21«ketidakpekaan

248 16 1
                                    

ANJANI menyantap makanan rumahan nya di meja makan. Mamahnya menatap heran, mengapa anak nya memakan begitu lahap nya

uhuk..uhuk..”

“kalau makan tuh pakai jeda. Jangan rakus gitu” tegur mamah Anjani

Anjani sibuk meminum air putih lalu menetralkan nafas nya.

“assalamualaikum,” suara khas wildhan mulai menggema di istana kecil milik Astaf

“waalaikumsalam. Abis darimana kamu?” tanya mamah nya yang sedang duduk di sofa

“main futsal” jawab wildhan lalu mencium tangan Nirina
“wildhan keatas dulu ya mah,” sambung nya lalu berjalan ke arah kamarnya

“oh iya, Jan. Kamu masih ikut silat di padepokan, kan?” tanya Nirina

“udah jarang mah,”

“kenapa gak di giatin lagi?” tanya Nirina lagi

“liat nanti deh mah,” jawab Anjani sekenanya lalu melanjutkan makan nya lagi
*****

SHEINA menghampiri kakak nya yang sedang duduk di pinggir kolam. Sheina duduk lalu ikut mencelupkan kakinya kedalam air

“kak,”

Zafran berdeham.

“boleh sheina peluk kakak?” tanya sheina

Zafran mengerutkan keningnya “kesambet apaan lu?”

Tanpa persetujuan terlebih dahulu, sheina memeluk kakak nya erat. Rasanya ia ingin mencurahkan semua isi hati ke kakak nya namun tidak bisa.

“sheina mau kembali ke masa kecil,” ucap sheina yang masih berada di pelukan Zafran

“kenapa emang?” tanya Zafran lalu memeluk balik sheina

“biar gak ngerasain jatuh cinta” jawaban sheina membuat Zafran tertawa kecil

“kenapa lagi Arkan lu itu?”

“gapapa-” sheina melepas pelukannya

“arkan tuh bukan tipe cowok pekaan. Dia tuh dingin. jadi deketin dia bukan dengan cara dingin juga melainkan dengan cara hangat agar si Arkan lo itu mencair sama lo” ujar Zafran

“kalau cowok tipe es kayak dia terus satu cewek berhasil bikin dia mencair, gimana?” tanya sheina

“itu artinya si es itu akan serius sama cewek itu” jawab Zafran

“dan sayang nya gue bukan cewek yang bisa mencairkan sifat es seorang Arkan” ujar sheina dalam hati

Zafran merogoh saku celana nya lalu mulai menelpon orang di seberang sana,

“aku jemput didepan rumah”  ucap Zafran di sambungan telepon

“siapa kak?” tanya Sheina setelah melihat kakaknya mulai beranjak

“dd emesh” jawab Zafran
*****

Anjani berdiri di sebelah Zafran. Mata mereka saling bertatap lurus, pemandangan hamparan luas beserta matahari yang mulai terbenam.

“jan,” Anjani menoleh

“jangan pergi ya kayak matahari disana” ucap Zafran

Anjani menatap sebentar matahari yang dimaksud Zafran tadi lalu tersenyum kecil “tapi indah. Bohong kalau ada yang bilang pemandangan ini gak indah,” ucap Anjani

“tapi buat apa terlihat indah kalau ujung-ujungnya pergi” balas Zafran

“pergi itu pasti ada alasan yang jelas. Ga mungkin tiba-tiba pergi gitu aja”

“zafran ngerasa akhir-akhir ini Anjani jauh” ucap Zafran “kayak menghindar-” sambung Zafran pelan

Anjani terdiam. Matanya tetap menatap lurus.

“deket kayak dulu lagi ya?-” ucapan Zafran terpotong oleh Anjani “kita itu cuma teman dekat dari kecil, bukan sepasang kekasih. Jadi gak usah ngerasa kehilangan gitu kalau gue ngejauh,” ujar Anjani

“gue tahu. Tapi gue ngerasa janggal kalau lu menjauh” ucap Zafran

anjani mengeluarkan dari kantong hoddie yang ia gunakan, botol dan dua kayu yang ujung nya berbentuk lingkaran “main tiup balon aja yuk, zaf” ucap Anjani

“ah lagi diajak ngomong serius juga” keluh Zafran

Anjani menarik zafran, berlari kecil menuju ujung hamparan bukit setelah sampai Anjani membuka botol yang berisi campuran air dan sabun lalu mencelupkan kayu tadi.

“dicelup, lalu ditiup. Gampang kan” ucap Anjani lalu balon yang di buat Anjani mulai terbang

Zafran menatap datar Anjani “zafran mau coba? Oh mau. Ini” Anjani seperti bermonolog sendiri. Ia langsung memberi balon dan kayu

Zafran mengambil lalu mempraktikkan apa yang di lakukan Anjani sebelum nya. Dan selanjutnya balon mulai berterbangan.

“senyum zaf” ucap Anjani

“kalau Anjani tetap mau menjauh, Zafran gamau” jawab Zafran

Anjani menarik paksa ujung bibir Zafran yang membuat bibir Zafran tersenyum.

“tinggal gitu doang susah banget, zaf” ucap Anjani

Zafran mencelupkan jari nya ke botol isi sabun itu lalu memeperkan ke pipi Anjani.

“zafran!”

Zafran langsung berlari dengan Anjani yang mengejar nya dan ditontoni oleh senja di kala itu.
*****

Pukul delapan malam, Zafran dan Anjani masih di tengah macet nya ibukota. Anjani yang sebelum nya tidur di motor dengan kondisi memeluk Zafran, terbangun.

“belum sampai juga, zaf?”

“belum. Macet banget sampai gak bergerak” jawab Zafran

Anjani melepas pelukan nya “zaf,”

“anjani,”

“aku harap besok gak seperti ini,” ucap Anjani

“gak seperti ini gimana?” tanya Zafran

“pergi lebih baik zaf,” ujar Anjani

“zafran gak akan mau pergi!”

“sudah seharusnya. Kejar cewek yang lu suka” ucap Anjani “gue gak bisa diposisi lu suka sama yang lain sedangkan gue suka-” Anjani menggantung kan ucapan nya sendiri

“suka apa?” ucap Zafran gemas

“gak ada” balas Anjani cepat

“ayo lah Jan,”

“bukan apa-apa”

Who is my heart fill?   [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang