20

109 18 2
                                    

    Keesokan harinya...
     Pagi - pagi sekali Shin Hye sudah berangkat ke Seoul dengan bis. Dia lalu menuju ke rumah Luhan. Menduga bahwa Ae Rin ada di sana.
      Hari masih pagi, Luhan dan ayahnya masih sarapan bersama. Di sana juga ada Ae Rin, yang terus mengoleskan selai cokelat di rotinya hingga tebal.
       Ayah Luhan menoleh menatap gadis kecil itu. Yang matanya membulat melihat selai rotinya sampai menetes keluar. Dia lalu mengangguk pada Luhan dan berdiri. Cowok itu lalu bergegas mengikutinya,
"Kenapa kau membawa anak kecil itu ke rumah ini?" tegurnya saat mereka sudah jauh dari Ae Rin.
"Aku ingin tahu apa dia memang putriku dengan Shin Hye," jawab Luhan. Ayahnya menggeleng,
"Itu tidak mungkin. Dengar dia itu membencimu. Mana mau dia mengandung dan melahirkan anakmu? Mungkin ini hanya siasat balas dendamnya yang lain. Tapi yang jelas, anak itu bukan anakmu. Ibunya juga tidak pernah mengatakan istrimu itu hamil, bukan?" tegasnya.
Luhan menggeleng. Ayahnya mengangguk,
"Sekarang sudah jelas. Entah tipuan apa ini tapi anak itu bukan keturunan keluarga kita,"
Ae Rin sedang bermain bola di halaman, saat Shin Hye datang. Dia lalu bergegas hendak menghampiri putri kecilnya. Tapi diurungkan niatnya itu, saat melihat Luhan sedang berbicara pada Ae Rin. Dia lalu kembali bersembunyi di balik pepohonan, tak jauh dari rumah itu. Setelah itu, dia melihat ada mobil yang keluar dari rumah itu. Luhan sudah pergi bekerja, duganya. Dia lalu bergegas pergi ke rumah itu.
"Ibu!!!" seru Ae Rin saat melihat Shin Hye. Wanita itu lalu segera memeluk putri semata wayangnya dan menuntunnya keluar dari tempat itu.
Tapi mendadak pagar rumah itu tertutup begitu saja. Shin Hye terlihat bingung dan cemas.
"Jadi sekarangpun kau juga ingin pergi begitu saja?" tegur Luhan. Dia berdiri tak jauh di belakang istrinya itu.
"Kurasa aku tak ada urusan lagi di sini. Aku hanya datang menjemput Ae Rin. Aku akan membawa dia pulang," sahut Shin Hye. Luhan menghampiri wanita itu dan berdiri di sampingnya. Menatap lekat wanita yang sangat dirindukannya selama enam tahun ini.
"Kau mau ke mana? Ini adalah rumahmu. Dan Ae Rin, bukankah dia juga putriku? Jadi, baik kau maupun Ae Rin harus tinggal di sini," ujarnya. Shin Hye menoleh dan menatap tajam suaminya.
"Dia bukan putrimu," desisnya. Luhan menggeleng,
"Jangan berbohong, Shin Hye. Ae Rin sendiri yang mengatakan kalau kau yang memberitahu dia bahwa aku adalah ayahnya," serunya.
Shin Hye tertawa sinis,
"Aku hanya membohonginya, karena dia terus menanyakan ayahnya. Siapa sangka dia benar - benar akan datang kemari dan menemuimu,"
"Usia Ae Rin 5 tahun. Enam tahun lalu kau pergi dan menghilang begitu saja," cetus Luhan.
"Lalu kaupikir saat itu aku mengandung anakmu? Kenapa tidak terpikir olehmu aku mengandung anak pria lain? Aku sangat membencimu, Xi Luhan. Mana mungkin aku mau memiliki anak denganmu?" sahutnya lagi. Lalu tangannya terulur ke arah pagar. Mengguncangnya keras, bahkan menendangnya,
"Buka pagar sialan ini sekarang juga!!!" serunya sambil menahan tangis yang nyaris meluap keluar.
"Ayah...," seru Ae Rin sambil menggandeng tangan Luhan,
"Ayah, jangan marah pada ibu ya. Ibu pasti marah karena ayah sangat nakal," lanjutnya. Luhan tertawa mendengarnya. Dia lalu meraih tangan Shin Hye yang masih memegang pagar,
"Jangan pergi lagi, Shin Hye. Tetaplah di sini. Aku minta maaf untuk semuanya." ujarnya sambil membalikkan tubuh istrinya itu dan menatap lekat mata wanita itu.
Shin Hye terdiam. Sesaat dia terpaku menatap suaminya. Pria yang dinikahinya karena dendam dalam hatinya. Namun sebelum dia makin larut. Suara bel mobil mengejutkannya dan juga Luhan. Jendela depan mobil terbuka. Suzy menatap mereka berdua marah,
"Apa - apaan ini? Berani sekali kalian saling bertemu seperti ini!!!" tegasnya. Dan tak hanya itu, di sampingnya, ada ayah Luhan bersamanya.

Cruel love Tamat!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang