1.1

1.1K 200 3
                                    

"Mark, portalnya— portalnya bentar lagi hilang.."









Tak lama, begitu liontin kalung Yeri berhenti berkedip, keadaan gadis itu lebih membaik.

Mark manjambak rambutnya frustasi, sedangkan Chaeyoung masih belum berhenti menangis.

"Yeri tolong jelasin ke gue, ini sebenarnya kenapa?"

Yeri juga menangis, "Kayaknya ini bakalan jadi time trip yang terakhir. Portal ini bakalan bener-bener hilang , Mark. Gue gatau kenapa, tapi mungkin ini pinalti karna gue ngeloncat  begitu jauh. Sebelumnya paling jauh gue cuma ngeloncat 2 tahun. Tapi ini 7 tahun."

"Jadi maksudnya, begitu portal ini hilang lo gabakal bisa balik kesini?" Tanya Mark.

Yeri menghela napas pelan, sebelum akhirnya mengangguk pelan.

"Mungkin bisa, tapi kita bakal ketemu dimasa yang berbeda. Lo diumur 20 tahun, dan gue diumur 27 tahun. Semua pasti bakal terasa berbeda, Mark. Kalo lo tiba-tiba datang dikehidupan gue nanti."


"T-trus kita harus gimana, kak?" Isak Chaeyoung.

Yeri menunduk dalam.

"Kalo gitu jangan pergi, Yeri. Tetep disini. Dan lo bisa balik kerumah lo, dengan keadaan seperti ini. Di usia ini. Lo masih tetep muda, Yer." Ucap Mark frustasi.

"Gabisa, Mark. Itu namanya gue melawan takdir." Cicit Yeri pelan.

"Gue cuma gamau kehilangan lo, Yeri!" Tidak sadar, Mark menaikkan nada bicaranya.

"Yeri gue mohon—" Mark menggenggam tangan Yeri. "Semuanya ga akan berubah. Cuma usia lo yang berubah."



Hening. Ruangan itu sunyi untuk waktu yang cukup lama.

"Oke, gue bakal tetap disini—" Jawab Yeri pelan.

Mark lalu mendekap tubuh Yeri. "Makasih, Yeri. Makasih."

Suara Yeri sudah tidak terdengar lagi. Bahkan gadis itu tidak berani mendongakkan wajahnya–– untuk sekadar menatap mata Mark.

"Yaudah, sekarang lo sama Chaeyoung tidur. Istirahat. Besok kita bisa balik kerumah lo." Senyum simpul Mark.





























Jam 11 malam. Seperti pertemuan pertamanya dengan Mark.

Dengan perlahan Yeri membuka pintu kamar Mark. Pemuda itu sudah tertidur nyenyak.

Gadis itu tidak sanggup untuk menahan tangisnya ketika melihat wajah Mark. Dengan mengepalkan tangannya, Yeri berusaha menghentikan tangisnya.

"Maaf— Maafin gue, Mark."





























Esok paginya Mark bangun dengan keadaan semangat. Ingin bertemu dengan Yeri.

Tok tok.

"Chaeng, Yeri, bangunnn."

Tidak lama Chaeyoung keluar dengan wajah paniknya. "Bang, kak Yeri mana? Udah bangun ya?"



Mark bingung. "Loh, bukannya semalam tidur disini sama lo?"

"Tadi pas gue bangun udah gaada, bang." Chaeyoung menggeleng cepat.

Mark panik. Sangat panik. "Jadi dimana dong?!"

Keduanya langsung berlari menuju kamar Mark, dan membuka pintu toiletnya. Mark jatuh terduduk dilantai. Matanya memerah, perlahan mulai terdengar isak tangisnya.

Air bath up Mark yang semula berubah warna menjadi biru pekat —saat digunakan Yeri sebagai portalnya— kini sudah berubah kembali menjadi seperti air biasa.

Bahkan Chaeyoung menemukan sepucuk kertas diujung lantai, bertuliskan,

"Maafin gue Mark.."

Dan juga sebuah alamat, yang sepertinya alamat rumah Yeri.


"Yeri.." Ucap Mark lirih.

"Chaeng.. Yeri udah pergi, ninggalin kita." Cicit Mark pelan. "Yeri bener-bener ninggalin kita."

 ✔️Through the night  | Mark YeriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang