A Night to Remember | Wooseok-Jeno

11.1K 509 150
                                    

***

Genre : fluff

"I hope we can meet again some day."

***

Jeno menggembungkan pipinya bosan. Sudah ia duga, party seperti ini bukan tempatnya. Tempat di mana orang-orang menari dengan musik yang keras, menenggak minuman beralkohol, going crazy as if there's no tomorrow. Bukan gaya Jeno sama sekali.

Jeno tidak akan datang ke pesta semacam ini jika bukan karena diundang oleh Haechan, sahabatnya yang juga merupakan pacar sepupunya, Mark Lee. Dalam rangka anniversary ke-3 tahun, pasangan tersebut menyewa salah satu club malam ternama untuk menggelar pesta semalaman. Dan Jeno, sebagai orang yang mempertemukan mereka, tentu saja mendapat undangan eksklusif.

Jeno sebenarnya sudah hendak menolak datang, secara ia juga tidak punya siapa-siapa untuk diajak menemaninya. Teman-temannya semua membawa kekasih mereka, selain pasangan Mark-Haechan, ada juga Jaemin yang pergi bersama Renjun, Jisung yang mengajak Chenle, sepupu Renjun yang sedang ia dekati, kakaknya Lee Taeyong datang bersama Jung Jaehyun sang tunangan, bahkan ada Felix yang sempat dilema hendak mengajak Hyunjin atau Changbin. Ia adalah satu-satunya yang tidak tahu hendak mengajak siapa.

Tetapi Haechan tetap kekeuh memaksa Jeno untuk datang. Teman-temannya juga bahkan sudah berjanji tidak akan membiarkan Jeno bosan dan kesepian di sana. Ya, seperti yang mereka katakan, promises were made to be broken. Kenyataannya, teman-temannya sendiri sudah kacau keadaannya.

Haechan dan Mark yang sama-sama sudah mabuk menari dengan gila di lantai dansa. Taeyong dan Jaehyun sudah menghilang dari pandangan -Jeno tidak ingin tahu apa yang sedang mereka lakukan. Jisung sedari tadi berusaha untuk tetap sadar dan tidak mabuk supaya bisa tetap mengobrol dengan Chenle, tetapi justru si pemuda manis dari China-lah yang sudah teler akibat alkohol. Akhirnya Jisung terpaksa berhenti minum, kalau ia juga mabuk, siapa yang nanti mengurus Chenle?

Berbeda kasus dengan Jisung-Chenle, Jaemin justru sudah mabuk berat dan kini terus menempeli Renjun seperti prangko. Dengan wajah teler yang sudah setengah sadar, pemuda Agustus itu masih saja menuangkan cairan dari botol kaca di mejanya ke gelas, lagi dan lagi. Renjun yang dari tadi berusaha menyingkirkan gelas tersebut kini sudah tidak peduli, lebih tertarik dengan white wine di tangannya.

Jeno melirik gelas fruit punch-nya yang sudah hampir tandas. Ia sengaja tidak memesan minuman alkohol. Tidak ada yang bisa ia repotkan kalau ia mabuk. Lagipula Jeno tidak terlalu menikmati minuman alkohol.

Jeno melihat-lihat ke sekelilingnya. Benar-benar tidak ada yang bisa dilakukan. Apakah ia harus pulang saja? Karena sungguh, Jeno mulai mati bosan.

Baru saja Jeno hendak bangun untuk pergi dari situ, tiba-tiba sesosok pemuda tampan menghampirinya. Kelihatannya lebih tua dari Jeno. Tubuhnya tinggi tegap, pundak yang lebar serta kaki yang jenjang. Wajahnya dihiasi oleh hidung bangir yang indah serta mata yang tajam.

Jeno menahan napas. Baru kali ini Jeno mengakui ada orang yang jauh lebih tampan darinya.

"Hai," orang itu menyapa Jeno dengan ramah, kemudian duduk di kursi di hadapan Jeno. "Sendirian?"

"Y-ya begitulah," jawab Jeno sambil tersenyum canggung. Ya Tuhan, siapa pemuda ini? Kenapa Haechan tidak bilang sih tamu undangannya ada yang setampan ini?

"Tidak keberatan 'kan aku temani?" tanya pemuda lagi, yang langsung Jeno balas dengan gelengan kencang. "Tidak apa-apa! Aku malah senang kok, ditemani!"

Pemuda itu menuangkan minuman dari botol yang dibawanya ke dalam gelas, kemudian menenggaknya dalam sekali teguk. Jeno memperhatikan bagaimana jakun itu bergerak naik-turun seiring irama tegukan yang muncul.

Strawberry Champagne | All x JenoWhere stories live. Discover now