XI. LATIH TANDING

66 13 8
                                    

Kau tidak pemanasan?" Tanya Arthuria yang sudah berkeringat. Gadis itu mengambil minuman di bar lokasi latihan itu. Gilgamesh sudah duduk disana, pemuda itu bahkan tidak berkeringat sedikitpun. Lebih tepat kalau dia tidak melakukan apa-apa.

"Untuk apa?" Jawabnya.

"Terserahlah, kuharap kau masih tetap hidup setelah ini." Arthuria menghabiskan satu botol 600ml air mineral.

Gadis itu ke gudang senjata, ia mulai memilih senjata yang cocok untuknya. Ia teringat sesuatu, bergegas ke ambang pintu. "Kau tidak boleh menggunakan sihir dan kemampuanmu. Apalagi harta mulia!" Serunya ke arah Gilgamesh.

Pemuda itu akan protes, saat tiba-tiba Arthuria melemparkan tombak ke arahnya. Tombak itu menancap tepat di sisi leher Gilgamesh.

"Kau terkejut?" Di tangan gadis itu sudah ada dua tombak lagi.

"Tunggu!" Gilgamesh mengarahkan tangannya menahan Arthuria bergerak. "Baiklah aku ikuti permainanmu, kau mau berlatih seperti apa atau bagaimana?"

"Tanpa sihir, apa pun yang terjadi." Arthuria ke arah jam pasir. "Sampai pasir ini habis." Ia membalik jam pasir itu.

"Baiklah," Gil mencabut tombak di sampingnya.

Keduanya berada di arena saling waspada. Gil tahu gaya bertarung Arthuria, begitu pula kelincahan dan ketahanannya pada rasa sakit. Arthuria dalam posisi bertahan saat Gil melemparkan tombak itu dengan cepat.

Arthuria menangkisnya, gadis itu hampir lengah saat belati hampir menggores pipinya. Gadis itu memujinya, ia mungkin terlalu meremehkan Gilgamesh. Salto untuk menghindari tebasan lain.

Gilgamesh memuji kelincahannya, ia tahu jika saja dia lengah, nyawanya ada di ujung tanduk. Pemuda itu menerima serangan balasan. Gadis itu sudah berganti dengan pedangnya. "Ck!" Decak Gilgamesh. Ini masih permulaan, dia tahu gadis itu lebih berbahaya saat memegang pedang atau bahkan senapan.

Ia membanting Gilgamesh ke tembok pembatas. Tentu, tentu saja Arthuria terus memojokkannya seperti orang kerasukan. Gilgamesh menangkap amarah dan penyesalan di mata zamrud itu. Ia menangkis serangan itu.

Tembok batas itu retak setelah Arthuria melemparkan tombak ke arah Gil yang berdiri di dekat sana. Jam pasir masih ada setengahnya. Waktu mereka masih banyak begitu matahari belum berada di atas kepala.

Arena menjadi semakin kacau, bahkan Gilgamesh sudah mendapat beberapa goresan di kulitnya. Senjata-senjata tajam itu nyata, gudang Kairi ditutup setelah jam pasir itu hanya tersisa seperempatnya. Pelayan-pelayan itu menyiapkan perlengkapan medis. Seperti biasa arena latihan yang nampak kacau membuat Kairi khawatir dan menyiapkan tenaga medis.

Gilgamesh melemparkan gada besar ke arah Arthuria. Gadis itu menghindar, membiarkan gada membentur tembok dan meruntuhkan sisinya. Nampak lautan lepas di arena itu. Arthuria balas menyerang, gadis itu terus melatih pertarungan jarak dekatnya. Ia masih menggenggam pedang di tangannya.

Arthuria memojokkan Gilgamesh, kini serangannya semakin brutal. Di berhasil menjatuhkan Gilgamesh, menjauhkan pemuda itu dari senjatanya. Selagi masih ada pasir di bagian atas tabung itu, Gilgamesh memiliki kesempatan untuk membalas.

Ia melemparkan tanah ke arah Arthuria. Gadis itu mundur menangkis serangan Gilgamesh, ia berusaha tetap seimbang. Satu jegalan batu membuatnya terjatuh. Kini Arthuria berguling, ia terus menghindari serangan itu. Ditendangnya kaki Gilgamesh, pemuda itu ambruk hampir menindihnya. Arthuria menendangnya, melempar pemuda itu. Namun, Gilgamesh mencengkeram lengannya kuat. Keduanya bergelut saling berguling.

Jam pasir itu telah habis, begitu pula matahari yang sudah melewati atas kepala mereka. Keduanya masuh berguling, hingga di tepian tembok yang berlubang. Gil menendang Arthuria, melemparnya ke lautan.

Sumpah serapah keluar dari mulut gadis itu sambil memegangi dahinya yang sobek setelah dibenturkan dengan kepala Gilgamesh.

Gilgamesh berdiri di tepian, satu bulatn emas muncul di udara. Arthuria terikat pada rantai emasnya. Gadis itu merasakan pening yang amat hebat. Ia seperti pernah mengalaminya, pernah terluka seperti ini dan juga pernah diselamatkan seperti ini.

Keduanya telah kembali ke arena. Keringat membuat keduanya basah kuyup di bawah terik matahari. Tim medis masuk ke dalam arena membawa tandunya. Gilgamesh melepaskan lilitan rantai itu dari tubuh mungil gadisnya.

"Aku terkejut kau tidak mati." Arthuria duduk di tandu itu. Ia melihat Gilgamesh yang mulai mengernyit merasakan nyeri.

Gilgamesh bahkan hampir tumbang, ini hanya latihan pikirnya. "Aku setengah dewa, kau ingat."

"Ya, terserah." Jawabnya ketus. Tim medis membawa keduanya dalam ruangan.

☆☆☆

Terimakasih sudah mampir

Jangan lupa vote dan komennya

Maaf adegan ini terlalu pendek

m__m

[COMPLETE] Fate Paralel Order [FGO/FF]Where stories live. Discover now