21. Flu😷; End

3.3K 391 17
                                    

Lanjut?
(つ✧ω✧)つ

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Rendezvous (?)

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


¬ Morning; After that

Jeno terbangun. Matanya menyipit ketika cahaya matahari dengan tidak sopan menusuk penglihatan yang demi Tuhan masih sangat mengantuk. Ia mendudukkan diri, menurunkan selimut tebal sebatas pinggang lantas meregangkan badan. Angin dingin menerpa permukaan tubuh telanjang yang kini terasa ringan.

"Renjun.. Bangun sayang, sudah pagi." sebelah tangan Jeno mengelus pipi gembil sang istri yang kini masih asik menggelung di bawah selimut--tak berniat bangun. Tubuh mungilnya hanya menggeliat kecil lalu kembali menyambung mimpi yang sempat merabun.

Melihat gelagat Renjun, "Injunie.."

"Kepalaku.. Berat." keluh Renjun.

Oh tidak, Renjun tertular demam akibat pergulatan panas semalam. Jeno mengusap wajahnya kasar, "Astaga, maafkan aku, sayang.."

"Unghh--kepala ku--ugh, berat sekali.."

Jeno terhenyak lantaran si mungil itu tiba-tiba duduk dan memegangi kepala beratnya dengan sebelah tangan. "Hey, sayang! Berbaringlah, kamu sedang pusing.."

"Ahni, sudah pagi. Guanlin--kenapa dingin sekali Ya Tuhan.." ujarnya sembari mengusap kedua lengan atasnya yang demi apa masih tak tertutup apapun sebab telanjang pun di sekujur tubuh berlaku sama. Keadaan sama-sama tak berpakaian di sofa menjadi pemandangan pagi yang indah.

Nampak bercak kemerahan di sepanjang badan ramping Renjun sebab Jeno dengan ganasnya memangsa si mama satu putera pada permukaan panas sofa semalam. Melihat sang istri kedinginan, Jeno segera membalut bidadara itu dengan selimut tebal yang semalam berasa menghangatkan.

"... Jangan sakit, sayang."

"Terlambat.. Sepertinya aku sudah terinfeksi oleh mu, huft! Menyebalkan sekali Jeno!"

'Apa? Aku? Jadi aku yang salah?!' batin sang dominan hendak misuh-misuh di hadapan sang istri, namun tidak jadi. Renjun adalah segala inti.

Pada akhirnya, pemilik mata bulan hanya memeluk erat Huang Renjun di dalam dekapan tubuh ringan--yang sepertinya telah sembuh--tanpa suhu tinggi lagi. Renjun membalas rengkuhan, meski ia tau bakal begini, semalam ia tak lagi bisa menahan diri; Jeno terlalu sayang untuk di anggurkan.

"Mulai sekarang, biar aku yang menjaga Alin, kamu istirahat saja. Okay?" lembut Jeno sembari mengecup pucuk kepala sang submissive dalam. Meninggalkan bekas hangat di dahi bersih yang kini memerah buram; meski menyebalkan, Jeno tetaplah Jeno yang penuh perhatian.

Membalas kecupan di rahang setelah mendongak, "Ungg! Gomawoo, Jeno-ya.. Maaf selalu merepotkan mu, padahal kamu harus kerja dan pulang terlamba--"

"Sstt--I will do anything for our family, Injunie. You and my handsome son, Guanlin, are my priority more than my work at the office. So, percayakan padaku dan cepat sembuh.. Arasseo?"

Lagi-lagi mengangguk, Renjun semakin menenggelamkan tubuh mungilnya pada dekap hangat putera Lee yang semakin pandai menerbangkan kata hingga rasanya perut Renjun penuh dengan kupu-kupu terbang bersama; geli-geli bahagia. "Hng! Arasseo. I love you, Jeno-ya.."

[✓] Rendezvous | Oneshoot CollectionWhere stories live. Discover now