Bagian Delapan Belas

125K 5.8K 21
                                    

DILARANG KERAS MENG-COPY PASTE CERITA INI. JIKA KETAHUAN MELAKUKAN PELANGGARAN HAK CIPTA, MAKA AKAN MENDAPATKAN SANKSI YANG SETIMPAL

***

Zhafran terus menemani Aleta semenjak pulang dari acara pemakaman. Aleta terus saja berdiam diri dan tak berkata apapun sejak tadi. Ia hanya terus melamun dan hanya menjawab 'ya' dan 'tidak' jika mereka ajak bicara.

Saat Zhafran sampai mengantarkan Aleta ke kosan nya, ia ikut turun. Tadinya, Bima sudah mengajak Aleta untuk tinggal di hotel yang sama dengannya, tapi ia ingin sendiri saat ini.

"Kamu yakin baik-baik saja sendirian?"

"Iya, Mas.." jawab Aleta lemah.

Zhafran menatap Aleta lama, wajah perempuan itu tak seceria biasanya. Wajah rapuh karena kehilangan begitu terpancar di wajah Aleta. Ia ingin sekali berada disamping Aleta untuk menemani perempuan itu saat ini, saat-saat dimana ia butuh sekali semangat dari orang terdekat.

"Aku temani, mau?" Aleta menggeleng pelan, "Gak usah, kamu pulang saja, Mas.. kamu juga perlu jagain Pak Akbar, kan? Kasian Ayah kamu kalau gak ada yang temani," ucap Aleta.

"Ya, sudah. Kalau kamu ada apa-apa atau butuh sesuatu, langsung kabarin aku, ok?" Aleta mengangguk, "Janji?" tanya Zhafran memastikan.

"Iya, Mas.. sudah, pulang gih. Aku baik-baik saja, kok. Cuma mau istirahat," ucap Aleta dan Zhafran langsung pamit pulang setelah ia sekali lagi memastikan kondisi Aleta baik-baik saja untuk ia tinggal.

Aleta menatap mobil Zhafran yang menjauh dari kosan nya. Setelah tak terlihat lagi, ia langsung masuk dan beristirahat. Entahlah ia akan beristirahat atau akan menangis hingga pagi menjelang.

Ia sangat merindukan Mama nya.

"Baru saja kita akan membuka lembaran baru, Ma.. Mama sudah ninggalin Aleta, apa Mama ingin pergi ke Amerika, hanya sebagai izin dari Mama untuk Aleta? Mama merubah pikiran Mama, karena Mama tau, hari ini akan tiba?" Aleta terduduk di atas tempat tidurnya dengan tangis yang lagi-lagi menetes.

***

Dua hari Aleta tak masuk kerja. Bukan karena Aleta sengaja, tapi Zhafran lah yang menyuruh Aleta untuk beristirahat agar menangkan dirinya. Tanpa Aleta di kantor, Zhafran merasa tak semangat datang di kantor. Ia lebih memilih untuk bekerja pilot selama Aleta tak datang. Lagipula, ia merindukan pekerjaan ini.

Kali ini, ia menjemput Papa nya untuk pulang kerumah. Kondisi Akbar sudah lumayan pulih dan diperbolehkan untuk menjalankan rawat jalan.

"Papa perlu sesuatu?" tanya Zhafran saat masuk kedalam kamarnya.

"Tidak. Papa tidak perlu apa-apa," jawab Akbar dengan senyum sendu nya. Wajah tua Akbar masih terlihat gagah walau sudah termakan usia nya.

Akbar berjalan mendekati putra nya itu, "Kapan kamu akan melamar Aleta?" tanya Akbar to the point. Zhafran menatap lantai dan memikirkan ucapan Akbar.

"Apa Aleta mau menikah dengan Zhafran? Lagipula sekarang Aleta masih berduka karena kehilangan Mama nya, Pa," Zhafran menghela nafasnya.

"Maka dari itu, Aleta tak boleh berlarut dalam kesedihannya. Kamu mesti cepat melamar Aleta sebelum semuanya terlambat. Nanti kamu nyesal, loh."

My Cold Boss Is My Love [END] #Wattys2019Where stories live. Discover now