3. Stella

205 40 144
                                    

Happy reading~•••~

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Happy reading
~•••~

Stella melangkahkan kakinya ke dalam mansion mewah yang didominasi dengan warna coklat tua khas kayu mahoni itu.

Jantungnya berdegup kencang ketika melihat matahari di balik jendela mulai tenggelam. Kedua tangannya merayap meraba dadanya. Ah rupanya sudah tidak ada.

"Nona sudah dari luar ya?." tanya Lea. Dia sedang berdiri di depan bak cuci piring.

Stella mengangguk menjawabnya ramah. Ia baru tinggal di rumah ini satu bulan dan kebanyakan waktu ia habiskan di kamar. Hanya Lea yang berani mendekatinya dan mengajaknya mengobrol sesekali. Awalnya Stella mengira bahwa Lea adalah adik dari sang pangeran karena wajahnya yang cukup cantik, namun ternyata Lea adalah pelayan disini. Ia digigit dan dibawa ke kediaman keluarga Axelle saat usianya 20 tahun dan sekarang adalah tahun ke-75 nya melayani sang pangeran.

"Tuan Leon sudah menunggumu di belakang." Kata Lea dengan senyum tipisnya. Kedua matanya hampir tak terlihat karena ia memang sipit.

Memang kesanalah tujuannya sekarang, menuju halaman belakang alias kawasan paling berbahaya di hutan ini. Ini adalah kali pertamanya kembali kesana Setelah satu bulan di kurung di kamar.

Stella kembali berjalan. Di perjalanannya ia memperhatikan satu persatu ruangan yang dilewati. Ketika ia membuka pintu utama ia akan disambut dengan ruang tamu yang dinding dan dekorasinya sengaja dibuat seperti rumah pada umumnya, jendela kaca sengaja dipasang disana agar cahaya matahari bisa masuk dengan bebas.

Lalu belok ke kanan ia menemukan sebuah lorong yang menjadi satu-satunya akses ke ruangan berikutnya. Dindingnya dicat warna merah lalu dihiasi dengan tulang-tulang hewan hasil buruan sang pangeran. Di ujung lorong barulah ia masuk ke dalam kediaman keluarga Axelle yang sebenarnya. Tak ada jendela, tak ada ruang udara dan tak ada kehidupan. Ada satu kamar di lantai bawah milik sang pangeran, namun ia sendiri tak pernah melihatnya masuk dan tidur disana.

Sementara di lantai dua adalah lantai khusus para pelayan. Pangeran sendiri mempekerjakan 16 pelayan dan semuanya adalah para gadis yang umurnya masih di antara 20-30an. Mereka semua mayat hidup begitu pun dirinya.

"Pangeran sudah menunggu nona." Kali ini ia sudah sampai di pintu belakang.

Gadis berambut merah yang sedang berdiri di ambang pintu adalah Aura. Gadis itu cukup meresahkan ketika marah karena ia bukan hanya menghisap darah namun juga mencabik-cabik daging mangsanya. Stella tak begitu akrab dengannya karena menurut Lea wanita itu menganggap Stella sebagai saingannya mendapatkan pangeran. Padahal wajah dan tubuhnya yang indah serta sifatnya yang tak mengenal rasa ampun sudah cukup untuk membuatnya menjadi pelayan kesayangan Pangeran.

The Half BloodDove le storie prendono vita. Scoprilo ora