1. Windy Night

3.9K 407 46
                                    

Ada dua hal menarik semenjak perpisahan mereka—yang satu lebih miris sejatinya. Pertama, setelah tak sadarkan diri selama satu malam, bukannya terbangun dalam keadaan amnesia seperti drama yang ditonton Sara berulang kali, alih-alih Seokjin bangun dengan indra yang sangat baik dan bertambah; sedikit makhluk halus menemani rutinitas jalan paginya semenjak sore tersebut. Kedua, mereka benar-benar berpisah, Sara bahkan tak memunculkan batang hidungnya barang satu detik pun—Seokjin tak bisa menyalahkan wanita itu sepenuhnya sih, bagaimanapun juga ia punya andil besar dalam konflik ini.

Kegiatan Seokjin di ruang yang sarat berbau antiseptik ini hanya makan, tidur, makan, tidur, sesekali merindu—mantan—kekasihnya, sesekali berjalan ke luar kamar untuk menghirup udara segar. Kedua tangannya terlipat di dalam saku baju rumah sakit, sementara tungkainya melangkah perlahan melewati lorong—cukup pelan sampai presensinya tak disadari beberapa suster jaga di sana. Kemudian Seokjin dapat menangkap bisik-bisik suster, mereka tengah membicarakan gosip pasangan dokter dan sesekali membahas tentang pasien yang dirawat di sana.

Seokjin tak ingin ambil pusing pada mulanya, namun tatkala nama Sara terucap dari kerumunan tersebut, mau tak mau Seokjin terpaku. Kemudian memori yang telah dikubur otaknya dengan sengaja kembali ke permukaan; mengapung terombang-ambing di atas ombak, pun kendati Seokjin takut untuk melihat apa yang tersimpan di dalam sana, ia tetap menggapainya.

Matanya kontan membeliak, sementara kekuatan di kedua tungkainya langsung libas. Jantungnya seolah diremas oleh entitas tak kasat mata ketika momen demi momen bergulir di otaknya. Sial. Sial ini sakit sekali. Mengalahkan bagaimana rasanya hampir mati itu sendiri.

Ada tungkai Sara yang berlari menerobos lalu lintas, disusul oleh suara klakson yang menggema sepanjang jalan raya. Seokjin yang berlari untuk mengejar kekasihnya dan sebuah keterlambatan. Waktu tungkainya telah menjejak aspal di sekitar sana, tubuh Sara sudah terkulai lemas bersama darah yang tergenang di sekelilingnya.

Kemudian tungkainya tetap melaju, membuyarkan klakson kedua, dan yang kemudian ia tahu cuma hitam. Hitam dan kematian Sara.

Kini Seokjin terduduk, meringkuk dibalik pintu sembari memejamkan mata erat-erat dan menutup telinga. Tidak. Kematian adalah takdir Sang Penguasa. Tidak. Kalau memang Sara harus mati, Seokjin tidak dapat mengubah waktu maupun tatanan kehidupan karena ia hanya manusia tak berdaya. 

Bukankah kau yang membunuhnya?

Namun mengapa kalau Seokjin tidak seberdaya itu, ia masih mendengar suara jeritan, serta ketakutan, dan suara Sara yang menangis sambil menyalahkan Seokjin? Lalu ia sadar. Semua memang terjadi karena dirinya; karena Seokjin yang pengecut untuk menerima tanggung jawab atas anaknya yang dikandung Sara.

Lantas semesta menjadikan Seokjin pembunuh atas kekasih serta anaknya sendiri.

🌕🌗🌑

Karena aku sudah cukup sering lewat di notif kalian lewat post, aku mau ngomong di sini aja, mohon maaf lahir dan batin semuanya. Maaf kalau ada sikapku yang mengecewakan atau kurang berkenan. Selamat lebaran, liburan, bersilahturahmi, dan selamat makan ❤️❤️❤️

Blurred LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang