A wish for a Wish

4.9K 389 62
                                    

Beam menatap buku menu ditangannya "Medium Steak dan air mineral" ujarnya sambil menatap pelayan disampingnya. Pelayan tersebut terlihat gugup ketika Beam menatap matanya.

"Me-medium steak dan air mineral" ulangnya sambil menulis ke buku catatan di tangannya.

Wanita paruh baya di depan Beam hanya bisa menggeleng melihat reaksi pelayan wanita di sampingnya. Walaupun dia sering melihatnya, tapi dia tetap tidak terbiasa melihat reaksi para wanita terhadap anaknya, Beam.

Beam menutup buku menu dan meletakkannya di atas meja ketika pelayan tersebut pergi meninggalkan mereka berdua.

"Bagaimana kabar Pho?" tanya Beam pada wanita paruh baya di depannya

"Mae pikir kamu sudah lupa pada kami. Kamu tidak pernah pulang ke rumah. Apa gadis bangkok begitu cantik seingga kamu tidak bisa meninggalkan mereka?"

Beam menelan ludah melihat kemarahan menghampiri wajah ibunya. Kedua orangtuanya tinggal di Chiang Mai. Ibu dan Ayahnya memiliki usaha di bidang perhotelan dan pariwisata di Chiang Mai. Sesekali mereka datang ke Bangkok untuk memastikan keadaannya.

"Tentu saja tidak ada yang lebih cantik dibandingkan Mae" rayu Beam sambil hendak mengenggam tangan ibunya. Tapi ibunya cemberut dan menarik tangannya cepat sebelum Beam berhasil meraih tangannya.

"Jangan menggunakan jurus rayuanmu pada Mae. Tidak akan berhasil" tegasnya

Beam tersenyum tipis. Dia dalam masalah besar. Tapi dia mengakui kalau tahun ini dia bertingkah seperti anak durhaka. Sudah enam bulan dia tidak pulang ke rumah. Fakultas Kedokteran menyita perhatiannya. Dia bahkan tidak tidur dengan siapapun sejak kompetisi bulan dan bintang berakhir.

"Maaf... beam akan pulang, libur tengah semester ini" rayunya.

Ibunya berdecak dan menatapnya tidak percaya.

"Mae akan memafkanmu, dengan satu syarat" ujarnya sambil mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Selembar foto. Beam menatap selembar foto yang tergeletak di meja.

"Kamu ingat Diana, Anak bibi Suwimol? Dia sudah kembali dari Inggris dan melanjutkan kuliah di Bangkok"

Beam menatap ibunya dan foto di mejanya bergantian. Dia masih tidak mengerti kemana arah pembicaraan ibunya.

"Ibu ingin kamu menemuinya, jum'at ini"

Perkataan ibunya membuat Beam menatap ibunya terkejut.

"Untuk apa? Apa hubungannya Diana dan Beam yang tidak pulang ke rumah?" tanyanya. Dia ingin terdengar senormal mungkin tapi dia tidak bisa mengontrol emosinya.

Ibunya menggeleng. Dia tahu Beam akan menentang keputusannya.

"Setidaknya, Bibi Suwimol bisa menggantikan ibu mengawasimu setiap hari dan kamu tidak perlu bermain kesana kemari, berpindah dari satu wanita ke wanita lainnya" protes ibunya.

Beam mencoba menahan emosinya "Tidak mau" jawabnya.

Ibunya menatap Beam tajam "Kenapa?" tanyanya kesal.

Beam ingin membuka suara tapi tiba-tiba pelayan datang dengan makanan mereka. Kehadiran pelayan, Bau steak dan saus barbeque mengusik pembicaraan mereka. Tapi ketika pelayan tersebut menghilang dari meja mereka, Beam kembali menatap ibunya tajam.

"Mae, sekarang sudah tidak jamannya lagi saling menjodohkan anak" protesnya "Beam bisa mencari pasangan Beam sendiri dan Beam bisa menjaga diri Beam sendiri"

Ibu Beam berdecak "Jika menunggumu maka Mae dan Pho akan keburu tua untuk menggendong cucu" protesnya "Lagi pula Diana wanita yang sempurna cantik dan cerdas. Bukankah kalian sudah mengenal satu sama lain? Kalian satu sekolah waktu SMP"

Forth Beam Oneshot (Cerita Pendek)Where stories live. Discover now