9

1.7K 139 3
                                    

Kyuhyun merasakan sesak menghimpit dadanya. Tidurnya tidak tenang, tubuhnya menggeliat penuh peluh. Sprei yang ditidurinya sudah berantakan dan selimut melorot hingga ujung kakinya.

Masih berusaha membuka matanya lebih lebar, mengalihkan rasa sakitnya dengan mencengkram sprei di bawah tubuhnya. Kyuhyun memaksakan diri untuk bangun. Meski kepayahan dia mampu bangkit dari ranjang rumah Leeteuk. Berjalan menuju meja yang tidak jauh dari tempat tidur. Di sebelah meja ada tasnya, dia meletakkan obatnya di dalam tas itu, yang kini menjadi tujuannya. Kali ini dia butuh menelan obat tersebut. Dia tidak bisa menahannya lagi.

Kyuhyun menelan satu butir obatnya. Duduk menyandar di dinding menunggu hingga obatnya bekerja. Tangannya yang gemetar mengusap peluh di kening. Badannya bersandar lemas namun nafasnya perlahan mulai beraturan.

Matanya sayu memandang udara kosong. Perasaan sedih datang tiba-tiba menusuk tepat dasar hatinya. Air matanya mengalir.

"Aku lelah. Sangat lelah, Tuhan." dia membenturkan kepalanya pelan menghantam dinding yang bisu. "Appa, eomma, Henry biarkan aku kembali. Tolong aku ingin kembali."

Kyuhyun menarik kedua kakinya, menyembunyikan wajah disana sekaligus meredam isakan menjadi sehalus mungkin. Kyuhyun tidak ingin Leeteuk bangun dan mendapati dirinya selemah ini. Tidak ada seorangpun yang boleh melihat dirinya yang ini. Atau mereka akan semakin mengasihaninya. Dia tidak ingin kepedulian yang berdasarkan hal tersebut. Tidak. Jika dia selemah itu bagaimana dia mampu untuk menghadapi appanya.

0o0o0o0

Kyuhyun memang bangun pagi, sebelum Leeteuk malah. Harusnya begitu Leeteuk bangun dia sudah disuguhi sarapan. Tapi apa, hanya segelas kopi susu. Kyuhyun sendiri sibuk dengan lantai rumah.

"Saem, aku tidak bisa memasak."

Sungguh tidak ada rasa bersalah yang bisa dilihat Leeteuk dari mata yang sedang menatapnya itu.

"Lalu kenapa tidak bilang kemarin?"

"Kau tidak bilang memasak juga tugasku?" itu pembelaan.

Jika bisa Leeteuk ingin sekali menguyel kepala pemuda yang sedang mengepel itu. Namun urung dan lebih memilih duduk menikmati segelas kopi. Enak, komentarnya dalam hati setelah menyesap cairan coklat campuran kopi dan susu.

Leeteuk mengalihkan mata memperhatikan Kyuhyun yang masih pada kegiatannya. "Sepagi ini kau sudah mengepel?"

"Aku juga sudah mencuci, membersihkan dapur dan halaman. Kalau masih ada baju kotor yang tertinggal tolong letakkan saja di tempat cucian, aku akan mengerjakannya setelah kembali nanti."

Leeteuk masih fokus pada wajah muridnya yang berbeda hari ini. Entah perasaannya saja atau memang wajah pemuda itu sedikit pucat hari ini?

"Saem, kau mendengarku?" Kyuhyun memandangi gurunya dengan penasaran. Rupanya gurunya sedang tidak fokus. "Saem!"

Leeteuk tersadar, memberi atensi di kedua mata Kyuhyun. "Apa?"

Kyuhyun mendesah hingga kedua bahunya juga ikut turun. Kembali meneruskan pekerjaannya. "Aku akan pergi melihat pertandingan Changmin. Itulah kenapa aku lebih awal mengerjakan tugasku."

Leeteuk ber-oh tanpa mengeluarkan suara. Kembali mengangkat cangkir kopinya. "Bagaimana tidurmu semalam?" tanya Leeteuk sebelum menyesap kembali kopinya. Namun dia waspada dengan semua respon tubuh Kyuhyun. Dia menangkap sedikit gesture berbeda saat dia melontaran pertanyaan barusan.

"Kamar di rumahmu sangat nyaman, saem. Kasurnya empuk berbeda sekali dengan yang ada di tempatku. Aku hampir tidak bisa bangun karena terlalu nyaman." nada yang ceria dan seolah mengalir tanpa beban. Namun sekali lagi Leeteuk bisa menangkap hal yang berbeda.

Let Me LiveDonde viven las historias. Descúbrelo ahora