Cinta Sepihak (?)

6.7K 517 5
                                    

Alice POV

Saat ini aku membuat espresso pesanan Loisa, wanita pemaksa. Dih, harusnya aku tidak pernah bertemu dengannya.

Harum kopinya menyeruak ke dalam hidung siapa pun yang menghirupnya.

Sekarang aku memperhatikan espresso itu, seketika pikiran nakal mulai menggangguku.

"Apa aku masukkan racun?" Aku tersenyum kecil.

"Nona yang disana. Tolong jangan berpikir yang macam-macam."

Terdengar seruan menggema ke seluruh cafe. Aku menoleh menemukan Loisa menatapku nakal. Lalu aku melihat seisi cafe. Semuanya memperhatikanku.

'Shit!'

"Espresso Double Shot siap diantar." Ucapku ke waiter yang di depanku, Indra.

Indra hendak mengambil sebelum aku mendehem. Dia melihat ke arahku.

"Bilang padanya, 'Jangan pernah lagi mengganggu hidupku.'"

Indra terdiam lalu mengangguk, dia pergi ke meja Loisa dan sedikit membungkuk.

Kulihat Loisa menyempil ke samping Indra dengan senyuman tengilnya tapi matanya terlihat kecewa.

***

Author POV

Alice masih di dalam cafe, dia duduk di salah satu meja pelanggan.

12.38 A.M

Dia menyuruh pegawainya untuk pulang tanpa menunggu dirinya. Sekarang Alice hanya duduk memperhatikan seisi cafe dengan kopi hitam yang ia seduh sendiri.

'Tring'

Terdengar suara lonceng yang menandakan pintu di buka. Sontak Alice menoleh ke belakang tapi kedua matanya ditutup oleh sebuah tangan (?)

"Apa aku membuatmu tidak nyaman?"

Alice mengenali suara ini dan dia segera melepaskan tangan orang itu dan melihat lawan bicaranya.

"Iya." Jawab Alice singkat dan terdengar dingin.

Loisa, orang yang di depannya langsung menunduk. Wanita karir yang terlihat ambisius dan arogan kini terlihat lesu.

"Aku mau pulang, keluarlah sebelum kututup tokonya."

Alice berjalan kearah pintu dan tiba-tiba tangannya dicegat lalu dirinya ditarik.

Alice terkejut dan terdiam. Sesuatu yang lembut dan basah menyentuh bibirnya, dan sedikit asin. Asin (?)

Bibirnya terasa bergetar. Tunggu, itu bukan bibirnya. Mata Alice melihat manik mata yang bercahaya terpantul cahaya lampu sedang menatapnya.

Lalu benda itu menjauhkan dirinya dari bibir Alice.

Loisa terlihat terisak-isak dan segera lari keluar cafe lalu pergi dengan mobilnya. Sementara Alice masih terdiam, berusaha mencerna apa yang barusan terjadi.

Dia memegang bibirnya yang sedikit basah dan asin itu.

"Wanita itu menangis?" Alice menoleh ke arah pintu.

"Dia menciumku? Tapi kenapa dia menangis?" Gumamnya.

Tanpa sadar Alice meneteskan air mata dan dadanya sedikit sakit sampai dia terduduk di lantai.

"Aku... aku tidak mau.. hal ini.. terjadi lagi.."

Alice meremas bajunya sebelah kiri dengan kuat dan perlahan terdengar isakan tangisnya.

Loisa POV

Aku benci padanya. Aku tidak akan menemuinya lagi selama hidupku.

Aku terisak di mobil dengan kecepatan tinggi. Ya, aku berniat bunuh diri hanya karena rasa itu terulang lagi setelah Thomas memutuskanku.

'Kak, jangan sedih.'

Aku terkejut mendengar suara anak-anak. Aku perlahan memelankan mobilku dan melihat sekeliling.

'Kak Lois jangan nangis lagi ya.'

Suara itu lagi.

Itu terdengar jelas di telingaku.

'Leon baik-baik saja kok.'

Sekarang aku jantungan. Makhluk itu menyebut namaku dan namanya. Leon? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu.

Aku melajukan mobilku sampai ke apartement sambil memikirkan nama anak itu.

Leon?

***
Pagi harinya aku mengadakan rapat dengan HRD dan beberapa staff hotel dalam rangka menyambut tamu dari luar negeri.

Band ternama akan mengadakan konser di hotel ini. Sebutannya MLTR. Aku lupa kepanjangannya tapi dulu kedua orang tuaku menyukai lagu mereka.

"Saya harap semua berjalan dengan lancar. Besok saya akan memeriksa semua."

Kata-kata penutupku membuat semua staff di ruang meeting mengangguk dan bubar. Aku masih duduk di ruangan itu sembari menatap langit yang dihalang jendela kaca.

"Aku akan mencari nama Leon itu."

Aku merasakan diriku disenggol lalu orang itu mengatakan bahwa data anak magang 5 tahun lalu sudah di meja kerjaku.

Aku mengangguk dan merapikan barang-barangku.

Mengingat cafe itu mengingatkan kejadian semalam. Dia menolakku sebelum aku mendekatinya.

"Malangnya diriku." Gumamku.

***

Black Coffee (GXG) {FIN}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang