-2-

424 65 5
                                    

~4 O'Clock~

____________________

Aku tak merasa keberatan jika kau mengusik hari-hariku.

___________________

Pagi ini aku berlari dengan baju stelan puma hitam kesayanganku. Seperti biasa menelusuri jalanan sepi dan berujung ke pantai. Entah mengapa aku bersemangat sekali.

Apa karena akan bertemu dengan teman baruku itu? mungkin juga begitu. Senyumku terus mengembang sepanjang perjalanan. Aneh. Tak biasanya seperti ini, dan apa ini? kenapa jantungku berdebar? oh sepertinya aku sudah mulai gila.

Atau jangan-jangan. Aku. Sedang jatuh cinta. Tidak...tidak, kubuang jauh-jauh pikiran itu. Hey bukankah baru kemarin kami bertemu, mana ada perasaan yang tumbuh secepat itu. Mungkin karena dia teman baruku, jadi aku gugup kalau bertemu dengannya.

Karena pikiran koyolku tadi, sekarang aku semakin gugup ketika melihatnya yang sedang duduk termenung di pinggiran pantai. Ku atur nafasku untuk mengurangi rasa gugupku, kemudian melangkah mendekat kearahnya dan mengambil posisi duduk yang nyaman.

"apa kau sudah lama disini?" tanyaku membuka obrolan.

"belum lama, baru beberapa menit yang lalu" jawabnya singkat.

"ah iya kemarin kenapa kau mengucapkan trimakasih padaku?"

Dia terdiam, mungkin sedang mengingat perkataannya kemarin.

"emm itu, karena kau mau berteman denganku" balasnya sambil menundukkan kepalanya.

"hanya itu? maksudku kau berterimakasih hanya karena aku mau menganggapmu sebagai temanku" ucapku memastikan.

Bukankah itu hanya hal sepele yang tak perlu ucapan terimakasih. Apa dia tidak memiliki teman diluar sana?

"entahlah aku ini memiliki teman atau tidak, karena seumur hidupku aku hanya menyendiri. Teman-teman sekolahku tidak ada yang mau berteman denganku" terangnya seakan membaca pikiranku.

"dulu pernah aku memiliki teman tapi itu hanya sebentar, karena dia hanya menjadikanku taruhannya. Lalu dia pergi meninggalkanku tanpa alasan" imbuhnya lagi.

"wahhh...daebak jadi aku orang pertama yang menjadi temanmu" balasku antusias.

"bisa dibilang seperti itu, lalu apakah kau juga akan pergi meninggalkanku setelah ini?"

Pertanyaannya mampu membuat kami berpandangan cukup lama. Untuk kedua kalinya jantungku berpacu dua kali lipat dari biasanya. Sepertinya setelah ini aku harus mengecek jantungku ke rumah sakit.

Sadar akan pandangan kami yang bertabrakan cukup lama, kuputuskan sepihak dan menatap kearah lain. Ini tidak baik untuk kesehatan jantungku.

Jika aku langsung menatap kearah lain, beda dengannya. Dia masih dalam posisi yang sama yaitu menatapku. Tidak tahan dipandang terus menerus ku beranikan untuk bertanya.

"kenapa?" tanyaku ketus.Apa dia tidak paham, aku salah tingkah karena pandangannya barusan.

"hahh... sudahlah lupakan" ucapnya diiringi helaan nafas berat.

4 O'CLOCKWhere stories live. Discover now