36

13.2K 432 10
                                    

Di tinggal kak Riki pergi bertugas, membuatku jadi sering merasa sepi. Biasanya setiap malam, ada yang menemani, tapi sekarang gak ada. Tapi aku juga tidak bisa melarang kak Riki untuk tidak bertugas, karena itu adalah profesi nya. LDR itu bukan tentang lama waktunya. Tetapi tentang bagaimana kita bisa menunggu dengan sabar sampai dia kembali pulang bertemu lagi dengan kita.

Hari ini, rencananya, teman sekelasku waktu SMA, akan mengadakan acara buka bersama. Acara buka bersamanya akan di adakan di restoran milik orang tua salah satu temanku, milik orangtuanya Uty.

Aku pergi di antar bang Dika, dan nanti katanya akan di jemput juga.

Saat aku ingin menelfon bang Dika, kak Riki menelfonku.

"Assalamualaikum dek"

"Waalaikumsallam"

"Lagi apa dek? Puasa kan?"

"Mau nelfon bang Dika kak, puasa lah,oh iya kak, adek mau izin, nanti mau ikut buka bersama ya kak, sama teman teman sekelas"

"Pergi sama siapa?"

"Minta anterin sama bang Dika"

"Hmm yaudah, hati2 ya, jaga mata, jaga hati"

"Iya kakak siap"

"Yaudah kakak lanjut tugas dulu ya, assalamualaikum"

"Waalaikumsallam"

. . . . .

"Nanti kalau udah selesai, telfon abang, biar abang jemput lagi" ucap bang Dika saat aku turun dari motornya

"Iya bang, adek pamit dulu ya, assalamualaikum" ucapku sambil mencium tangan bang Dika

"Waalaikumsallam"

Setelah aku bertemu dengan temanku, barulah bang Dika pulang.

. . . . . .

Semua teman sekelasku datang, dan ada seseorang yang membuat aku cukup risih disini. Sidiq. Ya, Sidiq. Dia teman sekelasku sejak SMP sampai SMA, tetapi, saat kelas 2 SMA, dia pindah sekolah. Mengapa dia membuatku risih? Dulu, sebelum dia pindah, dia bilang, tunggu dia kembali. Maksudnya apa? Dan setelah dia pindah,aku udah gak ada komunikasi lagi. Aku gak pacaran dulu sama Sidiq, cuma dekat. Tapi aku gak terlalu anggap serius Sidiq. Dan tentang omongannya di minta untuk menunggu itu, tidak aku pedulikan. Toh dia bukan siapa siapa aku waktu itu.

Saat kami sedang duduk duduk menunggu waktu berbuka, Rahma yang duduk di sampingku langsung menyikutku.

"Apa?" tanyaku pada Rahma

"Itu, Sidiq ke arah kita"

"Biarin aja"

Dan benar, Sidiq berjalan ke arahku. Duduk berhadapan denganku.

"Apa kabar Ara?" tanya Sidiq

"Baik"

"Maaf aku bikin kamu nunggu"

"Maksudnya?"

"Sekarang kamu bersediakan, mendampingi aku?" tanya Sidiq yang membuat jantung ku rasa copot

Rahma yang duduk di sebelah ku saja langsung membelalakkan matanya. Begitu juga dengan beberapa temanku yang lain. Mereka semua kan sudah tau kalau aku sudah menikah.

"Maksud kamu apa sih Sidiq? Aku kan gak bilang mau nungguin kamu, lagipula, waktu itu kamu ngomong nya juga kayak gak pasti"

"Beri aku kesempatan sekali lagi ya? Aku janji bakal bikin kamu bahagia, aku akan selalu ada di dekatmu"

"Sidiq stop! Aku bukan siapa siapa kamu, dan kamu gak berhak ngatur aku, biar aku mau sama kamu! "

Beberapa temanku mulai datang mendekati kami.

Abdi Negaraku Donde viven las historias. Descúbrelo ahora