Part 1

9.1K 556 28
                                    

Di sebuah rumah berlantai dua yang cukup sederhana, terdapat 4 perempuan remaja dewasa yang tengah duduk-duduk manis di ruang tengahㅡtempat mereka semua bersantai setelah 5 hari berturut-turut jadwal mereka dipadati oleh berbagai kegiatan. Entah itu kuliah, kerja sampingan, atau membuat vidio baru untuk akun Youtube mereka.

Ya, jika diingat-ingat, rumah sederhana bercat yang didominasi putih itu dibeli dengan uang tabungan hasil jerih payah mereka semua

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ya, jika diingat-ingat, rumah sederhana bercat yang didominasi putih itu dibeli dengan uang tabungan hasil jerih payah mereka semua. Mereka membelinya murni tanpa bantuan uang orangtua, soalnya mereka ingin merasakan bagaimana rasanya tinggal jauh dari keluarga tanpa kata 'Ngekos'.

Saat ini, mereka berempat tengah fokus ke layar TV yang menayangkan film The Avengers: End Game. Sebenarnya mereka sudah menonton itu di bioskop, tapi apa salahnya jika menonton lagi di TV?

Ting tong!

"Dora, buka pintunya gih," perintah Fani yang sudah nyaman dengan cara duduknyaㅡbersandar ke tangan sofa, mengangkang, dan mengangkat kaki kirinya ke atas sofa.

"Ogah, lo aja, Na," balas Adora menyuruh temannya yang lain.

"Thank you, next."

"Gak makasih."

Balas Yuana dan Milena serempak karena mereka berdua sedang asyik menghabiskan jatah popcorn dan cola yang ada di meja.

Ting tong!

"ADORA NEPTUNUS ARISTARA!!"

"IYA IYA! MASYAALLAH..."

Dengan berat hati, Adora beranjak dari sofa yang ia duduki tadiㅡpadahal sudah berada di posisi nyaman. Ia berjalan menuju pintu utama yang berada cukup jauh dari ruang tengah. Ia harus melewati dapur dan ruang tamu, karena ruang tengah alias ruang berkumpul mereka berada di bagian belakang. Jadi agak jauh untuk sampai di pintu utama.

Saat sudah sampai, dengan malasnya ia membuka pintunya.

"Ya, siapㅡ"






"Mommy!"

...

Kini mereka semua tengah duduk di ruang tamu dengan keheningan yang melanda, tak ada satupun dari mereka mengeluarkan suaraㅡbahkan si biang kerok sekali pun.

"Diem aja terus sampe cicak melahirkan," Yuana bersuara karena ia tidak tahan dengan aura mencengkam di sana. Ia paling benci suasana yang mencengkam, bisa-bisa ia teringat dengan dosen kesayangannya, Bu Masliah.

"Ya terus, kita mau ngomongin apa somplak?" Kini giliran Milena yang bersuara, "gini ya, adek-adek sekalian. Kita mau nanya aja, kalian itu dateng-dateng kok udah manggil kita Mama? Please, gue masih perawan."

"Bukannya waktu itu hampir pengen diperawanin ya?" Ucap Fani tanpa sengaja lalu dibalas cubitan kecil namun menyakitkan di bagian pinggang miliknya.

Sudden MamaWhere stories live. Discover now