Tiga hari MOS telah berlalu. Kini saatnya pembagian kelas. Terasa menyedihkan karena Melody harus berpisah dengan sahabat-sahabat nya. Melody memilih jurusan IPS sedangkan sahabatnya memilih jurusan IPA. Namun tak disangka, ternyata ia mendapat kelas yang sama dengan pria yang membuat penasaran Melody belakangan ini. Yap benar! Melody satu kelas dengan Ryan. Lelaki yang wajahnya tidak asing di mata Melody.
"Argh, kenapa gue bisa sekelas sama dia sih? ", gerutu Melody dalam hati.
Setelah itu, Melody langsung mencari tempat duduk yang menurutnya strategis. Dan setelah itu disusul oleh Ryan yang juga memilih tempat duduk. Melody duduk di dekat jendela bagian belakang dan Ryan memilih duduk disebelah Melody.
" Nih anak napa duduk disini sih. Elah buset dah", ucap Melody dalam hati
Tiba-tiba.....
"Hai namaku Ryan, kamu Melody kan? Salam kenal ya." , sapa Ryan dengan ramah.
"Oh iya. Halo Ryan. Salam kenal juga. ", jawab Melody sambil terheran-heran.
Melody sangat heran dengan sikap Ryan karena selama MOS kemarin Ryan sama sekali tidak mengajak ia berkenalan. Tapi tiba-tiba saja dikelas ia merasa sangat dekat dengan Melody.
Bel istirahat berbunyi. Semua siswa pergi ke kantin untuk memberi makan cacing-cacing mereka. Tapi tidak dengan Melody. Ia masih duduk dikelas sambil menunggu sahabat-sahabatnya datang.
"Mel, kamu ga ke kantin? ", tanya Ryan.
" Ha? Oh engga. Aku masih nunggu temen. Lagian aku bawa bekal kok. Kamu sendiri ga ke kantin? " , sahut Melody dengan ramah sambil menutupi ekspresi terkejutnya.
" Engga, aku juga bawa bekal. Lagian rame disana. Males. Ga ada temen lagi. Jadi dikelas aja. Kan ada kamu. Hehehe." , jawab Ryan.
Melody hanya bisa terdiam mendengar jawaban Ryan. Melody terheran, bagaimana bisa sikap Ryan bisa seramah ini dengan Melody padahal mereka baru ngobrol sebentar.
"Mel. Kita temenan yuk. " , ajak Ryan tiba-tiba.
" Hah. Loh kan emang kita temen. Emang kamu pikir kita belum temenan?" , tanya Melody.
" Engga gitu, rasanya aneh aja. Dari kemarin aku cuman nyari temen cowok biar bisa deket sama mereka. Tapi ga enak aja kalo mau temenan sama cewek ga tanya dulu. Siapa tau bisa jadi temen deket gitu. " , balas Ryan.
"Oh yaudah. Kita temenan. Hahaha. Lucu banget sih pake tanya dulu. Santai aja kali. " , jawab melody.
Lalu Melody dan Ryan mulai memakan bekal yang dibawa mereka dari rumah sambil berbincang ria. Mereka terlihat sangat akrab karena pribadi mereka yang hangat dan ramah. Mereka juga bisa cepat memahami satu sama lain , membuat semua obrolan mereka terasa menyenangkan.
" Oi Mel. Kok ga ke kelas gue sih. Katanya tadi mau ke kelas gue pas istirahat. ", tanya audrey dengan nada sedikit kesal.
" Tau ah loe. Kita aja nunggu berdua tadi di kelas. Ternyata loe malah disini. ", sahut Lukas menambahi pertanyaan Audrey.
" Loh kan gue bilang kalo gue ga ke kelas kalian. Malah kalian bilang yaudah nanti kita ke kelas loe Mel. Gitu kan. " , jawab Melody.
" Emang gitu ya. Kok gue ga ngerasa bilang gitu. Ah bodo lah. " , ucap Audrey.
Ryan yang mendengar obrolan mereka hanya bisa diam dan memperhatikan. Namun tiba-tiba saja Ryan memperkenalkan diri didepan Audrey dan Lukas.
"Hai, aku Ryan. Kalian sahabatnya Melody kan. Salam kenal ya. Semoga kita bisa berteman. Mau kan? " , tanya Ryan tiba-tiba.
" Iya , hai Ryan. Kita bisa jadi temen kok. Lebih dari temen bahkan bisa. " , sahut Audrey denga pedenya.
Tapi maksud Audrey lebih dari temen itu bukan pacaran , melainkan sahabat atau teman dekat. Benar saja sekarang Audrey masih belum mengagumi ketampanan Ryan karena ia belum tertarik dengan lawan jenis. Tapi Melody yakin suatu saat Audrey bakal tergila-gila dengan Ryan atau bahkan cowok-cowok lain disekolah ini.
