."

"Nggak, Sayang. Ini udah waktunya kamu pulang. Kamu mau kita diusir dari sini kar'na gak pergi-pergi?"

"Ih!" Adiva meninju lengannya pelan.

Kenzie terkekeh. "Jangan cemberut, dong. Nih, aku punya hadiah buat kamu." Kenzie menyerahkan sebuah kotak besar dengan sampul berwarna merah yang semula dia simpan di laci.

Adiva merobek kemasannya dan membuka kotak itu dengan antusias. Matanya melebar melihat gaun cantik berwarna putih di dalamnya. Adiva terpana. Ini hadiah yang indah.

"Selamat ulang tahun, Sayang."

Adiva menoleh dengan mata berkaca haru. "Lo inget?"

"Mana mungkin aku lupa sama ulang tahun kamu. Maaf, aku cuma bisa ngasih kamu ini. Sebenernya aku bingung mau ngasih kamu hadiah apa. Kar'na aku liat gaun ini cocok buat kamu, ya udah aku beli ini aja. Kamu suka?"

Adiva mengangguk cepat. "Suka banget! Makasih!" ucapnya dengan senang memeluk Kenzie.

Kenzie membalas pelukannya. Menyalurkan rasa sayang yang ia miliki. "Kalau kamu suka dipakai, dong."

Adiva turun dari brankar dibantu Kenzie. Kenzie menitahnya sampai ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan berganti baju. Setelah pintu kamar mandi tertutup sempurna, Kenzie mengeluarkan ponselnya menghubungi seseorang.

"Semua udah siap?"

"Siap semua, Bos! Tinggal tunggu lo dateng."

"Bagus, kalau gagal ... gue makan lo!"

"Kenapa, sih, gue harus, selalu, dijadiin tumbal lo, Ken?"

"Tanya aja sama nyokap lo."

"Tapi nyokap gue—"

Kenzie langsung menutup sambungan telfonnya, ia sudah menduga Andre akan membicarakan hal yang tidak penting. Sekitar sepuluh menit, Adiva keluar dari kamar mandi.

TE AMO, KENZIE ✓ Where stories live. Discover now