the day before separation

155 13 0
                                    

Disclaimer: BLACKPINK adalah milik YG Entertainment, GOT7 adalah milik JYP Entertainment, dan personelnya adalah milik Tuhan YME. Seluruh kejadian di dalam fanfiksi ini murni interpretasi pribadi penulis semata dan penulis tidak mengambil keuntungan material apa pun dari penulisan fanfiksi ini.

.

.

.

Kim Jisoo tidak pernah berhenti mengharapkan ungkapan afeksi dari hubungan yang ia jalani.

Sebut saja perempuan itu sebagai seseorang yang terlalu berharap pada cinta, karena itu memang benar. Bayangannya akan romansa adalah bagaimana film-film yang ia tonton serta komik-komik yang ia baca menggambarkan cinta; penuh ucapan sayang, penuh perlakuan manis, dan pastinya, penuh kebahagiaan.

Bohong kalau Jisoo bilang film tidak berhasil memengaruhinya. Masalahnya, kalau ia memang tidak terpengaruh, mengapa ia mencari laki-laki yang ia tahu akan dapat membuatnya merasa istimewa setiap hari, membuatnya merasa disayang setiap hari, dan tentunya, membuatnya merasa bahagia setiap hari. Ia tidak keberatan memberikan segalanya untuk pasangannya kelak, karena dalam fantasinya, pasangannya pun akan menyerahkan seluruh dirinya ke dalam hubungan mereka.

Bahkan, fantasi itu masih menjadi harapannya akan suatu hubungan saat ia mulai menjalin kedekatan dalam jenjang yang baru dengan Park Jinyoung.

Saat belum berpacaran, Jisoo mengenal Jinyoung sebagai pribadi yang sangat menghormatinya. Pria itu memperlakukannya bak putri—lebih bahkan, bak ratu—dan kerap menjadikannya sebagai prioritas hampir dalam segala macam urusan. Pria itu juga selalu bersikap sopan kepada Jisoo tanpa kecuali. Tingkahnya benar-benar seperti pangeran tampan dari dunia dongeng, atau setidaknya seperti itulah Jinyoung terlihat menurut Jisoo yang mengharapkan sebuah hubungan penuh momen manis.

Makanya, Jisoo tidak ragu sedikit pun saat Jinyoung mengajaknya memulai sesuatu yang baru. Ia telah mengenal Jinyoung, ia tahu bagaimana Jinyoung bersikap kepadanya, jadi ia bisa memperkirakan apa yang akan terjadi di dalam hubungan mereka dengan kepribadian Jinyoung yang Jisoo kenali.

Nyatanya, ekspektasi memang hanya indah di dalam angan-angan saja.

Setelah menjalin hubungan baru yang membuat mereka menjadi sepasang kekasih, Jisoo justru kehilangan Jinyoung yang ia kenal dulu. Pria itu memang masih bersikap manis dan sopan kepada Jisoo seperti dulu, tetapi intensitasnya jauh berkurang. Bahkan, kalimat-kalimat ungkapan rasa sayang saja rasanya tidak pernah Jisoo dengar setelah pernyataan Jinyoung yang ia terima. Semua fantasi Jisoo akan hubungan yang sempurna seketika hancur. Jinyoung tidak bisa memenuhi ekspektasinya sebagai orang yang selalu mengharapkan hubungan penuh dengan momen-momen manis.

Kini, Jisoo tidak tahu harus berbuat apa.

.

Park Jinyoung tidak pernah bisa mengungkapkan afeksi dengan cara yang dipahami banyak orang.

Bagi Jinyoung, ada banyak cara untuk menunjukkan rasa kasih sayang yang ia rasakan kepada orang-orang tertentu. Saking banyaknya, cara yang ia pilih untuk ia gunakan adalah cara yang seringkali dianggap orang lain tidak lazim. Contoh sederhananya, ia sering sekali menatap teman-temannya dengan tatapan merendahkan, padahal ia tidak bermaksud merendahkan sama sekali—ia justru bermaksud menunjukkan perhatian yang ia fokuskan kepada teman-temannya. Ia juga sering mencekik ringan leher teman-temannya, padahal maksudnya adalah tidak berbeda jauh dengan merangkul. Bukankah merangkul orang di pundak juga mengenai leher? Sama saja, 'kan?

Agaknya, bentuk afeksi yang berbeda ini juga dianggap tidak lazim oleh Kim Jisoo yang kini berstatus sebagai kekasihnya.

Semakin lama hubungan mereka berjalan, Jinyoung semakin menyadari bahwa Jisoo tidak lagi hadir seantusias dulu di hadapannya. Saat hubungan mereka masih tergolong baru, Jisoo pasti akan menampakkan senyum cerah serta tawa riangnya setiap kali mereka bertemu. Namun, semakin ke sini, tidak ada lagi tawa yang menghiasi wajah sang wanita dalam obrolan mereka. Masih ada senyum, tetapi Jinyoung menangkapnya sebagai senyuman formalitas tanpa rasa.

the day before separationWhere stories live. Discover now