Lantunan 12

1K 85 9
                                    

Sebuah rasa akan terasa sangat istimewa ketika hanya kau dan Sang Pencipta saja yang mengetahuinya.

🍂🍂🍂

Sejak tadi Kinan sibuk membaca deretan pesan yang masuk ke ponselnya. Pesan dari grup yang baru ia masuki, tepatnya grup divisi peralatan untuk acara rihlah bulan ini. Rahman yang memasukan, tidak heran karena saat terakhir kali rapat rohis pemuda itu meminta nomor ponselnya. Ah! Jangan salah sangka bukan hanya nomor Kinan kok, tapi juga anggota divisi yang lainnya.

Semalam Kinan ketiduran, sehingga gadis itu melewatkan diskusi penting antara semua divisi peralatan. Alhasil Rahman meminta Kinan untuk menemuinya pagi ini. Dengan segenap keberanian Kinan berusaha bersikap profesional dengan mengesampingkan perasaannya.

Dan di sinilah Kinan sekarang. Melangkahkan kaki di koridor anak kelas dua belas. Wajahnya lurus ke depan, bersikap acuh pada segerombolan kakak kelas laki-laki yang bersiul ketika Kinan melewatinya.

"Menyebalkan!" gumam Kinan.

Gadis itu mempercepat langkah, masih dengan wajah datar andalannya.

Wajahnya memang datar tapi sebenarnya saat ini hati Kinan sedang bertalu-talu. Bagaimana tidak? Dengan tujuan yang pasti Kinan menuju ke kelas Rahman, untuk menemui pemuda itu di pagi hari seperti ini.

"Pasien!?"

Kinan berjengkit kaget ketika sebuah suara terdengar berdengung di sampingnya. Gadis itu menoleh dan mendapati seorang pemuda tengil tengah tersenyum ke arahnya.

"Kalau ketemu sama sesama muslim itu bilang Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumussalam."

Kinan mendengus sambil tetap melangkah.

"Kamu gak lupa sama saya lagi 'kan?" tanya pemuda itu.

"Nggak Aksa."

"Ada yang ketinggalan deh kayaknya," Aksa mengetukan telunjuknya di pipi seolah tengah berpikir.

Kinan mengerutkan kening, "Apa?"

"Saya ini dokter cinta kamu."

Lagi-lagi Kinan mendengus.

"Bisa gak kamu gak usah bilang di depan umum kalau kamu itu dokter cinta dan aku pasiennya?" ujar Kinan dengan intonasi datar.

"Nggak."

Kinan menghela nafas, "Maaf ya sekarang aku sibuk, jadi gak ada waktu untuk konsultasi sama dokter amatir kayak kamu."

Aksa malah tertawa ketika mendengar kalimat sarkasme Kinan.

"Ya udah. Pasien, sekarang kamu mau kemana?"

"Panggil aku Kinan, jangan pasien!"

"Oke terserah, kamu mau kemana Kinan?" ujar Aksa dengan nada yang tidak semenyebalkan tadi, menyebalkan menurut Kinan maksudnya.

"Mau ke kelas Kak Rahman." Kinan berterus terang.

"Ohhhhhhhh, pantesan pagi-pagi udah jutek ternyata lagi salting ya?" goda Aksa sembari terkekeh.

Kinan membulatkan pupil matanya, kemudian menolehkan kepala pada Aksa.

"Kenapa? Kaget ya saya tahu orang yang kamu kagumi ternyata Kak Rahman?"

Kinan masih terdiam, memasang wajah datar seakan ia tidak peduli.

"Itu karena saya dokter cinta kamu," bisik Aksa tepat di telinga Kinan membuat bulu punduknya seketika meremang.

Semerdu Lantunan Ar-Rahman (HIATUS)Where stories live. Discover now