Ch.51 : Pengakuan Mas Alvin

18.9K 1.3K 77
                                    

Hari ini aku gak magang di hotelnya Pak Arfa. Soalnya aku magang cuman 3 hari kerja. Jadilah, hari ini aku kembali mengikuti rutinitas kuliah seperti biasa. Sebenarnya malas datang sih, tapi sialnya hari ini ada mata kuliahnya Pak Arfa. 

Menyebalkan bukan?

"Mas Alvin?" Ujarku sedikit terkejut ketika melihat Mas Alvin sudah berdiri di halaman rumahku. 

"Mau kuliah?" Tanya Mas Alvin sambil memperlihatkan senyumnya. Aduh, tolong jangan senyum Mas. Senyumanmu mampu mengalihkan duniaku.

Elvia, ingat Pak Arfa!

"Iya." Jawabku sedikit canggung.

"Mas sendiri ada perlu apa kesini?" 

"Jemput kamu." 

"Mas..."

"Saya tahu. Kamu gak perlu jelasin. Emang saya gak boleh anterin kamu sebagai teman?" 

"Gak gitu juga sih, Mas." 

"Yaudah, ayo. Keburu telat." 

Aku pun mengiyakan ajakan Mas Alvin, lagipula aku gak dalam posisi untuk menolak kan?

"Mas? Ada yang mau diomongin ya?" Setelah diam melanda cukup lama, aku pun akhirnya menyuarakan kalimat.

Mas Alvin yang masih menyetir mobil pun menoleh ke arahku sebentar, "Iya." 

"Kenapa Mas?"

"Maaf."

Aku sedikit bingung mendengar kata maaf yang dilontarkan oleh Mas Alvin,

Maaf ?
Bukannya harusnya aku yang minta maaf ?

"Saya yang balas surat Pak Arfa selama ini. Saya yang menerima suratnya." 

"Kenapa Mas?"

Aku sudah menebak tentang hal ini. Jadi, aku berharap aku tidak terlalu terkejut. Namun, tetap saja aku sedikit terguncang mendengar pernyataan Mas Alvin.

"Saya gak mau kamu balikan sama Arfa." 

"Mas..."

"Maafin saya, Elvia." 

Aku memaksakan diriku untuk tersenyum, "Udah lewat juga kan Mas? Meskipun saya kecewa, tapi yasudah gapapa."

Kebiasaan!
Kenapa sih El, kamu selalu aja cepat maafin orang?

"Ada satu hal lagi." 

Aku sedikit terkesiap mendengar ucapan Mas Alvin, "Ya?" 

"Saya yang nyuruh Delia untuk bohongin kamu."

💥💥💥  

Terik matahari tidak membuatku sadar dari lamunanku, justru aku malah tenggelam dalam lamunanku. Entahlah, perasaanku sekarang sedang kacau.

Apakah aku terlalu mudah bagi orang-orang? Dikecewakan kedua kalinya oleh orang yang aku percaya, mengapa rasanya sesakit ini?

"Lu kenapa?" Aldo yang melewati kursiku pun nampaknya tidak tahan melihat wajah murungku.

Udah gak cocok ngambek, gak cocok murung. Jadi aku cocoknya apa? Ngamen? Mulung?

"Gapapa." Ujarku tanpa melirik Aldo.

"Kesurupan?"

Aku hanya menganggukan kepalaku sebagai respon dari pertanyaan yang diajukan Aldo.

"Siang-siang gini?"

My Annoying LecturerWhere stories live. Discover now