Part 3. Bolos

9.4K 351 0
                                    

Sasa sedang bersembunyi di perpustakaan. Ia memilih bersembunyi di perpustakaan karena tempat ini tempat paling aman, saat ada pemeriksaan kebersihan diri.

Sasa tak habis pikir dengan SMA yang ia masuki ini, masa ia sudah SMA masih ada pemeriksaan kesehatan sih?

Memang benar yah Sasa ini, Sasa selalu melontarkan seribu alasan, jika alasan itu baginya tak ia sukai, atau setujui.

Memang benar banyak yang mengatakan Sasa anak yang jenius. Mungkin turunan dari Papi nya yang memang terkenal sangat pintar itu.

Walaupun Sasa anak kepala sekolah, Sasa tak pernah menyuruh untuk di takuti. Justru ia lebih memilih untuk melindungi orang orang, walau dengan itu ia keliatan buruk di mata para guru.

Tapi, walaupun kelakuan Sasa yang seperti itu ia menjadi kesayangan para guru dan menjadi wonder woman nya para anak yang sering di bully.

Sasa sudah menepuk berkali kali bagian badannya, serta menggaruk garuk kakinya. Di perpustakaan banyak sekali nyamuknya, terlebih lagi perpustakaan memang sangat gelap.

Sebenarnya satu yang si hindari oleh Sasa adalah pemeriksaan kukunya saja. Sasa mempunyai kuku yang panjang, dia tidak suka jika guru langsung memotong kukunya, karena pasti hasilnya akan sangat jelek.

Terakhir kali Bu dewi yang memotong kukunya. Alhasil Bu dewi malah melukai jarinya dan dengan enteng Bu dewi mengatakan 'salah sendiri'.

Kesel kan?

"Bentol bentol badan gua nih" Kesel Sasa. Ia kemudian segera mengambil ponselnya di sakunya. Ia kemudian menghubungi Keyla.

Sambungan telfon itu tersambung.

"Woy Key! Udah belom pemeriksaan nya? Gua gak kuat neh!" Oceh Sasa sambil masih menggaruk kaki nya. Tak ada jawaban di sana. Sasa masih memperhatikan bahwa ia masih terhubung.

"Woy kutil bebek! Lo denger gua gak sih?" Kesal Sasa.

"Kamu di mana, huh?"

Seketika mata Sasa melotot. Ia kemudian menjadi gelagapan sendiri, seketika ia menjadi takut sekaligus sangat panik.

Sasa mengenal suara itu, itu suara milik Papanya. Seketika ia memutuskan sambungan telfon itu.

Ia kemudian segera membuka sedikit pintu perpustakaan, dan melihat keadaan di luar perpustakaan.

Tak ada satupun orang di sana. Ia segera keluar perpustakaan dan menuju jalan samping gerbang belakang sekolah.

Niat Sasa ia akan bolos kali ini. Kenapa? Karena ia tau Papi nya bisa menanyakan seribu alasan padanya.

"Shit! Badan gua gatal gatal lagi" Umpat Sasa saat ia sudah berada di luar sekolah, sambil menggaruk garuk badannya.

Ia kemudian segera berjalan sambil sedikit jongkok, menghindari tatapan para warga sekolah.

Ia berjalan menjauh dari sekolah. Tujuannya mungkin tak menentu, karena jika ia pulang pasti ia akan bertemu dengan Mamanya yang selalu saja ngomel ngomel.

***

Jam sudah menunjuk pada pukul 14.00 harusnya siswa sudah pulang semuanya, sehingga Sasa sudah menunggu di halte untuk menanti kedatangan Keyla.

Selang beberapa saat, terlihat rombongan siswa mulai keluar dari sekolah. Mereka berhamburan memasuki Bus pertama.

Sasa masih terus melirik mencari keberadaan Keyla.

"Si Keyla mana sih? Idung peseknya belum keliatan lagi dari tadi" Oceh Sasa. Ia kemudian melirik ponselnya yang bergetar.

"Hallo Key? Ini lo kan?"

"Iya ini gua. Lo bener bener yah Sa! Bokap lo nyariin lo Taik! Gua gak tau lagi harus ngomong apa tadi, makanya gua jujur"

"Makanya! Gua agak takut mau pulang"

"Lo pulang aja! Dari pada gak pulang kan? Bisa bisa makin kesel bokap lo itu"

"Iya dah iya, eh tapi? Jadi nggak kita balik in jaket cowok kemaren?"

"Nah! Itu yang mau gua omongin. Gua minta Maap yak, gua tiba tiba ada urusan mendadak. Bentar lagi kan pensi akhir tahun, makanya gua bakal latihan marching"

"Akh lo PHP ih"

"Ya Maap. Mau gimana lagi? Gua gak enak lah keluar minta izin. Ntar pelatihannya marah Marah lagi"

"Ya udah deh. Lo latihan aja, gua bakal pulang aja. Kapan kapan deh gua balikin jaket tuh cowok"

"Okeh. Maap banget yah Sa"

***

Sasa sudah memasuki gerbang rumah nya. Mobil Papa nya sudah terdapat di garasi depan rumahnya. Ia kemudian melewati pintu samping rumahnya.

Saat ia membuka pintunya, tepat saat itu jantung nya hampir copot.

"Dari mana aja kamu?"

"Astagfirullah. Mama ngagetin Sasa aja, mau mami aku jantungan?"

"Jangan banyak ngeles Sasa. Kamu dari mana aja? Kenapa tadi bolos?" Tanya mama langsung. Sasa kemudian nyengir di depan Mamanya itu.

Tiba tiba Papa datang dari arah dapur, membawa secangkir teh hangat.

"Kamu itu anak Papa sama Mama satu satunya loh Sa, masa kelakuan kamu kayak gini? Kamu itu harus dewasa sedikit lah" Ledek Papa. Sasa memajukan bibirnya beberapa centi, sambil menatap arah lain.

Setidaknya ia senang, Papa dan Mamanya tidak semarah sesuai yang di ekspektasi kan oleh Sasa.

"Maafin Sasa yah Ma" Sasa kemudian segera memeluk Mama nya dari samping, serta menyandarkan kepalanya di bahu Mamanya.

"Iya, mama maafin" Mama kemudian segera mengelus pelan kepala Sasa, sambil tersenyum.

Sasa kemudian melepas pelukan nya, kemudian berjalan menuju Papa nya. Ia menunduk sambil bersandar di kedua lutut Papa nya yang sedang duduk itu.

"Maafin Sasa yah Pa. Sasa saat itu takut banget, Makanya Sasa bolos"

Papa tersenyum penuh arti. Ia kemudian mengecup pelan dahi putri semata wayangnya itu.

"Papa maafin. Tapi, jangan ulangi lagi yah"

"Iya. Janji kok, gak bakal ulangin lagi"

Mereka kemudian saling bercakap cakap layaknya sebuah keluarga kecil yang bahagia.

_____

Not CoPas!!!

Not Copas!!

Not Copas!!

SMA Udah Nikah? ✔Where stories live. Discover now