Chapter 4

1.8K 262 13
                                    

  Jarum jam menunjukkan bahwa tengah malam telah tiba. Andara bangun dari tidurnya lalu mengambil buku cedric yang ia letakkan di bawah bantal beberapa minggu yang lalu, ya ampun…ia memang hampir melupakan buku itu, dan sekarang karena dia ingat, ia memutuskan untuk membacanya. Perlahan ia mulai membuka halaman demi halaman, sesekali melirik teman-temannya untuk berjaga-jaga jika ada yang terbangun oleh suara gesekan kertas pada buku tersebut.

  Ia terus membuka halaman-halaman yang ada, sesekali ia tertawa saat kakaknya menuliskan sesuatu yang lucu disana. Tetapi gerakan tangannya terhenti saat ia melihat sebuah halaman…halaman yang berisikan cerita cedric tentangnya.

Hai dik, aku yakin suatu saat kau akan membaca tulisanku ini, aku benar kan? Sekarang kau sedang membaca buku harianku dengan rasa penasaran. Baiklah, aku tidak akan mengulur waktu karena hal itu akan membuatmu semakin kesal.
Kau tahu tidak apa saat terindahku? Kau tidak tahu? Hmmm, baiklah akan kuberitahu, saat terindahku adalah saat dimana ayah dan ibu memberitahuku bahwa aku akan memiliki seorang adik. Saat mendengar hal itu aku sangat bahagia hingga aku berlari-lari dan terjatuh dari tangga (aku memang ceroboh).
Dan apakah kau tahu hal yang dapat membuatku merasakan kebahagiaan yang tiada tara? Kau juga tidak mengetahuinya? Kau ini. Oke, akan kuberitahu, hal yang dapat membuatku sangat bahagia adalah melihatmu tersenyum. Aku tidak membual, andara. Semua ini sungguhan.
Baiklah, mungkin untuk kali ini aku menulis sampai disini saja karena kelas sejarah sihir hampir selesai…selamat tinggal.

  Tanpa andara sadari, air matanya mulai menetes. Ia pun segera menyapu air matanya dengan punggung tangan kemudian meletakkan buku tersebut dan kembali tidur.

⚡⚡⚡⚡

  Andara terduduk di depan honeydukes, ia sedang menunggu luna yang sedang membeli permen di dalam. Mata abu-abu andara tidak dapat berhenti menatap seseorang berkulit pucat yang menurutnya tampak mencurigakan, siapa lagi jika bukan malfoy.

  Tetapi ia segera mengalihkan pandangannya dari malfoy saat orang yang sedang ia perhatikan tersebut menyadari bahwa ada yang memperhatikannya sedari tadi.

"Kau kenapa andara?" tanya luna dengan pandangan menerawang.

  Andara menggelengkan kepalanya lalu sebisa mungkin menyembunyikan kepanikan yang tiba-tiba melandanya. Ia juga tidak tahu mengapa ia bisa panik saat luna mendapatinya sedang memperhatikan malfoy.

  Ia tersenyum ketika luna mengangguk seperti ia tidak terlalu peduli dengan apa yang sebenarnya andara lakukan dan mereka pun-atas permintaan andara-kembali ke kastil setelah itu.

"Andara." ucap luna saat mereka sedang berjalan di koridor sehingga andara mengerling kearahnya, hatinya was-was jika luna akan menanyakan sesuatu seperti apa yang terjadi padanya dan harry.

"Kulihat kau dan harry belakangan ini tidak saling bicara, apa yang terjadi dengan kalian berdua?" tanya luna.

  Andara terdiam. Ia tak tahu harus menjawab pertanyaan itu dengan jawaban seperti apa. Tidak mungkin kan ia bilang kalau ia masih memiliki rasa kepada harry, itu sama saja dengan ia mengakui bahwa ia cemburu kepada ginny.

"Tidak apa-apa jika kau tidak ingin memberitahuku." tatapan luna kembali tertuju kedepan dengan senyum simpul terlukis dibibirnya.

  Koridor yang mereka lewati tidak terlalu ramai hanya ada anak tahun pertama dan tahun kedua yang terlihat berlalu lalang beberapa kali. Andara tersenyum setiap kali ada orang yang menyapanya, tetapi tiba-tiba tatapannya menangkap seseorang yang sedang berjalan terburu-buru dengan wajah yang sangat pucat, lebih pucat dari biasanya.

"Uhm maaf luna, tapi aku harus pergi." ucapnya kepada luna yang hanya menanggapinya dengan anggukan.

  Ia berlari mengejar lelaki tersebut. Entah apa yang merasuki dirinya dan membuatnya sampai mempunyai fikiran untuk mengejar lelaki itu, dengan sembunyi-sembunyi tentunya.

  ia mempercepat langkahnya agar tidak kehilangan jejak malfoy. Ternyata lelaki itu berhenti sebuah toilet. Ia benar-benar tidak mempunyai ide kenapa malfoy pergi ke toilet dan-apakah ia menangis?

  Dari luar andara dapat mendengar suara malfoy sedang berbincang dengan seseorang. Tetapi iya tidak yakin siapa pemilik suara itu walaupun sepertinya suara itu cukup familiar di telinganya. Suara itu milik…milik myrtle merana. Benar. Ia ingat suara itu milik myrtle merana.

  Perlahan ia mencoba untuk berjalan masuk, berjalan mendekati malfoy yang terkejut karena kedatangannya. Tangan malfoy berpegangan pada wastafel, ia terlihat panik dan myrtle tampaknya tidak senang dengan kedatangan andara.

"Apa yang kau lakukan disini?" myrtle berseru dengan ketus, tubuhnya yang tembus pandang berada di antara andara dan malfoy.

"A-aku hanya ingin bertemu dengan draco," jawab andara dengan suara yang ia buat setegas mungkin."Dan sekarang…jika kau tidak keberatan…aku ingin kau pergi meninggalkan kami berdua."

  Pandangan myrtle beralih pada malfoy seperti sedang meminta persetujuan karena ketika malfoy mengangguk ia langsung pergi walau dengan enggan.

  Andara berjalan mendekati malfoy yang hanya menatap andara waspada. Gadis itu, mengapa gadis itu mengikutinya kesini, mengapa gadis itu ingin bertemu dengannya? Mungkinkah jika gadis itu tahu bahwa dia telah melakukan hal itu tadi?

"Kau baik-baik saja draco?" tanya andara saat ia telah berada tepat di depan malfoy"Hari ini kau terlihat sangat pucat, terutama tadi." andara terkekeh pelan saat ia baru saja akan mengakui bahwa ia memang memperhatikan draco sejak tadi.

Malfoy mengernyit, antara was-was dan bingung."Ada apa? Kenapa kau tertawa?" tanyanya.

"Tidak ada apa-apa, hanya saja tadi aku memperhatikanmu dari depan honeydukes. Aku hanya merasa malu jika mengakui hal itu." jawab andara seraya tersenyum.

  Draco tersenyum mendengar jawaban andara. Senyuman itu seakan memberi secercah cahaya untuknya. Menurut andara saat ini draco sudah tidak terlihat pucat dan ia terlihat sangat…tampan?

"Aku tahu." ucap draco yang kali ini terdengar lebih relax.

"Tahu apa?" andara mengernyit tak mengerti. Ia bingung yang diketahui oleh malfoy adalah ia memperhatikannya dari depan honeydukes tadi atau ia merasa malu untuk mengakui hal itu.

"Tahu bahwa kau menganggapku tampan." ujar malfoy sehingga membuat andara memukul lengannya.

  Mereka berdua tertawa bersama seakan-akan mereka adalah sepasang sahabat. Semua beban yang dirasakan oleh andara mengenai harry dan mimpi-mimpi tentang kakaknya seakan-akan lenyap ketika ia bersama dengan malfoy. Dan mulai saat itu, mereka memutuskan untuk menjadikan toilet perempuan di lantai dua yang sudah lama tidak digunakan sebagai tempat rahasia mereka untuk bertemu.

LegilimensWhere stories live. Discover now