Prolog

8.3K 1.1K 184
                                    

Brokenhearted
Prolog

Dari balik pepohonan kiara payung yang berjejer, Anne dapat mendengar gelak tawa. Gadis itu berlari dengan kaki telanjang menapak rerumputan hijau segar lalu mengintip dari balik sebuah pohon. Tampak Tuan Ekasastra, Nyonya Riana, dan putra-putri mereka tengah bercengkerama di bangku taman dekat kolam renang.

Jantung Anne berdebar-debar melihat Tuan Albert, putra ketiga, yang baru saja tiba dari kota. Pipi gadis itu merona, matanya berbinar, dan hatinya seolah dipenuhi bunga-bunga bermekaran. Sudah hampir setahun ia tidak bertemu pria baik hati itu, dan rasa rindunya kini dapat terpuaskan hanya dengan melihat sosoknya.

Tertangkap oleh indra pendengarannya suara jernih pria itu, membuat jantungnya berdetak lebih cepat.

"Aku akan menikah, Ayah, Ibu, dengan seorang wanita pelanggan restoranku. Saat ini ia sedang beristirahat di penginapan dekat sini. Jika kalian setuju, malam nanti aku ingin mengundangnya makan malam bersama kita."

Senyum perlahan luruh dari wajah gadis belia berusia empat belas tahun itu. Tanpa sadar bulir-bulir air mata mengaliri pipinya yang tampak empuk untuk dicubit, merona bagai buah tomat yang sudah ranum.

Tuan Albert akan menikah? Mengetahui hal ini membuat dada Anne sesak. Tidak mau mendengar lebih jauh percakapan hangat keluarga Ekasastra, gadis itu pun berbalik pergi kembali ke rumah keluarganya yang mungil, mengurung diri di kamarnya.

Isakannya teredam bantal bersarung putih yang senada dengan seprai pembungkus kasur sempitnya. Sakit yang ia rasakan membuat nyeri di perut dan ulu hatinya.

Terdengar ketukan di pintu kamarnya setengah jam kemudian, sementara Anne masih meringkuk menahan nyeri di ulu hati. Pintu terkuak, dan sang Ibu masuk.

"Anne, kamu kenapa, Nak?" Tergopoh-gopoh wanita itu menghampiri putri sulungnya.

"Sakit ... dadaku, Bu."

"Sakit?" Panik menerjang Emilia. Ia pun memanggil putra bungsunya yang saat ini tengah menonton televisi untuk meminjam motor keluarga majikannya untuk membawa Anne ke klinik.

Beberapa saat kemudian, muncul Albert di muka kamar Anne, mengejutkan Emilia.

"Tuan Albert?"

"Kata Riko, Anne sakit? Biar aku yang antar ke klinik."

"Jangan, Tuan Albert kan baru datang dari kota, Tuan sebaiknya istirahat, biar Riko saja. Lagi pula kami tidak ingin merepotkan Tuan Albert."

Albert menggeleng dan menghampiri ranjang Anne lalu meraih gadis itu ke dalam gendongannya. Ia menatap Emilia.

"Anne sudah kuanggap adikku sendiri, jadi kalau terjadi sesuatu pada Anne, aku tidak bisa diam saja."

"Terima kasih, Tuan." Emilia menunduk hormat.

Di antara rasa sakit tubuhnya, ucapan Albert kembali menyadarkan Anne bahwa pria berusia dua puluh delapan tahun itu hanya menganggapnya adik. Ya, lagi pula jika dilihat dari sisi mana pun, ia hanyalah seorang remaja bertubuh kurus dengan wajah khas anak-anak.

Isakannya makin keras membuat Albert yang berjalan sambil menggendongnya terkejut.

"Apa sakit sekali, Anne? Kamu tahan, ya. Klinik kan dekat sini." Ia menoleh pada Riko dan meminta anak laki-laki kelas 6 SD itu membukakan pintu mobil penumpang untuk Anne. "Kamu ikut, pegangi kakakmu." Lalu Albert menyetir mobilnya keluar dari gerbang rumahnya menuju klinik.

🍁🍁🍁

Anne tidak bisa tersenyum bahagia di hari pernikahan Albert. Matanya nanar memperhatikan pasangan pengantin tampan dan cantik itu mengucapkan ijab kabul. Kelopaknya dipenuhi air mata hingga memburamkan pandangannya.

Brokenhearted by EMERALD a.k.a. Putri PermatasariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang