[5] His Problem

11.4K 1.8K 613
                                    

"Udah kali Na marahnya" meraih lengan Jaemin yang berjalan tergesa

Jeno merebut tas punggung pria yang lebih kurus darinya lantas ia memakainya, "Jaemin! Jalannya nyante dong!"

Terdengar menyebalkan, Na Jaemin benci jika seorang Lee Jeno memanggil namanya dengan benar, kemudian jaemin semakin mempercepat langkahnya meninggalkan bandara,

Jeno menggeleng pelan, tak habis pikir, sahabatnya masih bertingkah kekanakan diusinya sekarang ini, memutuskan untuk berlari kecil untuk menyejajarkan langkahnya dengan pemuda Na,

Dari belakang, Lee Jeno meraih tangan jaemin lalu menggenggamnya, "nah! Gini kan enak bisa jalan barengan" ucap jeno

Tak ada penolakan, hanya ulasan senyum yang teramat tipis dari kedua belah bibir jaemin, jangan tanyakan ia senang atau tidak,  entahlah.

[]

Meletakkan tas punggung hitam milik jaemin di sofa yang terletak di kamar hotel tempatnya menginap, lantas Jeno membuka jaket denimnya, menyisakan t-shirt putih polosnya, pikiran liar jaemin bekerja, bagaimana jika jeno tiba-tiba mengajaknya tidur bersama atau bagaimana jika diam-diam jeno juga tertarik padanya dan berakhir menghabiskan malam yang panjang berdua?

Menepis imajinasi liarnya, Jaemin meraih tas punggungnya, ia tergesa membukanya lalu mengambil pakaian ganti "Jen, pinjem kamar mandi ya"

"Iya, jangan dandan lama-lama, gue mau ngomong penting, itu juga kalo lo ngga ngantuk, ngantuk ngga?" Jeno menatap penuh harap

"Ngga kok, tapi bikinin kopi item ya jen, kek biasa less sugar" balas jaemin sebelum menutup pintu kamar mandi

[]

Menyesap kopinya pelan, kemudian jaemin menyamankan posisi duduknya, bersila sambil memeluk bantal sofa dengan jeno yang duduk menyilang kaki di sisinya

"Jadi? Mau ngomong soal apa bapak Lee Jeno yang terhormat?" Tanya jaemin ketus

Jeno terkekeh pelan, kemudian ia menggaruk tengkuknya sedikit canggung, "ini soal kebahagiaan gue sama Juno"

Jaemin menukikkan kedua alisnya "korelasinya sama gue?"

"Jadi gini, ini rahasia banget Na, cuma lo yang bisa gue percaya, sebenernya gue suka sama Renjun, ngga tau sejak kapan, tapi perasaan ini tuh tumbuh gitu aja" menghela nafas lega lalu mengusak wajahnya kasar

"Oh"

Tak tahu harus merespon apa, sampai disini sajakah perjuangannya? Jaemin merasa sesak didadanya, pria yang ia sukai sejak lama lagi-lagi menyukai orang lain, dan selalu ia yang menjadi tempat curahan hati jeno,

"Menurut lo gimana Na?"

Jaemin menghela pelan, "terserah, tapi inget, lo punya janji bakal nikahin si Yeji Yeji itu"

Jeno mengangguk paham "Ya makanya gue mau minta bantuan lo, Na Jaemin!"

"Apa?"

"Gantiin gue nikahin Yeji, please..."

Sinting

Jaemin tak habis pikir, ia menggeleng cepat "gampang banget lo minta bantuan ini itu ke gue, mikir ngga sih? Gue juga punya jalan hidup sendiri Jen, ngga melulu hidup gue buat bantuin lo terus, sia-sia"

[]

Masih dalam suasana canggung sampai keesokan paginya, namun Jeno berusaha untuk mengembalikan mood Jaemin, pria itu sibuk berkutat dengan ponselnya, tak lupa secangkir kopi di meja,

"Na,"

Hanya menggumam pelan sebagai jawaban dari Jaemin, ia masih fokus menatap layar ponselnya, mengacuhkan jeno yang sebenarnya pagi ini sangat tampan dengan setelan formal hitam-hitam dan rambut yang ditata ke atas memperlihatkan keningnya

"Na, kerjaan gue masih 2 hari lagi disini, tolong jangan bosen nemenin gue sampai dua hari kedepan ya" mulai lagi dengan permintaan bodohnya

"Terserah yang mulia" balas jaemin

"Oiya, nanti sore kita jalan berdua"

"Terserah"

Jeno merotasikan bola matanya malas, "kalo gitu kita enaena aja yuk Na"

"Terserah, Eh... goblok si Jeno" maki Jaemin

[]

Berulangkali jemari lentiknya menggulir layar diponselnya, lagi, seorang Na Jaemin membanding-bandingkan fisiknya dengan seseorang yang Jeno sukai, ia tengah membandingkan dirinya dengan Renjun,

"Oke! Gue harus sekurus Renjun!" tekad Jaemin mantap

melupakan fakta jika dirinya tengah mengalami gangguan pola makan walaupun belum sampai fatal, Jaemin selalu mementingkan obsesinya, selalu menganggap dirinya rendah dan buruk jika Jeno menyukai oranglain,

Sudah cangkir yang kelima, pria Na itu tetap berdiam dikamar hotel Jeno, ia bahkan hendak menyedu kopi untuk yang ke enam kalinya, benar-benar kopi hitam tanpa gula, ia pernah melakukan ini sebelumnya dan ia percaya jika mengonsumsi kafein, maka rasa laparnya akan hilang dan berat badannya turun drastis

patah hati memang semenyakitkan itu, masih tak ada apa-apanya dengan sakit fisik yang ia alami, bahkan Jaemin masih tega merusak fisiknya sendiri

[]

"Oh, udah balik Jen?" Sambut Jaemin begitu mendapati sahabatnya datang dengan wajah lelah

Lee Jeno berjalan gontai, lantas mendudukan dirinya disofa dengan pakaian yang masih lengkap, bahkan dasinya pun masih terpasang rapi,

"Na, sorry ya sore ini ngga jadi jalan"

Menautkan kedua alisnya, Jaemin sedikit kecewa, jujur, ia benci Jeno yang seenaknya sendiri

"Lo ngga enak badan Jen?"

Jeno menggeleng, "ngga sih, ngantuk aja, please bangunin gue setengah sembilan ya Na"

Mengangguk pasrah, kemudian Jaemin kembali berkutat dengan ponselnya, hanya mengecek keadaan wajahnya dengan kamera depan ponselnya,

Oh shit! si buruk rupa, batinnya berseru

[]

Gimana? Suka ngga? Apa bahasanya kurang enak? Apa ceritanya pasaran? Sorry banget kalo misal banyak kekurangan, ini pertama kalinya nulis Nomin hehe

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI, MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN...

RICH YOUNG DAD | NOMIN [c]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora