20

1.8K 117 1
                                    

5 bulan kemudian. Pertengahan Februari, berganti tahun.

Musim gugur berlalu tanpa hal berarti. Semua orang menjalani kehidupan masing-masing sama seperti sebelumnya. Seolah tidak ada yang berbeda, namun dingin datang menusuk setelah semua hal jatuh tak bersisa. Beberapa orang mengalami hal seperti itu. Hati mereka seolah menjadi lahan dimana sebuah pohon jatuh berguguran dan dingin membekukan bergantian.

Tidak ada yang baik semenjak hari itu. Sekalipun hidup tetap berlanjut namun ganjalan semakin berat mereka rasakan.

Kibum mengeratkan mantel serta meninggikan syal yang dikenakan. Berusaha menghalau dingin. Natal telah berlalu. Setelah libur yang tidak berarti dia harus kembali ke sekolah menghadapi ujian.

Dirinya beranjak dari duduk saat bis yang dia tunggu berhenti tepat di depan halte. Bersama beberapa orang lain dia mengantri untuk masuk ke dalam bis. Dia selalu beruntung menemukan tempat kosong untuk duduk. Setidaknya dia mendapatkan kehangatan dan tidak merasakan kram kaki karena berdiri selama perjalanan.

Kedua iris kelam itu memandang keluar. Diam dan tidak ingin memperhatikan penumpang lain. Seperti biasanya. Sudah lama sejak dia menolak diantar jemput Siwon atau sopir sang ayah, Kibum memilih menggunakan transportasi umum untuk bepergiannya. Dan sejauh ini bukan hal buruk menurutnya.

Ada alasan kenapa dia memilih melakukannya.

Kyuhyun.

Entahlah. Dia melakukan semua hal itu, bahkan tetap mengambil pekerjaan di Ceonchul café hanya dengan satu tujuan; Kyuhyun.

Sampai hari ini Kibum berharap Kyuhyun muncul tiba-tiba di depannya dan menertawakannya. Atau Kyuhyun muncul dan memaki sesuka hatinya. Sampai hari ini Kibum masih berharap dan sangat berharap

Kyuhyun kembali.

"Pagi!" Zou Mi menyapa saat mereka bertemu di koridor.

"Hem."

Jawaban yang bikin orang naik darah, tapi tidak dengan Zou Mi, malahan dia tersenyum hingga barisan giginya nampak. Dia juga merangkulkan lengan di leher Kibum kemudian menyeretnya berjalan bersama. Zou Mi menyapa beberapa siswa-siswi lain yang dia temui di sepanjang koridor, lebih kebanyakan anak perempuan, yang dibalas dengan senyum dan gumaman malu-malu. Zou Mi hanya menggeleng saat seorang hobae menunduk dengan wajah memerah saat Zou Mi tidak sengaja melambaikan tangan kepadanya. Kebiasaan tebar pesona yang terkesan ramah justru membuat adik kelasnya salah paham. Padahal sudah cukup lama dia tobat dengan status playboy meski itu tetap melekat pada dirinya.

Kibum menghempas lengan Zou Mi yang sepanjang koridor masih nangkring di lehernya. Kibum risih dengan itu. Dia merasa jadi semakin pendek diperlakukan seperti itu. Namun Zou Mi cuek saja.

"Pergi kemana kau saat natal?" tanya Kibum.

"Kau merindukanku, Kibumie?" Zou Mi justru menggoda.

Kibum tidak terpengaruh. "Biasanya kau akan ada sejak pagi di rumahku. Jadi kenapa dengan natal tahun ini?"

Zou Mi mengelus dagu seraya memandang ke depan. Pura-pura berfikir. "Eummm ada urusan."

"Disaat natal?"

"Wae?"

Kibum tidak membalas. Pembicaraan berakhir begitu saja diisi keheningan sepanjang jalan. Bukan karena Zou Mi natal tahun kemarin terasa berbeda. Keadaan kacau sampai hari ini yang membuat banyak hal jadi tidak lagi menyenangkan.

0o0o0o0o0

Zou Mi menghentikan tangannya yang sedang menjawab soal. Dia menoleh keluar. Matanya nampak cerah seketika. Butir-butir putih berjatuhan di luar sana. Dia jadi ingat seseorang.

Let Me LiveWhere stories live. Discover now