7. Sya... Yang

49K 4.7K 129
                                    

Semua hanya sekedar permainan.
-Azzam-

***

Aisyah bingung. Entah ia harus bahagia atau resah. Bisa jadi merasakan keduanya. Bahagia karena semua kuenya habis. Dan resah karena semua kuenya habis karena Azzam yang membeli. Ya, Azzam membeli dua box kue miliknya dan membagikannya secara gratis ke semua orang. Tapi Aisyah tau, kalau Azzam pasti memiliki alasan melakukan hal tersebut.

Lagi pula, mereka tidak pernah saling kenal sebelumnya. Lalu mengapa Azzam mau repot-repot membeli semua kuenya? Dan Azzam pun sekarang sering mengganggunya. Padahal, Aisyah tidak pernah berusaha menarik perhatian lelaki yang kata orang-orang 'tampan' itu. Aisyah juga tak pernah mencari masalah dengannya.

Kini, Aisyah berada di perpustakaan. Ia sedang menghindari Azzam. Entah kenapa lelaki itu selalu mengekorinya kemana pun, dan hal itu tentu tak membuat Aisyah nyaman. Kehadiran Azzam selalu bisa menarik perhatian orang-orang sekitar. Dengan adanya Azzam bersamanya, secara tidak langsung membuat Aisyah ikut menjadi perhatian mereka. Dan Aisyah tidak suka itu.

Di sisi lain, di kantin sekolah, Azzam tak henti melirik pintu masuk kantin ketika ada siswi yang datang. Namun sosok yang ditunggunya tak kunjung muncul.

“Zam, jadi gimana?” Darwin bertanya.

Azzam yang tak mengerti dengan pertanyaan itu pun, balas bertanya, "Gimana apanya?”

“Lo sama Aisyah! Udah sampe mana?” tanya Darwin lebih jelas, sambil memperhatikan Azzam yang duduk di depannya.

Decakan kesal yang Azzam lontarkan membuat Darwin dan Kemal tertawa. “Mamam noh dua minggu. Untung kita kasih waktu satu bulan. Ini udah mau satu minggu aja gak ada kemajuan apa-apa.”

“Serius, dia gak pernah sekalipun natap gue. Berdiri jarak satu langkah aja, dia mundur-mundur. Gue berasa jadi monster.”

“Hahaha, bukan monster, mungkin yang bener itu Beauty and the Beast.”

Azzam memutar bola matanya mendengar ujaran Kemal.

“Celyn tuh,” Darwin menunjuk dengan dagunya.

Azzam menoleh dan gadis itu segera melambai padanya dengan senyuman manis di wajah.

“Lo kenapa gak sama Celyn aja, sih? Ngapain malah buang-buang tenaga buat dapetin Aisyah?” tanya Kemal.

Azzam berbalik menatapnya dan menjawab, “Kan kalian yang nantangin gue! Gimana, sih?!”

“Ya kalo lo niatnya deketin Aisyah, jauhin Celyn dulu. Mana bisa dua-duanya?! Kalo Aisyah udah mulai suka sama lo, tapi ternyata lo deket sama Celyn, dia bisa mundur lagi. Dan kalo lo deket sama Aisyah, terus Celyn tau, gue yakin Aisyah bakal ada dalam bahaya. Cewek ganas kalo udah cemburu,” jelas Kemal.

Dan dengan entengnya, Azzam pun menjawab, “Jadi kenapa? Dari semua resiko yang lo kasih, gak ada yang merugikan gue.”

Kedua lelaki di hadapannya menganga. Memang benar. Palingan Azzam hanya kehilangan motornya karena kalah taruhan. Tapi itu bukan masalah besar. Azzam jadi punya alasan untuk beli yang baru.

“Bener-bener yah, lo gak punya hati! Mending jauhin Aisyah aja, deh. Gue takut Celyn apa-apain dia,” kata Darwin.

Azzam mengerutkan alisnya. “Kenapa lo jadi ngatur-ngatur gue? Gue ingetin, kalo kalian yang ngasih tantangan ini ke gue!”

“Tapi kita gak minta Celyn buat jadi tambahan pemerannya!”

Kemal berusaha melerai perdebatan kedua sahabatnya ini. “Udah deh, malah ribut gara-gara cewek.”

Azzam [Republish]Место, где живут истории. Откройте их для себя