Nara enggan memungkiri bahwa dirinya ketakutan sekarang. Ia berada di lorong gelap rumah sakit yang panjang seolah tanpa ujung. Gadis itu mencoba melangkahkan kakinya satu-persatu, walaupun terasa berat. Dia terhuyung beberapa kali berusaha menyetabilkan napas yang enggan beraturan. Tubuh Nara berbalik ketika ada seseorang yang menarik tangannya.
“Kak Ahra,” bisik Nara setelah mengetahui orang yang tadi membalik badannya.
Gadis muda yang dipanggil Ahra terlampau mirip dengan Nara―hanya saja lingkaran matanya lebih pekat, surainya bergelombang, dan cara ia tersenyum pada Nara teramat mengerikan.
“Kau mengambil semuanya dariku,” ucap Ahra dingin. Tangannya yang tadi berada di bahu Nara beralih menuju leher sang adik.
Tanpa Nara duga, gadis itu mencekiknya. Nara tak berdaya. Napasnya semakin tersengal. “Kak Ahra, s-sakit. Le-lepaskan,” Nara memohon, namun Ahra enggan mengabulkan.
“Kau harus lenyap,” bibir tipis Ahra berucap lagi dengan intonasi yang membuat Nara semakin meronta.
“Nara, bangun,” suara Sehun
terdengar dalam potongan film hitam putih yang Nara rasuki.Gadis itu masih tergagap. Jari-jarinya berusaha menggapai udara kosong.
“Nara―Jung Nara!” vokal Sehun semakin keras.
Nara pun terbangun dari kenangannya. Gadis itu memegangi dada, ia merasakan nyeri sekaligus sesak. Dia menerima pelukan dari Sehun yang tadi memang mendampinginya. Nara membalas dekapan erat itu. Meski begitu, air matanya tak berhenti mengalir.
“Aku sangat takut, Sehun,” gumam Nara pelan―tetap berusaha menggapai napasnya.
Sehun membelai punggung Nara. “Semua baik-baik saja. Kita sudah melakukan cara ini beberapa kali,’ hibur si pria.
Benar, ini bukan pertama kalinya Nara berkunjung ke psikiatri. Sehun rutin menemani Nara untuk bertemu Dokter Hwang selam satu bulan belakangan ini. Dokter Hwang Minhyun adalah ahli dalam bidang hipnotis yang bertujuan untuk menggali kenangan―khususnya masa lalu penyebab trauma pada seseorang. Tujuan terapi Nara adalah agar traumanya pada ketinggian hilang. Nara diharapkan dapat memaafkan masa lalunya yang menjadi alasan si gadis itu memiliki trauma pada hal tersebut. Pada percobaan pertama belum menghasilkan apapun Nara hanya melihat kekosongan, akan tetapi pertemuan selanjutnya kilasan kenangan semakin tergambar secara nyata.
Minhyun memberikan minum pada Nara. Dokter yang berusia akhir tiga puluhan tersebut berparas tenang. Ruangan tempat prakteknya pun didesain untuk memberikan kenyamanan bagi pasien. Ia juga merupakan teman baik Sehun dan Daniel sewaktu di London.
“Apa kau bisa menceritakannya padaku, Nara?” tanya Minhyun sabar, setelah pasiennya dapat menenangkan diri.
Nara sudah melepaskan pelukannya pada Sehun, tapi ia tak membiarkan suaminya jauh. Dia menggenggam tangan Sehun. Nara menoleh ke arah si pria. “Aku sudah tahu siapa yang bersamaku sewaktu di lorong.” Nara menghembuskan napas berat. Ia memandang Sehun, takut. “Jung Ahra―dia mencekikku,” lanjutnya.
Alis Sehun mengernyit. “Apa?”
“Kak Ahra berusaha menyakitiku,” ulang Nara. Ia mulai terisak lagi.
Gadis itu menutup mulut agar suara isakannya tak terdengar.
“Tapi itu tidak mungkin,” sanggah Sehun.
“Aku rasa hari ini cukup,” Minhyun menengahi. Ia memberikan tatapan memeringatkan pada kawannya.
“Nara harus mengingat lebih jelas lagi,” ucap Sehun. Pria itu menatap Nara yang tertekan. Sehun masih keras kepala agar Nara bersedia menjalankan sesi hipnotisnya sekali lagi karena beberapa kali pertemuan―baru kali membuahkan hasil yang jelas.
YOU ARE READING
[Sehun Fanfiction] Dear Husband - END
FanfictionJung Nara: Gadis berusia dua puluh dua tahun memiliki kelainan jantung bawaan yang hidup baik-baik saja setelah operasi. Dia seperti orang normal, kehidupan yang sederhana meskipun dari keluarga kaya. Nara tidak pernah jatuh cinta karena ia sudah ke...