🕊04. Pulang Bersama

6.2K 438 32
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

⚠️ Ambil baiknya, buang buruknya⚠️

⚠️ Jangan menjudge cerita sebelum membaca seluruhnya⚠️

📖 Selamat membaca 📖

🕊🕊🕊

"Kamu sudah selesai?"  Tanya seseorang yang membuat Fika terlonjak kaget.

"Astaga."

"Biasakan mengucapkan kalimat tauhid, Astaghfirullah bukan astaga. Kata yang kamu ucapkan membuat salah arti." Peringat Rafa.

"Udah ceramahnya? Kalau gitu gue mau nanya apanya yang udah selesai?" Dengan nada seperti biasanya.

"Iya, kamu sudah selesai salat?"

"Salat? Gue? Hah Impossible," Katanya sambil berlalu di hadapan Rafa dan kembali masuk kedalam mobil.

"Astaghfirullahulazim, ya Allah bukakanlah pintu hati gadis ini agar bisa kembali kejalanmu."

"Pak, ayo dong. Katanya mau nganterin pulang," teriaknya dari dalam mobil tanpa menghiraukan pandangan orang.

"Tunggu sebentar."

"Ah lama lo," desisnya saat Rafa sudah duduk di kursi kemudi.

"Afwan."

Di perjalanan hingga sampai di depan rumah Fika, Rafa dan Fika hanya terdiam. Fika yang berada di kursi belakang dan Rafa di depan, hanya ada keheningan di antara mereka.

"Kamu di rumah tinggal sama siapa?"

"Ayah sama ibu,"

"Kamu anak tunggal?"

"Dulunya Iya, tapi karena ada anak pungut itu jadi sekarang gue ada saudara." Katanya dengan nada tak suka yang sangat kentara.

"Kamu nggak suka punya saudara?"

"Nggak," jawabnya dengan cepat.

"Kenapa?"

"Kok bapak kepo banget sih? Ini kan pribadi gue jadi terserah gue dong."

"Ini bukan kepo saya hanya ingin mengenal kamu lebih jauh. Saya juga nggak setua itu kamu panggil bapak,"

"Ngapain?"

"Kan kamu junior saya, jadi saya harus tau banyak agar ketika suatu saat terjadi masalah jadi saya lebih mudah untuk mengetahui informasi kamu."

"Kok bapak cerewet sih, tadi aja pas di rumah sakit sok cool gitu."

"Itu hanya tameng agar tidak banyak orang yang terpesona dengan saya."

"PD tingkat Dewa." Sinisnya.

"Saya nggak kepedean loh Fik, tanya aja pada staf rumah sakit siapa yang nggak suka sama dokter Rafa Haziq." Dengan seringainya sambil melirik Fika dari kaca spion depan yang sialnya Fika juga sedang menatapnya.

"Iyain biar seneng, yaudah pak saya sudah sampai ba-"

"Sekali lagi kamu manggil saya bapak, saya nikahin kamu."

"Terus gue harus manggil apa?"

"Karena saya senior kamu jadi panggil kak aja,"

"Idih, alay banget mending gue manggil ba-"

"Shut! Ok fix besok saya akan lamar kamu."

"What!! pa- eh kak be... besok?" Dengan nada kaget Fika tak sengaja berteriak.

"Haha, gitu dong manggil kak. Udah ah saya bercanda aja, nggak usah di pikirin." Kata Rafa dengan merekah yang sangat jarang ia keluarkan kecuali pada orang tertentu.

"Huh, selamet. Eh tapi tadi si es jadi jadian ini ketawa? Kok kek beda gitu ya." Batin Fika.

"Yaudah kalau gitu gue duluan, pa- eh kakak hati-hati nyetirnya."

"Ok sip, Assalamualaikum." kata Rafa sebelum meninggalkan depan rumah Fika.

"Waalaikumussalam, kok dia beda gitu ya kalau sama gue. Ah udahlah nggak penting."

Saat akan memasuki rumah feelingnya memang sudah tidak baik. Dan ya memang benar pikiranya buruk itu terjadi.

"Ayah bener-bener membuat aku terluka mas,"

"Aku minta maaf May, aku dulu benar benar khilaf,"

"Aku nggak peduli mas, aku benar-benar kecewa. Kamu udah ngerusak kepercayaan aku dan Fika, selama ini kami sangat membanggakan kamu. Tapi nyatanya? Kamu mengecewakan kami dengan tidakan kamu."

"Tapi itu hanya masa lalu."

"MASA LALU KATAMU? TERUS KENAPA MEMBAWA ANAK SIALAN ITU KEMARI JIKA ITU HANYA MASA LALU!!"

"karena dia anakku, dia tidak tau apapun."

"AKU NGGAK PEDULI, AKU MINTA CERAI!"

Plak!

Maya yang mendapat tamparan keras dari Wijaya itu memegan pipinya yang masih terasa panas. Saat menyadari kesalahnya Wijaya akan menghampiri Maya yang kini sudah berjalan mundur.

"Kenapa mas? Mau nampar aku lagi? Apa dengan ini kamu puas? Kita hidup bersama sudah 22 tahun dan baru kali ini kamu nampar aku hanya karena anak yang tak jelas asal usulnya. Wow hebat mas, aku benar-benar nggak nyangka kamu akan melakukan ini." Dengan nada sedih Maya mengunkapkan isi hatinya saat mengetahui fakta bahwa anak yang di bawa suaminya beberapa tahun lalu itu adalah anak suaminya sendiri.

"AKU MINTA CERAI, TALAK AKU. DAN AKU AKAN MENGAJUKAN PERCERAIAN INI DI PENGADILAN AGAMA!" Dengan amarah yang sudah tak terkontrol lagi Maya berteriak.

"Baiklah kalau itu mau kamu, mulai hari ini saya menalak kamu. Dan mulai hari ini juga kamu bukan istri saya. Puas?" Kata Wijaya sebelum meninggalkan Maya yang kini telah tersungkur menangisi nasibnya.

Bagai tersambar petir melihat pertengkaran orang tuanya yang sekarang kian memburuk. Tak ada lagi kata sayang tak ada lagi keharmonisan yang ada hanya adu mulut yang sekarang berakhir dengan kata cerai.

Fika yang melihat pertengkaran tersebut mengurungkan niatnya untuk masuk kedalam rumah ia pergi, pergi meninggalkan rumah yang dulunya sangat harmonis.

Ketika sudah letih ia berhenti sejenak dan melihat sekeliling, ia berada di taman yang lumayan jauh dari rumahnya, dan sepertinya taman itu telah gelap gulita pertanda bahwa taman tersebut telah tutup, tapi baginya itu adalah kesempatan dirinya untuk meluapkan isi hati tanpa diketahui oleh seorang pun.

"Kenapa? Kenapa hidup yang dulu sangat lengkap kini telah berpisah, apa salahku tuhan? Kenapa kau hukum aku dengan cobaan seperti ini?"

"INI TIDAK ADIL, SELAMA INI AKU MEMBANGGAKAN MEREKA PADA TEMAN-TEMAN DAN SEE SEKARANG MEREKA AKAN BERPISAH. KENAPA HARUS MEREKA? KENAPA HARUS KELUARGAKU?" Fika berteriak bak orang gila di taman ini. Ia merasa kini poros hidupnya telah hilang, ayah dan bundanya adalah hidupnya, kebanggan sekaligus penguatnya. Tapi sekarang mereka telah berpisah hanya karena keegoisan.

"Aku tidak terima ini Tuhan, jika aku yang membuat kesalahan selama ini kenapa mereka yang kau hukum atas diriku. Kenapa kau tak adil?" Tak ada yang mendengarnya menangis tak ada yang menenagkanya. Karena sekarang ia benar-benar sendiri, jika dulu ia menangis maka sang bunda akan memeluk serta menenangkanya dan sang ayah yang akan menghiburnya hingga ia tertawa kembali. Tapi sekarang? Bahkan bundanya juga perlu untuk di tenangkan dan ayahnya juga butuh di hibur. Apa daya dia juga membutuhkan itu ia juga membutuhkan mereka.

"Fik,"

🕊🕊🕊

Hayoloh, kok jadi begini?
Padahal baru mau deket sama dokter Rafa eh taunya kek gini😢
Kira-kira kenapa ya ortu Fika berpisah?

Ayo dong support Fika agar bisa melewati cobaan hidupnya.

Salam sayang dari Fika🤗

Up di jam 00.15 hem😂

📝Kolaka, Minggu 26 Mei 2019

Solawat Cinta ✔Where stories live. Discover now