Bab 2

7 4 0
                                    

Tubuh yang bergetar dari seseorang yang tergeletak di atas tanah. Seorang anak perempuan kecil sedang ketakutan berada disana. Sebelah tangannya, ia gunakan untuk menutup bibirnya. Deret giginya tidak bisa berhenti saling bergemeletuk. Sepasang kakinya sudah lemas tak berdaya, ia tidak bisa kembali berdiri dan berlari seperti seharusnya.

'Bagaimana ini? A-aku tidak bisa menggerakan sedikit pun kakiku.' paniknya.

Gadis itu berusaha sekuat tenaga, dengan menyeretkan kedua kaki kecilnya. Dibantu oleh kedua tangannya dengan mengais – ngais tanah. Keringat dingin tiada hentinya keluar seluruh tubuhnya. Baru kali ini gadis itu merasakan hal yang sangat mengerikan ini seumur hidupnya. Ia terus – menerus berusaha bergerak, sampai salah satu kakinya mengenai ranting pohon yang sudah mengering. Ranting itu hanya mengeluarkan suara yang sangat pelan, tetapi tidak pada saat ini. Suasana yang sangat mencekam ini, membuat suara patahan yang sangat keras.

'Tidak ... tidak! Tolong ... tolong jangan sampai ketahuan!' bisik gadis dengan wajah pucat pasi.

Gadis itu mencengkeram tanah dengan sangat kuat, ia terus menggelengkan kepalanya dengan kencang. Pikirannya dipenuhi dengan apa yang akan terjadi padanya nanti. Apa gadis itu akan mengalami hal yang sama seperti yang ia lihat.

Suara langkah kaki pelan semakin lama, semakin terdengar jelas di kedua telinga sang gadis. Air mata telah lolos dengan sempurna. Detak jantung yang berdetak tidak karuan menyerang dirinya dengan sangat mengerti situasinya. Dan, sekarang. Suara langkah kakinya berhenti di belakangnya.

Gadis itu menatap takut, ke arah sumber suara, 'Tidak! Aku akan benar – benar berakhir sekarang!' gadis itu menutup matanya dengan sangat erat, dengan tubuh yang terus bergemetaran.

"Hm? Lily?"

Gadis itu membuka matanya perlahan menatapnya. Peluh yang masih ada pada dahinya mengalir dengan perlahan. "A-Aileen?" jawabnya gugup.

Anak perempuan yang baru saja, dipanggil namanya oleh Aileen. Menelan ludahnya dengan susah payah, setidaknya hal yang baru saja Lily bayangkan untuk sekarang tidak akan terjadi.

"Sedang apa kau disini? Astaga! Mengapa keringatmu bercucuran banyak sekali."

Aileen mengeluarkan sapu tangan yang disulam sendiri oleh Ibunya, setiap hari disaku pakaiannya. Lily yang tadinya ragu – ragu, akhirnya menerima sapu tangan itu dengan tangan yang masih bergetar. Namun, ada yang aneh. Kemana perginya semua bercak darah yang terpercik dibaju dan tangannya. Lily mengusap dahinya, sembari memperhatikan keseluruhan tubuh dan pakaian Aileen. Noda darah yang ada pada tubuhnya, benar – benar musnah.

"Disini bahaya sekali, Lily. Mengapa kau keluar malam-malam begini." tanya Aileen sekali lagi.

Lily tidak menjawab satu pun pertanyaan yang dikeluarkan oleh Aileen. Bayangan – bayangan dari kejadian yang baru saja, terjadi masih belum bisa ia lupakan. Ia hanya terus mengangguk dan menggelengkan kepalanya saja.

Aileen masih bingung dengan sikap Lily saat ini. Tidak seperti biasanya ia seperti itu. Lily adalah seseorang yang sangat periang dan aktif. Tapi, saat ini ia seperti gadis yang sangat pendiam, yang tidak pernah bergaul dengan siapapun.

"Sebaiknya kau pulang sekarang, Lily. Orangtuamu pasti mencari dirimu."

Sekarang pun Aileen masih memandangi dirinya yang terus saja mengangguk seperti sebelumnya. Lily berjalan dengan pelan mengikuti saran yang diajukan oleh Aileen. Sekarang, Aileen benar – benar sendiri berada di ladangnya.

"Mengapa aku disini?" tanyanya pada diri sendiri.

Aileen menoleh sekitarnya, dan melihat ladang mereka yang telah hancur. Ia jatuh terduduk dengan bahu yang bergetar. Lalu ia mengangkat kedua tangannya, untuk melihat apa yang sedang menempel pada telapaknya.

It's All a LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang