He's Coming

74 7 5
                                    

Mary menahan tangis dan takutnya sebisa mungkin. Pikirannya kacau. Membuatnya berjalan tak tentu arah. Dia menyesal kenapa dia hanya diam saja. Kenapa dia tidak memberitahu Taehyung jika tadi saat di Borough dia melihat sosok yang diyakininya tak akan mengikutinya hingga London.

Mary shock tak main-main, tapi tidak tahu harus berbuat apa selain diam. Ingatannya pada sosok itu membuat bibirnya bungkam. Ingin sekali ia menjawab pertanyaan Taehyung. Ingin sekali ia menghambur ke pelukan Taehyung. Tapi tidak bisa. Ketakutan beralasan pada ayahnya membuatnya menjelma sebagai bongkahan es. Dingin dan kaku.

Tiba-tiba langkahnya terhenti saat sosok yang menyumpal segumpal kengerian dibenaknya ada disana dengan seringai mengerikan. Berdiri tak jauh dari Victoria Palace Theatre.

"Shit ! Bagaimana bisa aku berjalan sejauh ini ?"

Mary langsung berlari. Dia ingin kembali ke flat Taehyung, tapi pikirannya kacau. Dia malah semakin berlari tak tahu arah. Gadis itu tanpa sadar mengayunkan kakinya ke arah jembatan lengkung, Vauxhall Bridge yang membentang sepanjang sungai Thames.

Napasnya semakin terengah. Kepalanya sudah tak bisa mencerna dimana ia sekarang. Dia berharap saat menoleh ayahnya sudah tak ada disana, tapi sayang, laki-laki itu masih di belakang Mary dengan langkah panjang berusaha mengejar Mary.

Andai sosok itu menyuruh anak buahnya, Mary malah bisa kabur dengan mudah . Tapi Mary tidak pernah bisa lolos dari ayahnya.

Mary akhirnya tertangkap. Lengannya dicengkeram kasar. “Ayo pulang !”

Mary meronta dengan sisa tenaganya. “Untuk apa ? Untuk kau siksa dengan semua kegilaanmu ? Tidak ! Aku tidak akan pulang jika harus hidup dengan semua ketidakwarasanmu !!!”

Sosok itu tak menyahut. Dia terus menyeret Mary dan saat bersamaan, sebuah Limusin hitam panjang mendekat. Mary semakin meronta. Gadis itu hapal, sosok itu akan memasukkannya kesana.

“Tidak ! Lepaskan aku brengsek !!!” Mary meronta dan berteriak sangat keras.

Ayah Mary terhenyak saat Mary memakinya.

Dengan sebelah tangan yang masih bebas, ayah Mary menampar pipi anak gadisnya.

PLAKK !!!

“Aku tidak menyangka kau berani menginjakkan kakimu disini.“

PLAKK !!!

Lagi, pipi Mary ditampar oleh ayahnya hingga ujung bibirnya robek.

Sang ayah termangu sebentar ketika sadar darah merembes pada sudut bibir Mary.

Bersamaan dengan itu, ketika dirinya lengah, tangan Mary ditarik oleh sosok pria lain yang langsung mengajaknya berlari, dan menaiki mobil yang parkir tak jauh dari tempat ayah Mary menamparnya. Laki-laki itu langsung menginjak pedal gas dan melajukan Range Rover hitam miliknya dengan cepat.

.

.

.

“Kau tidak apa-apa ?” tanya pria asing yang entah datang darimana membantu Mary tadi.

Mary diam. Tidak tahu harus menjawab apa. Mau berkata tidak apa-apa, tapi nyatanya bibirnya pecah. Tapi mengatakan dia sedang tidak baik-baik saja juga tak bisa karena Mary tidak tahu siapa pria disebelahnya kini.

Ditengah gelisahnya, mata Mary masih bisa melihat jika jalanan yang daritadi ditempuhnya bukan mengarah ke kawasan Soho tempatnya ia tinggal bersama Taehyung. Sedangkan saat ini Mary sangat amat ingin pulang ke flat Taehyung. Akhirnya gadis itu berusaha sebisa mungkin berbicara.

"Bisa kah kau mengantarku ke Broadwick ?"

Laki-laki itu menghembuskan napas lega. "Syukurlah akhirnya kau bersuara. Aku daritadi ingin bertanya dimana rumahmu, tapi melihatmu sangat tegang, aku berusaha memberimu waktu hingga kau tenang."

Mary mengangguk maklum. "Iya, tidak apa-apa."

"Broadwick sebelah mana ?" tanya laki-laki itu.

"Emm... tolong turunkan saja aku disana." Jawab Mary. Gadis itu tidak ingin memberi tahu alamat pasti tempat tinggalnya.

"Oh baiklah. Tapi boleh kah aku bertanya ?"

Mary mengangguk.

Masih dengan mengemudikan mobilnya, laki-laki itu melihat sebentar wajah Mary. "Apa kau orang Korea ?"

Mary menatap balik laki-laki itu. Tapi kemudian segera dialihkan pandangannya karena laki-laki itu menatap tepat maniknya. Mary sedang tidak berminat dengan cara pandang seperti itu.

Mary tidak menjawab pertanyaan sang pria. Selain karena dia ingin segera sampai, Mary tidak ingin mengungkap apapun identitasnya pada orang yang tak dikenalnya.

Mary khawatir laki-laki itu akan memaksa mendapatkan jawaban dari Mary, tapi ternyata tidak. Sosok itu hanya tersenyum kecil dan kembali fokus mengemudikan mobilnya.

Mobil yang dikemudikan sang pria sudah mendekati Broadwick. Range Rover itu kini menggilaskan rodanya di Noel St. Saat sudah berbelok ke Poland St, Mary melihat Taehyung dan Jungkook berdiri dengan raut gelisah di depan convenience store, Soho Food & Wine.

“Aku turun disini.”

Pria itu mengikuti keinginan Mary. Ia langsung menepikan mobilnya, turun dari kursi kemudi, dan membukakan pintu untuk Mary.

Saat tangannya ingin membantu memapah Mary yang masih gemetar ketakutan, tubuhnya langsung diserobot oleh Taehyung yang melihat Mary turun dari mobilnya.

Taehyung kaget saat melihat Mary kondisi Mary; muka pucat, bibir berdarah, dan tubuh gemetar. Pikiran buruk Taehyung membuat laki-laki itu mengepalkan tinju dan bersiap mendaratkannya di wajah sang pria.

Mary langsung menahannya. “Jangan Tae ! Dia yang menolongku.”

Pria tadi mematung. Dia dapat melihat kepalan tangan Taehyung yang siap melayang ke wajahnya, tapi ia tak mengelak. Tepatnya tak bisa karena dirinya terhenyak sejadi-jadinya.

Tapi buru-buru ia menyadarkan dirinya. “Namaku Seokjin. Kim Seokjin. Ini kartu namaku jika kau butuh bantuan. Aku bekerja di rumah sakit tak jauh dari sini.” dan menyodorkan kartu namanya pada Taehyung.

Taehyung menerimanya enggan. Tapi karena ingin cepat-cepat kembali fokus pada Mary, Taehyung menyahut kartu nama itu cepat. Lalu Seokjin membungkukkan badan dan pergi bersama Range Rovernya.

Setelah itu, Taehyung langsung mendekap Mary.

"Ya Tuhan Mary. Maafkan aku. Maaf. Maaf. Maaf. Aku tidak seharusnya emosi tadi. Maafkan aku." Ucap Taehyung berkali-kali.

Tangis Mary pecah. Gadis itu akhirnya menghamburkan semua ketakutannya pada Taehyung. Diluruhkannya tubuhnya pada Taehyung. Dia tidak peduli banyak mata yang melihat mereka. Dia tidak peduli banyak bisik yang menyapa telinganya. Mary sama sekali tidak peduli dengan mereka yang sibuk mencari tahu apa yang sedang terjadi. Mary hanya ingin menangis dalam pelukan Taehyung. Gadis itu hanya ingin mengembalikan rasa amannya dengan mendekap Taehyung.

Dengan rasa bersalah yang sangat dalam, Taehyung mempererat dekapannya. "Apa yang sebenarnya terjadi, Mary ? Katakan padaku."

"A-ku... t-t-akut, Tae." Jawab Mary terisak.

"Ssshh... shhh... jangan takut, Tae disini." Taehyung meraih puncak kepala Mary dan mengecupnya berulang-ulang. Berusaha menenangkan gadisnya.

Setelah tangisnya reda, Taehyung merenggangkan pelukannya, mengusap lembut pipi Mary yang basah, dan merapikan anak rambutnya yang berantakan. "Kenapa ? Apa yang sebenarnya terjadi ? Siapa yang melukai bibir--"

"Park--

-- Jimin akhirnya mendatangiku, Tae."

"Park Jimin ?"

"Iya. Park Jimin." Ucap Mary nyaris tanpa suara.

-tbc-

CARAPHERNELIA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang