Chapt 8

2K 110 0
                                    

Setelah hari itu—saat aku menemani Bara memberi kado ulang tahun Mamanya. Kami jadi lebih dekat. Tak jarang, dia ikut berkumpul juga saat ada Kemal dan Ghea.

Yah, setidaknya kehadiran Bara sedikit membuat hatiku terobati saat Kemal menggoda Ghea di depanku.

Seperti hari ini, Kemal dan Bara sedang bermain basket. Kemal berulang kali mengumpat saat Bara terus menerus berhasi mencetak point. Ghea yang berada di sampingku terus bersorak meneriakan semangat untuk Kemal. Aku tak mau kalah, aku menjagoankan Bara.

Setiap kali mencetak point, dia akan berlari ke arahku dan kami melakukan tos. Sesekali dia mengusap puncak kepalaku. Aku melirik Kemal saat Bara melakukannya, dia hanya berdecih di tempat. Entah karena kekalahannya atau karena melihat hal itu.

Aku terus menyoraki Bara. Ghea juga tak mau kalah, dia begitu bersemangat. Hingga botol bekas minum pun dia jadikan media untuk membuat suara bising yang bertujuan agar Kemal kembali bersemangat.

Aku begitu serius dengan Ghea. Hingga pada detik berikutnya aku terkejut bukan main saat satu tetesan darah jatuh di tanganku. Aku menunduk segera. Lalu menyentuh hidungku.

Astaga! Aku mimisan.

Buru-buru aku berlari ke kamar mandi. Aku tak perduli tatapan heran Bara, Kemal atau pun Ghea.

***

Setelah membersihkan hidungku. Aku mendongak. Menatap cermin. Bayangan sosok yang pucat pasi didepan sana membuatku nyaris tak percaya. Wajahku benar-benar pucat. Bibirku kering. Dengan kantung mata yang terlihat cukup menonjol.

Apa aku sakit? Tapi, aku merasa bersemangat hari ini.

Kuhembuskan napas panjang. Lalu mengeluarkan liptint dari saku kameja. Mengaplikasikannya pada bibir agar wajahku kembali terlihat segar.

Yah, mungkin aku hanya kecapean. Dan hanya perlu beberapa kali untuk istirahat.

—©©©—

Seperti yang sudah-sudah terjadi beberapa minggu belakangan. Sekarang Bara yang mengganti Kemal untuk mengantar jemputku. Dia bagian mengantar Ghea. Ya, aku tahu apa maksudnya.

Saat kami keluar dari sekolah. Bara memelankan laju motornya. "Lo kenapa tadi lari pas gue mau nyetak point?"

"Gue kebelet."

Dia hanya ber-oh ria. "Mau gue traktir gak nih?"

Aku berpikir sejenak. Ah, aku pengen istirahat saja. " Enggak deh Bar. Gue capek banget hari ini."

"Oke bos! Next time, okey?"

"Sip!"

"Pegangan!" Ucapnya sambil menaikan gigi motor. Spontan aku langsung memeluknya. Bara memang rajanya tukang modus!

—©©©—
Tap/Scroll of Next..
Tinggalin jejak dan jangan jadi silent rider :)

Abeliya (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang