Tigabelas

3.9K 737 71
                                    

"Kaki kamu gak apa-apa?"

Hyewon keheranan natap Jihoon, "Kebalik kali, harusnya aku yang nanya. Kaki kamu gak apa-apa? Kan tadi aku injek pas dansa."

Jihoon langsung berlagak kesakitan sambil megangin pergelangan kakinya. "Sakit banget. Kamu berat sih ..." ucapnya, sesaat kemudian Hyewon langsung mukul pelan bahunya.

"Bercanda haha ..." ucap Jihoon lagi, sebelum gadisnya ngambek.

"Jihoon, aku mau ke toilet," ujar Hyewon.

Jihoon mengantarnya ke kamar mandi deket dapur. Tapi ternyata di kamar mandi ada orang, jadi Jihoon mempersilahkan Hyewon buat pake kamar mandi yang ada dalam kamarnya—kamar Jihoon ada di lantai dua.

Karena Jihoon gak nungguin Hyewon alias balik ke bawah setelah nganterin Hyewon ke kamarnya, Hyewon numpang duduk dulu di kursi meja belajarnya Jihoon setelah ke kamar mandi.

Dia ngelepas heels yang dipakainya dan memijat kedua kakinya bergantian. Karena gak biasa pake high heels, jadinya kaki Hyewon pegel-pegel.

Setelah memakai heelsnya lagi, Hyewon menatap seisi meja belajar Jihoon. Buku-buku tertata rapi di raknya, berlembar-lembar sticky note bertuliskan materi pelajaran tertempel di dinding.

Hyewon tersenyum, natap foto Hayi dan Jihoon waktu masih kecil—yang Jihoon pajang di meja belajarnya.

Kemudian sebuah buku dengan sampul coklat tua menarik atensi Hyewon. Penasaran, Hyewon mengambilnya. Berpikir bahwa isinya paling catatan tentang materi pelajaran, Hyewon membuka buku itu.

Tulisan tangan Jihoon di lembar pertama sukses bikin dahinya mengernyit.

'Cewe aneh. Gak sekalem keliatannya, ternyata dia bawel banget.'

Tanggal yang tertera di halaman pertama adalah tanggal awal-awal tahun ajaran ini dimulai.

'Tanpa berusaha keras, gua terus-terusan ketemu dia di berbagai tempat di sekolah.'

Hyewon membuka lembar demi lembar berisi tulisan tangan Jihoon lengkap dengan tanggal di bagian atas setiap lembarnya.

'Untuk deket sama dia, ternyata gak sesusah yang gua kira.'

Makin jauh lembaran yang Hyewon baca, jantung Hyewon makin berdebar. Ada perasaan gak enak yang menjalar dalam dadanya.

'Bang ... dia nerima gua. Segampang itu. Dia ... terlalu gampang percaya sama orang.'

Mata Hyewon berkaca-kaca, baca tulisan Jihoon di tanggal waktu Jihoon minta Hyewon untuk jadi pacarnya. Hyewon masih inget jelas tanggal itu.

Hyewon bertanya-tanya ... siapa 'Bang' yang Jihoon maksud dalam tulisannya itu.

'Aneh rasanya ... pacaran sama seseorang tanpa perasaan apapun.'

Buliran bening lolos dari kedua mata Hyewon.

'Hyewon masih suka maki-maki lo di depan temen-temennya. Kenapa sih, Bang, lo gak kasih tau dia yang sebenernya? Kenapa lo milih pergi dengan cara kaya gini dan bikin Hyewon benci lo tanpa tau kebenarannya?'

Dada Hyewon sesak seketika.
Seketika Hyewon berpikir, siapa yang Jihoon maksud? Siapa ... yang dulu suka Hyewon maki-maki di depan Yeji, Sua dan Lia? Siapa ... yang Hyewon benci?

Satu-satunya orang yang Hyewon benci dan sering Hyewon maki-maki di depan kawan-kawannya cuma Jeon Woong—cinta pertama sekaligus mantannya.

Tapi gimana bisa Jihoon kenal Jeon Woong? Waktu masih pacaran, Woong sama sekali gak pernah cerita tentang Jihoon.

Dan apa yang Jihoon maksud dengan Woong gak kasih tau Hyewon yang sebenernya? Apa yang Woong sembunyiin dari Hyewon?

Satu lagi yang bikin Hyewon bertanya-tanya, ke mana perginya Woong sebenernya?

'Bang ... lo yakin cara ini bakal berhasil? Gimana kalau gua gagal bikin Hyewon lupain lo sepenuhnya?'

'Gua ngerasa bersalah karena perlakuin dia seburuk ini. Tapi gua gak bisa biarin siapapun bikin gua bergantung.'

'Hyewon ... kenapa lo masih tahan sama semua sikap gua?'

'Dia cewe pertama yang bikin gua ngerasa hidup.'

'Sadar, Jihoon! Semua perempuan mungkin sama aja kaya Mama. Gimana kalau suatu saat Hyewon pergi ninggalin lo?! Sama kaya gimana Mama ninggalin lo dulu.'

'Gua yakin ini cuma rasa simpati. Tiap kali gua bersikap manis ke dia, itu semua cuma karena kasian. Karena dia hidup dengan benci lo setengah mati, tanpa tau bahwa lo pergi dari hidup dia karena waktu lo di dunia ini udah gak banyak lagi.'

'Bang ... kenapa gua harus semarah ini sama dia? Gua macarin dia cuma buat mastiin dia lupain lo. Tapi kenapa gua ngerasa jengkel liat dia jalan sama cowo lain?'

Air mata Hyewon makin berjatuhan.
Ada banyak hal yang Jihoon ungkap dalam buku diarynya. Banyak hal ... yang selama ini dia sembunyikan dari Hyewon.

'Bang, hari ini gua nahan dia untuk tetep stay di sisi gua, walau tau bahwa luka dia yang harus gua sembuhin atas permintaan lo udah sembuh—yang artinya tugas gua udah selesai. Gua nahan dia bukan karena rasa suka atau apapun itu. Gua rasa ... karena gua mulai terbiasa sama kehadiran dia di sisi gua. Dan gua ngerasa aneh, begitu bayangin besok gak bakal ada dia lagi di sisi gua.

Kasih gua izin ya, Bang.
Untuk nahan dia di sisi gua sedikit lebih lama lagi.
Gua gak bakal rebut dia.
Gua juga gak bakal ikutin saran konyol lo buat nyoba untuk bener-bener nerima dia.
Gimana pun gua gak bakal biarin siapapun bikin gua bergantung sepenuhnya, termasuk Hyewon.

Gua gak mau ditinggalin lagi.
Walau gua tau, gak semua perempuan di dunia ini sama kaya Mama.'

'Bang, hari ini gua udah lakuin permintaan terakhir lo. Gua udah wakilin lo untuk ucapin kalimat itu ke Hyewon.'

'Hyewon ... aku minta maaf buat semuanya. Aku sayang kamu.'

Nafas Hyewon tercekat, tangannya gemetar seketika. Waktu dia membuka lembar terakhir yang berisi tulisan tangan Jihoon, selembar foto terjatuh dari salah satu halaman buku yang dipegangnya.

Sedikit ragu, Hyewon mengambilnya buat liat ... foto siapa yang terselip dalam buku diary milik Jihoon ini.

Dan ternyata foto itu membenarkan dugaan Hyewon setelah menerka-nerka ... siapa 'Bang' yang Jihoon maksud dalam tulisannya.

Hyewon menahan isak tangisnya, menatap foto Jihoon dan Jeon Woong yang keliatan tersenyum lebar sambil merangkul bahu satu sama lain.

Hyewon ngerasa sesak setengah mati. Ada banyak fakta menyakitkan yang harus dia terima detik ini. Terkait Jihoon, bahkan juga terkait Jeon Woong.

Diselipkannya lagi foto itu di salah satu halaman buku diary milik Jihoon. Hyewon berniat keluar dari kamar Jihoon, tapi begitu noleh ke arah pintu, dilihatnya Jihoon berdiri di sana, entah sejak kapan.

Laki-laki itu natap Hyewon dengan raut wajah terkejut. Lebih tepatnya, tatapannya tertuju ke buku diary miliknya yang ada di tangan Hyewon.

-TBC-













Annyeonghaseyo🖐
Ada yang masih setia baca???😂
Voment juseyo😉

Stay || Park Jihoon✔Where stories live. Discover now