Prolog

53.9K 1.9K 30
                                    

Purnama bersinar terang di tubuhnya yang perkasa, mengalahkan keindahan bintang-bintang di angkasa mencoba menandingi namun tidak bisa, bulan itu terlalu indah. Sialnya, untuk beberapa orang tidak memedulikan keindahan itu. Salah satunya seorang pria yang tengah merapikan diri setelah melakukan aktivitas panas di ranjang yang terdapat wanita cantik bertubuh polos hanya ditutupi selimut tebal. Dengan langkah santai ia memakai jasnya, meninggalkan beberapa lembar uang di atas meja sebelum benar-benar keluar kamar hotel.

Asistennya langsung menyusul langkahnya begitu tuannya keluar, headset bluetooth yang terpasang di telinga kirinya ia tekan sebelum bibirnya mengeluarkan perintah untuk anak buah yang akan menyiapkan mobil atasannya.

"Aku baru mendapati undangan ulang tahun dari Mafia Italia untuk satu minggu lagi." Asisten itu langsung berucap begitu selesai memerintah anak buahnya.

"Tolak," jawab bosnya itu dengan nada dingin tanpa menghentikan langkahnya.

"Tapi ulang tahun ini adalah ulang tahun ketua kelompok La Righello yang merupakan penguasa Mafia Italia, sebelumnya ia tidak pernah merayakan ulang tahunnya dan kali ini pemimpinnya seorang perempuan." Ucap asistennya memperingati.

Langkah pria itu terhenti, menatap Raymond- asistennya. "Sejak kapan Mafia Italia dipimpin seorang perempuan?"

Rey mengangguk setuju kemudian menjelaskan. "Aku dengar pemimpin Italia sebelumnya telah gugur dan digantikan dengan adiknya beberapa tahun lalu."

Senyum miring tercetak jelas di bibir penguasa Mafia bagian Benua Amerika itu, otak liciknya mengambil kendali. "Berapa umurnya?"

"Di ulang tahunnya seminggu lagi dua puluh empat tahun." Jelas Rey.

Seringai pria itu semakin lebar. "Atur penerbangannya lebih cepat dari undangan. Dan cari penerjemah Italia! Aku ingin bermain dengan Mafia amatir itu."

Rey langsung menyusul langkah tuan sekaligus sahabatnya itu sambil terkekeh. "Yes, Mr. Players,"

Gadis berambut gelap itu memandang bulan dengan sudut matanya yang dingin, berdiri di teras sebuah bangunan mewah khas Italia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gadis berambut gelap itu memandang bulan dengan sudut matanya yang dingin, berdiri di teras sebuah bangunan mewah khas Italia. Pikirannya keruh dengan hanya ada balas dendam dan penerus keluarga, tidak ada asmara, cinta, yang ada hanya rasa tanggung jawab tanpa toleransi. Gadis itu bahkan tidak ingat kapan terakhir kali ia tertawa, mungkin terakhir kalinya ia balapan liar sebelum menduduki jabatan yang ia tempati sekarang. Kesibukannya sebagai penerus menghapus waktu senggang yang hanya bisa diisi oleh rapat, kerjasama, dan hal menyangkut bisnis keluarga.

"Nona, semua undangan telah sampai dan undangan khusus itu diterima, dia akan menghadirinya." Ucap Jeff tiba-tiba muncul di belakang Alonza.

Gadis itu tidak terkejut dengan kedatangan asistennya, ia memang merasakan kehadiran serta aroma khas pria itu sudah ia hapal. Alonza berbalik menatap Jeff datar, merasa tidak puas dengan ucapan asistennya itu.

"Dan Nona, orang terbesar juga akan menghadirinya," Jeff sengaja menggantung perkataannya, ia ingin atasannya itu membalas ucapannya, kesal rasanya tidak ditanggapi.

"Siapa?" Tanya Alonza dengan salah satu alisnya terangkat.

"Mr. Nicholas Stone, ketua kelompok The Greatest yang merupakan penguasa Mafia di benua Amerika dan menduduki posisi pertama di orang terkaya dan termuda di dunia."

Alonza memutar kedua bola matanya malas, menurutnya Jeff berucap hal yang tidak penting dan sama sekali tidak berpengaruh padanya. Gadis berdarah setengah Eropa-Asia itu mengambil majalah di atas meja.

"Dan soal dua perempuan berisik itu, mereka juga akan menghadirinya." Jeff memberitahu dan duduk di salah satu sofa.

Tatapan Alonza yang tadinya melirik majalah kini menatap tajam ke arah Jeff. "Sejak kapan aku mempersilahkanmu duduk?"

"Tidak ada," jawab Jeff santai.

"Pergi sekarang atau kupecat?" Alonza berucap tajam hanya menggertak, ia tidak akan melakukan itu dan ia tahu Jeff tidak akan berani menentangnya.

Jeff terkekeh pelan lalu pergi meninggalkan Alonza. Meski ia tahu Alonza tidak mungkin memecatnya, ia tidak ingin melawan atasannya itu karena Alonza akan melakukan hal yang lebih mengerikan lagi.

"Bagaimana dengan Raven?" Pertanyaan Alonza yang tanpa menatap Jeff mampu membuatnya berhenti melangkah.

Jeff tersenyum miring, berbalik untuk menatap nonanya meski gadis itu sama sekali tidak memedulikannya. "Aku dengar dia telah membunuh dua puluh anak buah Mr. Harrington dan sekarang dia menjadi buronan kelompok Alligator. Ternyata si bodoh itu hebat juga. Ya, bagaimana mungkin dia payah sementara menjadi asisten Ratu Mafia Italia selama dua tahun."

"Awasi dia, waktunya sisa dua hari, tepat jam 12 malam di saat dia gagal bawa ke hadapanku, aku ingin menghabisinya dengan tanganku sendiri!" Perintah Alonza santai seolah-olah perkataannya sama sekali bukan apa-apa.

"Pronto, signorina," [1]









[1] Pronto,signorina = baik, Nona

The Devil's Contract Where stories live. Discover now