It's Me | 30

1.5K 85 0
                                    

Jika mencintaiku juga sebuah kebohongan, maka pergilah! Aku tidak butuh cinta palsumu.
🍂🍂

"Sekarang, sejak matahari terbenam, mari kita akhiri hubungan ini."

Arsyfa mematung. Jantungnya berdetak kencang.

"Kenapa tiba-tiba sekali? Kamu bercanda, 'kan? Kenapa kita harus putus? Aku butuh penjelasan, Thif!" mata Arsyfa mulai berkaca-kaca. Ini terlalu cepat, mereka baru beberapa hari pacaran dan sekarang Athif sudah memintanya untuk mengakhiri hubungan itu.

Athif tersenyum sarkastis, "Bukankah yang seharusnya butuh penjelasan itu gue?"

Athif kembali memakai sapaan 'lo-gue' pada Arsyfa.

"Maksud kamu apa?"

"Cukup Arsyfa! Gue muak lihat wajah sok bego lo. Dasar pembohong!" teriak Athif penuh emosi.

Pembohong? Ya, setelah mendengar kata itu Arsyfa paham mengapa Athif marah padanya. Itu pasti karena Athif sudah tahu apa yang ia sembunyikan.

"Gue gak nyangka, ternyata lo bohong sama gue. Apa mungkin, cinta lo itu juga sebuah kebohongan? Lo pura-pura juga mencintai gue, apa karena lo ingin menebus kesalahan lo? Cinta lo palsu, 'kan? Kenapa lo gak jujur dari dulu, Arsyfa!" suara Athif meninggi, tanda kemarahannya sudah meledak.

Arsyfa menggeleng, "Aku memang sembunyiin itu dari kamu, tapi-"

Athif menyela, "Karena lo kasihan sama gue? Gue semenyedihkan itu di mata lo, ya? Lo pikir, kebohongan lo itu akan bertahan lama? Bodoh. Seharusnya lo jujur aja!"

"Gue kecewa sama lo, Arsyfa. Lo udah bohong sama gue, terus pura-pura cinta sama gue. Padahal cuma mau tanggung jawab. Sekarang sudah jelas, 'kan?" tanya Athif, suaranya berubah menjadi pelan. Namun, kata-katanya cukup menusuk hati Arsyfa. Tatapannya masih saja tajam.

"Mari kita akhiri hubungan ini, lupakan semua yang sudah terjadi. Dan, mari menjadi orang asing," pungkas Athif lalu berlalu pergi.

Arsyfa mencegat Athif dan memeluk Athif dari belakang. Ia menangis, "Athif, dengerin aku dulu!"

Dengan kasarnya, Athif menjauhkan tangan Arsyfa yang melingkar di perutnya. Saat ini, ia tidak akan luluh dengan tangisan dan permintaan Arsyfa. Ia terlanjur kecewa dan marah. Dan juga, suasana hatinya sangat buruk saat ini.

"Aku minta maaf Athif! Aku tau aku salah. Aku sudah bohongi kamu, tapi-"

Lagi, Athif menyela, "Gue benci sama pembohong. Menyingkirlah dari dekat gue!"

"Athif!"

Sekalipun Athif tidak menoleh ke belakang. Sekarang ia benar-benar pergi menjauh dari Arsyfa.

"Athif, soal perasaan, aku jujur, aku benar-benar menyukaimu!" percuma teriakan dari Arsyfa ini. Toh Athif sudah menghilang dari pandangannya. Tentu saja Athif juga tidak akan mendengarnya.

Sekarang, rasa sakit hati dan penyesalan mengiringi Arsyfa. Juga menyadarkannya, bahwa itu sudah berakhir.

***

Setelah shalat Maghrib, Arsyfa duduk bersandar di kepala tempat tidurnya. Matanya memandang lurus ke depan. Namun, pandangannya buram karena air mata.

Menangis, menangis, dan menangis. Seolah dirinya yang paling menyedihkan di dunia ini. Ia lupa, di luar sana, ada orang yang lebih terpuruk darinya. Memang pada dasarnya, perasaan 'seolah dirinya paling menyedihkan' sering hinggap di pikiran orang yang sedang sedih.

Penyesalan selalu datang terlambat. Sungguh, ia sangat menyesal sudah berbohong pada Athif. Karena, serapi apa pun ia menutupi sebuah kebohongan, pada akhirnya kebohongan itu akan terkuak.

Jika tahu seperti ini, ia akan jujur pada Athif dari awal. Jika tetaplah jika, faktanya ia sudah terlambat. Percuma mengatakan jika ini dan jika itu, karena ia tidak akan bisa memperbaiki itu pada waktu yang sudah berlalu. Yang pasti, ia sudah merusak mimpinya Athif.

Sekarang, yang hanya bisa ia lakukan adalah menyesali semuanya. Lalu menangis, yang tak akan merubah apa pun kecuali menambah penyesalannya.

***

Athif tidur dengan telentang, matanya menatap kosong ke arah langit-langit kamarnya. Sedetik kemudian, setetes air mata turun dari matanya.

"Bego! Kenapa gue nangis?" batin Athif. Cowok itu cepat-cepat menyeka setetes air matanya. Takut ketahuan oleh penghuni rumahnya. Bisa-bisa harga dirinya diinjak-injak oleh Rifqie, jika adik laki-lakinya itu tahu.

Meski begitu, ia terus kepikiran. Ia tidak menyangka kalau Arsyfa berbohong padanya. Ia tidak menyangka, ternyata cintanya bertepuk sebelah tangan. Arsyfa hanya bertanggung jawab. Padahal Athif, ia benar-benar tulus pada Arsyfa.

Hatinya begitu sakit. Sial, air matanya keluar lagi. Oleh sebab itu, ia menutup matanya dengan lengan kanannya. Jujur, ini pertama kalinya Athif menangis karena seorang cewek.

"Lo nangis?" tiba-tiba pertanyaan seperti ini terdengar oleh gendang telinga Athif.

Athif menjauhkan tangannya dari matanya dan mendapati kehadiran Rifqie. Sial lagi, ia lupa mengunci pintu kamarnya.

"Kenapa lo masuk kamar gue gak ketuk pintu dulu?!" Athif menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Gawat, ia ketahuan.

Dari celah-celah jarinya, Athif melihat Rifqie menyeringai.

"Lo kenapa nangis? Habis putus sama cewek?"

Telat, ia sudah ketahuan. Oleh sebab itu, Athif bangkit dari kasur dan mendorong paksa Rifqie keluar dari kamarnya.

"Ngaku aja, Bang! Lo bisa curhat sama gue kok. Gue sudah sangat berpengalaman di bidang itu," ucap Rifqie sebelum Athif menendangnya keluar kamar.

Pintu sudah terkunci. Sekarang Athif sudah aman dari Rifqie.

"Mamah, Bang Athif nangis Mah! Dia kelihatan kayak cewek yang baru putus cinta. Kasihan banget, Mah. Matanya sembab," ucap Rifqie dari luar kamar dengan suara keras.

Sialan. Adiknya itu, benar-benar sudah menginjak-injak harga dirinya malam ini.

***

See you next part.

09 Juni 2019
By Warda

It's Me (END)✔️Where stories live. Discover now