4. Flashback

1.5K 171 7
                                    

Malam harinya..

Hwang Hyunjin dengan santai duduk didepan kedua orang tuanya. Disamping kanan, ada Yeji. Sang adik yang tengah menatapnya tajam.

Ia tahu betul apa yang menyebabkan ia berada disini. Tentu saja karena sesosok wanita bernama Jeon Heejin. Dapat ia lihat, sang Ayah yang menatapnya lelah sembari memijat pangkal hidungnya.

"Kamu tau kesalahan kamu?" tanya Dong Wook membuka pembicaraan.

Hyunjin menghela nafas malas. Pria itu bersandar pada sofa dengan melipat kakinya.

"Hyunjin gak salah," katanya.

Mendengar itu, sontak saja Ayah, Ibu serta adiknya mendengus kasar. Menyebalkan.

"Jin, Mamah gak marah kalo kamu masih belum nerima keberadaan Heejin. Toh, kamu terpaksa nikahin dia karena memang ini tanggung jawabmu. Tapi Mamah gak terima kamu main fisik kayak gini. Heejin itu lagi hamil anak kamu!" giliran Tiffany yang menasehati. Matanya menatap sang sulung dengan sendu.

"Bukan anak Hyunjin. Anak orang lain kalik. Sengaja bilangnya anak Hyunjin, biar dapet harta warisan. Mah, Heejin itu jalang! Please."

"BANG! OTAK LO TUH LO TAROH DIMANA HAH?! LO BUANG?! MIKIR PAKE LOGIKA LAH! LO YANG PERAWANIN DIA! BERARTI YANG DIPERUT DIA ITU ANAK LO! LO SEHAT GAK SIH NJIR?!" Yeji berucap dengan marah. Ia menunjuk-nunjuk Hyunjin tanpa rasa takut sedikitpun pada kakaknya itu.

Hyunjin diam tak membalas. Ia malah menutup matanya kemudian mencari posisi nyaman di sofa tersebut. Ia mengantuk!

"Kayak lo tau aja kejadiannya gimana, Dek. Mending diem dah, kerjain sono pr lo. Gausah ikut campur urusan orang dewasa," usirnya pada Yeji. Kesal karena ucapan kakaknya, Yeji langsung bangkit dan pergi kekamarnya sembari menghentakkan kaki.

Melihat Yeji sudah pergi, Dong Wook kembali angkat bicara. Ia menatap Hyunjin lalu berujar, "Kalo gitu kamu kembalikan aja Heejin ke orang tuanya." Dong Wook mulai menyerah. Ia fikir, dengan adanya menantu seperti Heejin. Anaknya dapat merubah diri menjadi lebih baik. Apalagi mereka bersatu karena 'kecelakaan' yang mereka ciptakan. Dong Wook kira, itu bisa membuat Hyunjin bisa berfikir lebih dewasa. Tapi nyatanya? Nol besar.

"Orang tuanya aja gak pengen liat dia nafas Pah," katanya.

Hyunjin bangun. Menatap kedua orang tuanya bergantian. Kemudian berujar, "Ck! Kalian terlalu mencampuri pernikahan aku. Aku udah nikahin dia, berarti aku punya hak atas hidupnya dia. Bahkan kalo misalnya aku mau bunuh dia sekarang, gapapa kan? Hidup dia bakal bergantung sama aku!"

"Ah, kalo gini caranya, aku bakal pindah dari sini. Sama Heejin," pria berbibir tebal itu melenggang menuju kamarnya. Tak memperdulikan kedua orang tuanya yang sedang berteriak.

"GAK GITU KONSEPNYA HWANG HYUNJIN!" bentak Dong Wook pada anaknya.

"KAMU MAU BIKIN HEEJIN TAMBAH MENDERITA HAH?! KAMU GAK BOLEH KAYAK GITU! MAU GIMANA PUN, KAMU YANG UDAH HANCURIN HIDUP DIA! KAMU HARUS BERTANGGUNG JAWAB!" sahut Tiffany.

'Iyain'—Hyunjin.

***

Hyunjin masuk kedalam kamar dan melihat Heejin yang tengah terlelap didalam balutan selimut tebal.

Sesaat ditatapnya wajah wanita itu, matanya sembab. Kemungkinan besar Heejin habis menangis. Setelah memperhatikan wajah sang istri, ia pergi kekamar mandi untuk membersihkan badannya.

Hyunjin membuka seluruh pakaian dan melemparkannya kedalam keranjang pakaian. Kedua kakinya melangkah menuju bathup, mengisi dengan air hangat lalu meneteskan sabun kedalam sana. Setelah itu, berendam didalam bathup dan memejamkan mata.

BE YOUR WIFEU ; HHJ Onde histórias criam vida. Descubra agora