01

25.3K 1.4K 42
                                    

mon maap jika ada typo dan kesalahan lainnya.


BLUE

Saat ini waktu sudah menunjukkan puku 21.31 malam, terlihat seorang pemuda manis berfreckles itu baru saja pulang dari suatu tempat dengan tergesa-gesa, guratan khawatir terlihat jelas tercetak di wajah nya.

Sesekali ia mengusap seragam nya yang terkena rintikan hujan sembari mengumamkan kata 'jangan terlalu basah, please.'

Namanya lee Felix, pemuda itu terlambat pulang karena harus mengerjakan tugas kelompok yang harus dikumpulkan besok di rumah Salah satu teman nya.

Felix kira ia tidak akan pulang selarut ini. Ya harus nya seperti itu, tapi pikiran itu harus dibuang jauh jauh karna nyatanya hanya ia sendiri lah yang mengerjakan tugas kelompok tersebut, sedangkan temannya yang lain memilih acuh pada tanggung jawab akan tugas-tugas yang telah di berikan. Padahal semua teman kelompok Felix hadir saat itu, bahkan pemilik rumah pun juga sama sekali tidak perduli pada tugas kelompoknya dan memilih untuk memberikan semua tumpukan kertas kepada Felix seorang diri.

Dari pada membawa nilai kosong untuk pelajaran maka terpaksa Felix harus mengerjakan nya sendiri.

Felix mendengus kesal ketika mengingat itu adalah alasan nya pulang terlambat kerumah dan itu merupakan sebuah kesalahan besar. semoga saja apa yang Felix cemaskan tidak pernah terjadi

Felix masuk ke dalam rumah dengan langkah hening. Tepatnya ia tak ingin membangunkan ibu nya. Memang biasanya wanita itu tidur pada jam jam segini. Semoga saja dia sudah benar-benar tidur.

Tapi sepertinya dewi Fortuna pun enggan berpihak padanya, karna sekarang ibunya muncul di hadapan Felix dengan wajah yang benar-benar marah.

"Dari mana saja kamu?! Kenapa baru pulang jam segini?!" Sentak ibu dari Felix, memasang wajah geram. "Kamu ini! Kelakuan nya Sama aja seperti ayahmu. Ngga ada bedanya."

Rasanya sangat sakit saat orang lain merendahkan ayah mu di hadapan mu tapi kau tak mampu melakukan apapun.

Felix paling tidak suka jika ayah nya di rendahkan atau di remehkan seperti itu. Ia berlalu sebgitu saja dari hadapan ibu nya, langkah nya ia cepatkan dengan kepala yang menunduk. Sengaja agar ia dapat menyembunyikan air mata nya dan juga tak ingin terlihat cengeng dan manja dihadapan wanita paru baya itu.

Felix memiliki perasaan yang sangat sensitif sehingga hal-hal kecil mampu membuatnya merasa emosional. Hidup nya yang dulu sangat berkebutuhan cukup dan selalu mendapatkan kasih sayang yang besar membuat Felix tidak terbiasa akan kalimat bentakan dan cacian.

Felix lelah ia hanya ingin tidur. Sesampainya di kamar ia tersenyum saat melihat kasurnya. Ia rebahkan tubuh mungil ke atas kasur. Walaupun tak ada kasur king size mewahnya yang dulu dan hanya ada kasur panjang kecil dan tipis, Felix tetap bersyukur, itu sudah cukup daripada ia harus tidur di lantai yang dingin. Sedangkan Ibunya tidur di kamar paling besar bersama adik nya di rumah sederhana mereka yang sekarang mereka tempati saat ini.

sebenarnya ibu Felix adalah Ibu tirinya karna sang ayah menikah lagi dengan seorang janda beranak satu yang memiliki anak dengan selisih umur tujuh tahun lebih muda dari Felix. Walaupun hanya adik tiri tapi Felix menyayangi adik nya seperti adik kandung, begitu juga sebaliknya.

Namanya Mingrui.

Dulu ibu tiri Felix itu adalah seorang yang sangat Penyayang sama seperti ibu-ibu di luar sana. Keluarga mereka pun terbilang cukup kaya raya dan kehidupan Felix sangat bahagia. Tak terasa sudah lima tahun mereka hidup bersama dengan bahagia.

Tapi semenjak ayah Felix sakit sakitan karna perusahaannya tiba-tiba bangkrut yang entah mengapa alasan nya--karna Felix tidak pernah mengerti urusan kantor. Ayah Felix jatuh sakit dan akhirnya meninggal. Felix harus menerima kepergian ayahnya dengan ikhlas karna dipikirannya setidaknya ia tidak sendiri di Dunia, ia masih memiliki ibu yang baik padanya.

Dan Sepertinya Felix harus membuang jauh pikiran nya itu, karena nyatanya semenjak rumah mewah mereka di sita untuk membayar semua hutang-hutang ayahnya, ibunya berubah menjadi sosok ibu tiri yang sebenarnya, tak ada lagi kasih sayang yang ia berikan pada Felix, ia hanya memberikan kasih sayang pada anak kandung nya.

Felix sering dimarahi tanpa alasan yang jelas, ia sering sekali menjadi objek pelampiasan wanita tersebut dan ketika adiknya membelanya si adik malah berakhir di kurung seharian di dalam kamar.

"Kak Felix kenapa baru pulang?" pintu kamar terbuka, menampilkan seorang bocah dengan balutan piyama pororo berwarna biru.

"Lho, kok kamu udah malem malah kesini? Nanti mama marah." nada cemas yang sangat kentara tak mampu ia tutupi. Takut-takut jika ibu nya memergoki keduanya, sebab mingrui sangat tidak dibolehkan berinteraksi dengan Felix.

Anak itu terkekeh pelan melihat Felix yang terlampau waspada. "ini aku udah nyiapin makanan untuk kakak, kakak pasti belum makan kan?" ucapnya dengan nada jenaka. "Yaudah, makan ya kak, jangan sampai sakit! Tenang Tadi Aku bilangnya ke mama ijin ke toilet kok, hehehe." mingrui menggaruk tengkuknya sambil tersenyum malu-malu.

"makasih, ya." Felix megelus pelan surai lembut adik nya lalu memberikan beberapa kecupan di pipi manis sang adik sebagai ucapan terima kasih nya.

"Yaudah sana masuk, nanti mama curiga sama kamu." Suruh Felix pada adiknya yang di balas anggukan, bocah itu segera melenggang pergi setelah mengucapkan selama malam untuk kakak tercinta nya.

Setelah melihat mingrui pergi Felix langsung memakan makanan yang di ambilkan oleh adiknya. Tanpa berganti baju terlebih dahulu ataupun mandi, karna ia sudah teramat sangat lapar. Makanan ringan yang dia makan saat kerja kelompok tadi rupanya tak cukup untuk mengisi perutnya. Lebih baik Setelah makan saja baru ia mandi , pikir Felix.

Setelah makan Felix pun membersihkan badan nya dan bergegas untuk tidur karena ia harus bangun sangat pagi sekali besok.

BLUE

langit masih terlihat gelap, bahkan mata haripun belum terbit, namun Felix sudah bangun pagi-pagi sekali. ia bertujuan bangun pagi untuk membersihkan rumah dan membuat sarapan untuk mereka- ibu dan adik Felix. Itu memang rutinitas Felix selama ia tinggal di rumah sederhana ini. Jika dihitung sudah dua bulan kehidupan Felix di jungkir balikan seperti ini.

Tapi Felix tidak seperti ibunya yang selalu mengeluh dengan semua kemalangan yang terjadi. Ia hanya bisa bersabar dan selalu mengambil sisi positif nya.

Setelah selesai bersih bersih dan membuat sarapan, Felix langsung mengambil tas sekolah dan pergi berangkat sekolah tanpa berpamitan. Tentu saja setelah ia mengisi perut nya juga. Bahkan ibu Felix belum bangun jam segini, karna apa? Karna Felix berangkat dua jam lebih awal untuk berangkat ke sekolah. Berarti waktu masih menunjukan pukul lima pagi.

Astaga! Murid mana yang berangkat terlalu cepat seperti Felix?

tbc

Blue (hyunlix) ✔︎Where stories live. Discover now