bagian satu

12K 727 92
                                    

pagi itu, papan mading sangat ramai di kelilingi oleh siswa-siswi beratribut aneh yang baru saja menyelesaikan masa orientasi mereka.

begitu mendapat pengumuman bahwa pembagian kelas sudah di pajang, sontak saja mereka berlari berbondong-bondong menuju papan mading.

tanpa terkecuali seorang pemuda dengan pita besar berwarna kuning menempel di rambut-nya yang sedang menyerobot paksa masuk ke dalam segerombolan manusia di depan mading. tubuhnya terus mendesak masuk hingga tak sengaja menubruk punggung seorang lelaki, membuat orang itu membalikkan tubuhnya sambil marah-marah.

kerumunan itu kemudian menjadi hening, mendengarkan seruan dan cacian yang keluar dari mulut seorang siswa baru di hadapan win metawin saat itu.

sementara win hanya menundukkan wajahnya malu sekaligus merasa bersalah. ia membungkukkan punggungnya berkali-kali pada orang di hadapannya sambil meminta maaf berkali-kali juga.

namun ketika punggungnya hendak membungkuk lagi, ia merasakan ada seseorang yang menarik pundaknya untuk memindahkan dia ke belakang punggungnya.

"dia udah minta maaf, kali. lo nggak denger?" suara berat nan serak itu mengiterupsi seluruh manusia yang ada di sekitarnya, membuat siswa yang meneriaki win itu meringis malu.

bisik-bisik di sekitar mulai terdengar, memasuki indra pendengaran win yang masih terus menunduk takut.

dia bahkan belum mendapat teman bahkan hingga masa orientasi berakhir. apa ia juga harus tetap tidak memiliki teman sampai masa sekolah berakhir karena mendapat masalah seperti ini?

"itu kakak kelas bukan, sih? Ngapain disini coba?"

"itu kelas sebelas, tau! kakak kelas kita."

"mampus dah tu, gun. kena semprot kakel. dia sih, nyolot duluan. gue nggak mau temenan sama dia lagi, ah. malu-malu in."

"yang nunduk siapa sih? kok bisa dibelain sama kak off gitu?"

ketika win sedang sibuk mendengar bisik-bisik itu, tiba-tiba tangannya ditarik ke belakang dengan paksa.

kepalanya yang masih menunduk hanya dapat menatap sepatu sneakers warna merah muda dengan kaos kaki pendek sebelah berwarna putih.

loh? aturan sekolah kan nggak boleh pakai sepatu selain warna hitam?

"nama lo siapa?" yang win tahu suara ini jelas suara laki-laki. tapi win jelas mengerti suara ini lebih lembut dan hangat daripada suara lelaki yang sebelumnya. win suka suaranya. dan fakta itu tanpa sengaja membuat salah satu sudut bibir win naik membuat sebuah lengkungan manis.

"hei? lo dengerin gue, nggak sih?" mata win melebar begitu didapati sebuah wajah yang tampak begitu dekat dengan dirinya. bibirnya bergetar gugup. ia malah semakin memperdalam kepalanya di leher.

setelahnya, lelaki yang baru saja membungkuk untuk menyamakan wajahnya dengan wajah win itu berdecak heran. ia terus memperhatikan pergerakan win yang kikuk. tidak mempedulikan temannya yang sedang sibuk cari sensasi di depan para adik kelasnya saat itu.

"gue bright. bright vachirawit." win memiringkan kepalanya, melihat sebuah tangan disodorkan tepat di hadapannya itu membuat win mau tak mau mendongak untuk melihat wajah si pemilik tangan.

dan pergerakan tidak diduga itu membuat bright langsung pura-pura tersenyum, karena sebelumnya ia terus menatap lelaki didepannya itu dengan tatapan bingung.

"hai! akhirnya gue bisa lihat wajah lo. senang bertemu dengan lo. jadi bisa sebutin nama lo?" tanya bright, nadanya sama persis dengan pegawai sales penjual minuman isotonik di dekat rumahnya.

tangannya yang masih menggantung meminta balasan itu digerak-gerakkan agar win paham dengan kodenya.

melihat tangan tersebut, buru-buru win menjabatnya. tapi karena terlalu buru-buru, win malah terlihat seperti gadis baru remaja yang sangat antusias melihat cowo ganteng.

"nama gue win metawin. rumah gue di jalan permadani II no 74 blok 2. gue suka cowo ganteng apalagi yang ramah dan lucu. dan lo, adalah tipe gue."

mampus.

bright memiringkan kepalanya tidak percaya, namun ia langsung terkekeh pelan begitu melihat wajah win yang gelisah. lelaki itu menarik tangannya dari jabatan tangan mereka. lalu meringis meratapi kebodohannya barusan.


"kapan-kapan gue mampir ke rumah lo, deh." ucap bright, tak dapat menyembunyikan senyumnya saat melihat win yang hampir mengeluarkan bola matanya saking terkejutnya.

"g-gue.. tadi, cuma.. apa ya? keceplosan..?"

"nggak masalah. mau lo keceplosan atau nggak. gue bakal tetep ke rumah lo." jawab bright mantap. matanya dapat menangkap pergerakan off yang seakaan memintanya untuk cepat meninggalkan tempat kejadian.

selagi win mendesis malu, bright menyeringai geli. tangannya kemudian bergerak mengacak rambut anak baru yang baru saja ditemuinya beberapa menit yang lalu tanpa sungkan.

"but, anyway, umm... win? fyi, gue masih straight. tipe gue juga modelan cewek tinggi badan bagus yang bisa bikin libido gue naik." kedua tangan bright bergerak meliuk-liuk di udara, menggambarkan body wanita berbentuk gitar spanyol seperti yang ada pada pikirannya.

bright menghentikan kalimatnya tersebut, ingin melihat reaksi win. namun ketika lelaki di hadapannya itu sudah siap membuka mulut dengan mata yang membesar karena malu. ia segera melanjutkannya. "tapi ngelihat lo sekarang. kayanya tipe idaman gue bakal berubah deh."

win tak merespon, ia tak mengerti dengan ucapan bright barusan. ah, pokoknya rasanya dia ingin menghilang dari bumi saja setelah ini.

bagaimanapun juga, kalimatnya tadi menjurus seperti mengajak kakak kelasnya itu jadian. dan ia juga baru saja mendapat tolakan mentah-mentah karena bright bilang dia straight.

sampai bright kembali mengungkap pernyataan yang sontak membuat kedua pipi win panas sampai memerah.

"kalo gue belok ke modelan yang kaya lo, sih. gue oke-oke aja."

adore you • brightwin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang