Chapter 11 [The boy who cries]

1.4K 199 19
                                    

Langkah gadis itu tidak berhenti, semakin cepat langkah orang yang mengejarnya, semakin cepat pula langkahnya untuk menghindari orang tersebut.

"Kau, berhenti, sekarang!" teriak pansy yang tidak dapat menyamakan langkahnya dengan andara.

Gadis yang ia kejar membalikkan badan, lalu menatapnya dengan tatapan menghina, pansy benar-benar membuatnya muak, sangat-sangat muak.

"Kenapa? Tidak bisa menghentikan langkahku, ya?" cemoohnya.

"Kau gadis sialan, kau tidak pantas berada disini, aku benci harus melihat wajahmu setiap hari."

"Jika kau benci melihat wajahku maka jangan melihatku, dan jangan mengusikku, aku tidak akan segan-segan melakukan hal yang buruk kepadamu, parkinson." andara menyeringai"Dan satu hal, jangan pernah kau berani-berani dekati malfoy, jangan pernah. Jika kau berani mendekatinya, walaupun hanya beberapa centi, aku akan-"

"Akan apa?" potong pansy"Kau takkan bisa menyakitiku."

"Aku dapat membuat hal buruk terjadi kepada orang yang jahat kepadaku, aku dapat membuat mereka terluka, jadi jangan main-main denganku." desis andara lalu melanjutkan langkahnya tanpa menghiraukan pansy.

⚡ ⚡ ⚡ ⚡

Harry termenung. Ia mencoba untuk memikirkan apa yang sedang terjadi, tentang ron yang terkena racun, dan tentang andara yang ia yakin pasti memiliki sesuatu dengan malfoy.

Ia tahu jika andara ialah orang yang sangat mudah kasihan pada orang lain, tapi, malfoy? Ia benar-benar tidak habis fikir kenapa. Terakhir kali ia bertanya tentang hal itu kepada andara, ia terlihat sangat kesal sehingga ia berkata bahwa ia akan membantu harry untuk menyelidiki malfoy namun hanya satu kali.

"Andara, apakah itu benar?" tanya hermione"Kau mengancam pansy parkinson?"

Seketika ron yang sedang meneguk butterbeer pun tersedak, begitu pula dengan harry yang sejak tadi fikirannya entah kemana, sekarang semuanya menatap andara.

"Dia yang mengusikku... jika dia tidak mengusikku...mana mungkin aku mengancamnya." jawab andara.

"Wow, kau keren, memangnya apa yang kau bilang kepadanya?' kali ini ron yang berbicara.

"Aku hanya bilang bahwa 'aku dapat membuat hal buruk terjadi kepada orang yang jahat kepadaku, aku dapat membuat mereka terluka, jadi jangan macam-macam' hanya itu." jawab andara tenang.

Harry mengernyit, ia pernah mendengar kata-kata itu sebelumnya. Yeah, tentu saja, bagaimana ia bisa lupa, kata-kata itu mirip sekali dengan kata-kata yang diucapkan oleh tom riddle saat dulu, saat ia masih berumur sebelas tahun.

Andara berdiri, "Ayo, sebaiknya kita ke kastil sekarang, dan nanti malam aku akan membantumu harry, tapi setelah itu, aku tidak ingin ikut campur." ujarnya datar.

"Bantu apa?" tanya hermione waspada sembari menatap harry kemudian andara secara bergantian.

Harry menaikkan kedua alisnya, kemudian tersenyum, "Tidak ada apa-apa, ini tentang tugas dari dumbledore." jawab harry.

⚡⚡⚡⚡

"Kau sudah membawa peta perampok, kan?" tanya andara saat mereka perlahan keluar dari lukisan nyonya gemuk.

"Tentu saja." jawab harry, ia menyadari ada kekhawatiran di wajah andara. "Tapi aku tak dapat menemukannya."

Andara menghela nafas. Tangan kanannya menepuk pundak harry, lalu tersenyum, "Kita harus bersabar, harry." ucapnya lembut sehingga membuat harry teringat akan andara yang sangat ia kenal.

Harry membalas senyumannya, kemudian kembali melihat kepada peta perampok yang tiba-tiba memunculkan titik mungil berlabel malfoy berdiri di toilet cowok di lantai di bawahnya, ditemani, bukan oleh crabbe ataupun goyle, melainkan oleh myrtle merana.

Mereka berdua mengernyit menatap pasangan tak masuk akal itu, sampai-sampai harry menatap baju zirah, mereka langsung menghampiri toilet itu sebelum filch datang karena bunyi kelontangan baju zirah itu.

Harry menekankan telinganya ke pintu. Dia tidak mendengar apa-apa. Pelan-pelan dibukanya pintu itu, sementara andara merapat ke dinding pintu agar tidak terlihat oleh malfoy maupun myrtle.

Draco malfoy sedang berdiri membelakangi pintu, kedua tangannya mencengkeram kanan kiri wastafel, kepalanya merunduk.

Kemudian terdengar suara myrtle, "Jangan menangis," bujuk myrtle mendayu dari salah satu bilik. "Jangan menangis... ceritakan padaku apa yang salah... aku bisa membantumu... "

"Tak ada yang bisa membantuku" kata malfoy, andara semakin mendekatkan telinganya ke arah pintu, "Aku tak bisa mengerjakannya... tak bisa... percuma saja... dan kalau aku tidak segera menyelesaikannya... dia bilang dia akan membunuhku... "

Andara shock mendengarnya, ia melirik kepada harry dengan rasa takut, ia berusaha keras menahan keinginannya untuk menghampiri malfoy di dalam, keinginannya untuk mendekap lelaki itu. Selama ini, malfoy selalu terlihat biasa saja saat sedang bersama dengannya, tapi ternyata ia sedang berada di dalam masalah yang sangat besar. Lelaki itu sedang menangis di dalam sana.

Tiba-tiba harry mencabut tongkat sihirnya. Malfoy menyerang namun meleset beberapa centi sehingga menghancurkan lampu di dinding, di samping harry.

"Jangan! Jangan! Stop!" jerit myrtle merana, suaranya bergaung keras di dalam toilet ubin itu. "Stop! STOP!"

Andara memejamkan mata, jantungnya berdegup kencang, ia menggenggam pakaiannya hingga buku-buku jarinya memutih. Ia tidak tahu harus apa, ia tidak ingin berpihak pada salah satu dari mereka, ia menyayangi mereka berdua.

Namun ia langsung menghampiri mereka dan berseru. "Protego!" saat malfoy hendak menyerang harry dengan kutukan Cruciatus.

Malfoy terkejut saat melihat andara berada di sana, memblokir serangannya pada harry, ia pun kembali berseru, "Cruci-"

"SECTUSEMPRA!" Teriak harry dari lantai, menggoyangkan tongkat sihirnya dengan liar.

Darah menyembur dari wajah dan dada malfoy, seolah dia tersabet pedang yang tidak kelihatan. Dia terhuyung ke belakang dan andara segera berlari ke arahnya, menangis, menidurkan malfoy, lalu mendekap lelaki itu seraya terus mencium puncak kepalanya.

"Tidak-" harry memekik tertahan.

Tergelincir dan terhuyung, harry bangkit berdiri dan berjalan mendekati malfoy dan andara. Andara menatapnya protektif, seakan-akan ia akan kembali menyerang malfoy.

"Bertahanlah, draco, kumohon, aku akan membawamu ke rumah sakit, bertahanlah." ujar andara sesenggukan kemudian menatap harry.

"Tidak- aku tidak-"

Harry berhenti saat tatapannya bertemu dengan tatapan andara. Tetapi andara kembali menatap malfoy.

"Aku akan membawamu," andara berusaha untuk mengangkat malfoy tetapi tak bisa. "BANTU AKU HARRY!" ujar andara parau.

"PEMBUNUHAN! PEMBUNUHAN DI TOILET! PEMBUNUHAN !" teriak myrtle merana.

Pintu menjeblak terbuka dan mereka mengangkat muka, ketakutan. Snape menerobos masuk, mendorong minggir harry dan andara dengan kasar. Dia berlutut di depan malfoy, mencabut tongkat sihirnya dan menjalankannya di atas luka-luka dalam akibat kutukan harry, melantunkan mantra yang hampir terdengar seperti lagu.

Aliran darah mulai mereda, snape terus melakukan itu hingga luka-luka itu menutup. Lalu dia separo mengangkat malfoy ke posisi berdiri.
Lalu membawanya ke rumah sakit.

"Dan kau, potter... tunggu aku di sini." ucapnya penuh kemarahan sebelum keluar dari tempat itu.

Andara menyandarkan tubuhnya yang lemas ke dinding. Terus menatap harry yang gemetar dan menunduk menatap lantai. Tak jauh dari mereka, myrtle merana terus saja menangis terisak.

"Sebaiknya kau kembali ke asrama, andara," ucapnya setelah kesunyian yang lama, ia tidak mempedulikan andara yang tadi mendekap malfoy, karena itu tidak penting sekarang. "Snape hanya memintaku, kau tidak bersalah."

"Tapi harry, aku tidak akan meninggalkanmu." ucap andara, tanpa ia sadari ia juga berlumuran darah malfoy, "Kita melakukan semua ini bersama, bukankah kita berdua sama-sama penasaran dengan malfoy?"

Harry memksakan sebuah senyum kemudian kembali menatap lantai, masih tak percaya dengan apa yang baru saja ia lakukan, ia gemetar, ia bahkan tidak sanggup untuk menyuruh myrtle merana diam.

LegilimensWhere stories live. Discover now