Bab 1

12 3 1
                                    

Matahari mulai menyingsing dengan terik, tanda pagi telah terbit. Langit yang tampak gelap menjadi sangat cerah, diselingi oleh awan yang ikut bersapa ria. Itulah apa yang dianggap oleh semua orang, kecuali seorang gadis yang masih berada di atas ranjang tidurnya. Gadis itu menggeliat dengan gelisah, ia mengerang kecil disetiap geliatannya. Diiringi dengan suara dentingan dari rantai-rantai yang bersentuhan mengikuti gerak tangan dan kakinya. Bulir-bulir peluh mengalir dengan deras pada dahinya yang bekernyit.

Sang gadis terbangun dari mimpi buruknya dengan napas terengah - engah. Ia menggunakan tangan kanannya yang tertahan oleh borgol rantai, untuk menahan kepalanya yang terasa sangat berat seraya mengatur deru napasnya. Aileen, gadis yang selalu ditemani oleh mimpi buruk disetiap malamnya. Mimpi yang sama, yaitu, dibunuh, disiksa, dikuliti, dibunuh hidup-hidup dan semua penyiksaan lainnya. Dunia nyatanya maupun dunia mimpinya sama, penuh siksaan. Mimpinya pun kali ini dipenuhi oleh siksaan yang sangat menyakitkan.

Tubuhnya diikat di atas sebuah papan datar, tepat di atas dahinya terdapat sebuah timba. Ember itu berisi air yang terus-menerus menetes dari lubang kecil di tengahnya. Kakinya disirami dengan air garam, agar dijilati oleh seekor kambing dengan rakus. Aileen tahu penyebab dari semua ini, karena, dia adalah monster. Dan semua itu bermula pada saat itu.

***

"Ayah, Ibu, Aileen pergi bersama dengan teman Aileen yang lain, ya?" tanya Aileen kecil.

Ibunya dari dalam datang menghampiri Aileen. Ia mengelus pelan rambut anak satu-satunya itu. "Iya sayang, jangan terlalu larut. Nanti saat Ayahmu pulang melihat kamu tidak ada, ia akan marah besar." jawab Ibunya lembut.

"Iya, Ibu. Aku sayang Ibu."

Aileen mengecup pipi Ibunya, lalu pergi menghampiri temannya yang sedang menunggunya di luar pekarangan rumah milik Aileen. Sebelum ia pergi dengan temannya, Aileen selalu menyempatkan diri untuk melihat tamannya. Taman bunga yang Aileen buat bersama dengan Ibunya seminggu yang lalu. Digarap dengan sangat rapih dan teratur, lalu menanamkan bibit bunga matahari di dalam tanahnya. Aileen selalu menyiram tamannya setiap hari. Saat pagi maupun malam, tanpa terlambat sedikitpun.

Aileen melihat tunas kecil yang keluar dari tanah, lalu tersenyum senang. Ia menyentuh pelan kuncup tanamannya dengan hati-hati. "Cepatlah mekar, bunga. Agar Ibu bisa menikmati keindahan dirimu," bisik Aileen. "Aku pergi dulu, Ibu!"

Aileen berjalan dengan cepat menghampiri teman - temannya dengan riang. Ibunya hanya melambai-lambaikan tangannya, dan tersenyum melihat kepergian putri semata wayangnya. Ekspresi wajahnya berubah dengan cepat. Ia memandang taman yang baru saja dihampiri oleh anaknya. Kuncup tanaman yang baru setinggi dua sentimeter, langsung meninggi dengan cepat. Tanamannya tumbuh lebih cepat sejak disentuh oleh anaknya. Tanaman kecil yang masih berbentuk pucuk, dalam jangka waktu satu menit, menjadi tanaman dewasa dengan bunga matahari besar terpampang.

Ibunya berjalan dengan langkah lebarnya masuk ke dalam rumah. Ia berjalan ke dalam dapur lalu mengambil pisau dapur miliknya. Dia berjalan ke taman milik anaknya itu, lalu memangkas bagian-bagian dari sang tanaman. Ibunya mengambil tunas mungil cadangannya yang berada di gudang milik keluarganya. Dicabutnya dengan perlahan akar-akar tanaman sebelumnya lalu menggantinya dengan tunas mungil baru.

Ibunya menyeka peluh yang keluar dari dahinya dengan punggung tangannya, ia meletakkan kembali alat berkebun miliknya. Tanaman yang baru saja ia pangkas. Dibawa masuk ke dalam rumah, lalu dilempar ke dalam perapian rumah mereka yang masih menyala. Tanaman itu terbakar dengan perlahan, dengan warna hijau yang sangat subur, sekarang berubah menjadi abu.

Ia menatap perapiannya dengan tatapan yang sulit dimengerti. Terlihat seperti dingin tetapi juga terlihat sedih. Anak satu-satunya memiliki kekuatan aneh seperti ini. Tidak ada yang boleh mengetahui tentang hal ini. Bahkan, Aileen sendiri tidak pernah menyadari apa yang telah ia perbuat. Tentu saja itu karena Ibunya yang selalu menutupi semua hal-hal aneh itu.

It's All a LieHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin