🕊26. Tak Terkendali

4.4K 286 22
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

⚠️Ambil baiknya, buang buruknya⚠️

⚠️ Jangan menjudge cerita sebelum membaca seluruhnya⚠️

📖 Selamat membaca 📖

🕊🕊🕊

Sudah beberapa hari yang lalu namun Rafa tak jua kunjung pulang, keadaan seperti inilah yang dulu membuat Fika ragu untuk menikah.

Ting!

Habib Fahrizal

Sha, bisa kita  bertemu? Ada hal penting yang ingin aku bicarakan. Ini penting banget. Please Sha🥺

Pesan yang baru saja masuk di ponselnya membuat Fika mengeryit. Sepenting apakah sampai-sampai Habib mengajaknya bertemu.

Apalagi di tengah permasalahan rumah tangganya beberapa hari yang lalu.

Ada apa ya?

Datang saja Sha, ini sangat penting.

Baiklah, dimana?

Cafe Starlight.

Itulah isi chat terakhirnya tadi dengan Habib.

Saat ini Fika sudah berada di cafe tersebut. Ia menunggu sang empunya.

"Duh mana sih?"

"Assalamualaikum, maaf Sha. Tadi aku kejebak macet." Habib yang baru saja datang spertinya ngos-ngosan menghampiri Fika.

"Waalaikumussalam, nggak papa. Jadi?"

"Entar dulu Sha, ini aku masih ngambil nafas." Sambil duduk dan menetralkan pernafasannya.

"Nih minum gih, belum ku minum tadi."

"Makasih," katanya dan meminum minuman yang tadi diberikan oleh Fika.

"Jadi? Ada apa?" Tanya Fika to the point, ia merasa tak nyaman seperti ini, bagaimana jika salah satu keluarga Rafa melihatnya disini.

Masalah satunya belum selesai dan ia perlu berpikir dua kali untuk membuat kesalahan yang lebih fatal lagi.

"Mami minta aku nikah Sha."

"Ya bagus dong," respon Fika cepat.

"Bukan itu masalahnya, mami taunya yang aku cari itu kamu. Shafika Efra. Bukan yang lain. Dan aku nggak bisa bilang ke mami kalau kamu udah nikah. Sekarang kondisi mami kritis."

"Lah terus aku harus gimana?"

"Menikah sama aku Sha."

Bagai sambaran petir, seketika Fika naik pitam. Mana mungkin sahabat suaminya ini bisa berpikir bejat seperti ini.

"JANGAN GILA KAMU, AKU UDAH PUNYA SUAMI. DAN DIA SAHABAT KAMU DAN KAMU TAU ITU!" Fika beranjak dari tempatnya tadi duduk. Ia sudah benar-benar pusing sekarang dan di tambah lagi masalah seperti ini.

"Sha, dengerin dulu." Tahan Habib memegan lengan Fika.

"Apa yang harus aku dengarkan hah? Mendengar penghiatan seperti membuatku muak."

"Sha, ini nggak seperti yang kamu pikirkan."

"Memangnya apa yang aku pikirkan?"

Solawat Cinta ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang