Part 2

21 0 0
                                    

17 tahun yang lalu......

"Kamu sudah baca benar -benar belum literatur yang papa kasih?!" bentak seorang lelaki setengah baya terhadap anak perempuan yang masih berusia 8 tahun.

"Sudah pa" jawab perempuan itu sambil menunduk. Ia tidak akan berani melihat mata lelaki didepannya yang bukan lain lagi adalah ayahnya. Dengan sigap lelaki itu melemparkan buku yang dipegangnya dan jatuh tepat dibelakang anak tersebut. Bunyinya sangat keras dan menakutkan karena buku tersebut sangatlah tebal, namun hebatnya anak tersebut hanya datar, tak bergeming sama sekali, seakan ia sudah terlatih untuk itu.

"Baik pa, akan Senja ulang lagi" jawabnya sambil memungut buku tersebut.

"PAPA BUTUH KAMU MENGANALISIS MENGENAI OPPORTUNITY COST INI SAMPAI KE SUMBER YANG SESUAI! Buka asal-asalan kayak gini! Sudah banyak disitu referensi buku, kenapa kamu malah ngambil yang tak berhubungan. OTAK MU KEMANA HA?!" bentak ayah anak tersebut, yang tak lain lagi adalah Bene. Bene dipanggil Senja oleh keluarganya, dan ia tak suka nama itu maka ia memilih untuk mengenalkan dirinya dengan nama Bene ke orang diluer lingkungan keluarganya.

"Senja salah mengambil buku referensi pa. Harusnya Senja lebih tekankan opportunity cost dari segi ekonomi bukan dari segi sosial, biarpun sebenarnya hal tersebut masih bisa dihubungkan......"

"Melawan kamu?! Merasa pintar?! Saya hanya mau diskusi kalau kamu sudah benar menganalisisnya. Sekarang pergi! Kutunggu disini 1 jam lagi!" jawabnya tak terima dengan jawaban anaknya.

"Baik Pa. Senja permisi dulu" jawab anak kecil itu. Ia hanya menunduk memberi hormat dan membalikkan badan.

Ketika ia keluar dari ruangan tak manusiawi yang paling ditakuti oleh semua keluarga Malaika, hanya ia yang keluar tanpa mengeluarkan emosi sedikitpun. Di ruang tamu terdapat beberapa orang penting yang merupakan kerabat kerja ayahnya. Mereka sudah tak heran melihat anak kecil berumur 8 tahun sudah dibentak seperti itu karena walaupun ia perempuan, ialah yang disiapkan untuk menjadi pemimpin perusahaan keluarga Malaika kedepannya. Hanya satu orang disitu yang memandangnya iba. Orang tersebut merasa seharusnya anak perempuan kecil ini merasakan kebahagiaan yang sama dengan anak yang lainnya. Kemudian terlintas ide gila di otaknya tersebut. Mungkin ini bisa disebut cari mati. Tapi setidaknya anak ini akan berguna melihat sifatnya yang sangat anti-emosi dan tidak peduli tersebut. Dan orang itu yakin mental anak ini sudah sekuat baja walaupun masih berusia 8 tahun. Ya biarkan saja ia merencanakan ide gila ini!

SENJA, HARAPAN, DAN KENANGAN (BEFORE THE ACHIEVEMENT)Where stories live. Discover now