File 0.1.6 - The First Villain

1.5K 452 11
                                    

Watson berhenti di pintu masuk perpustakaan. Tidak ada satu pun orang berkeliaran di sana, hanya dirinya seorang. Menimbang segala kemungkinan.

Apa ini sudah benar? Bagaimana kalau Watson salah? Apakah Watson harus mempercayai kesimpulannya?

Watson meremas jemari. Sial! Padahal dia sudah sangat yakin! Tetapi kenapa Watson kembali meragui kemampuannya sendiri? Jangan pesimis, Watson! Tetaplah percaya pada bakat detektif-mu itu!

Atau jangan bilang Watson terpengaruh oleh kata-kata Jeremy? Benarkah semua yang Watson lakukan hanyalah keberuntungan semata tiada bernilai?

"Tidak," gumam Watson berhenti mengeluh. "Bukan waktunya memikirkan hal lain. Aku harus menemukan tubuh korban yang terpisah lalu segera memberitahu pada polisi. Pelaku mungkin saja masih berada di sekitar sini. Melihat keadaan dari jauh."

Grak! Watson spontan menutup hidung. Sesuai dugaan, penyebab bau anyir itu juga ada di sana. Kepala korban pasti disembunyikan di sudut-sudut pustaka.

Sekarang, bagaimana cara Watson menemukan 'benda' itu? Di mana kira-kira pelaku memeramnya? Apakah di bawah lantai keramik ini? Langit-langit ruangan atau di salah satu rak buku?

Ruang pustaka ini memang tidak terlalu luas tapi mempunyai lebar sekitar sebelas meter. Ada belasan rak buku berbaris, belum lagi kursi dan meja untuk murid-murid yang hendak membaca buku. Tidak akan mudah menemukannya mengingat Watson hanya sendiri. Belum lagi bau di sana yang mengganggu pernapasan.

Tidak mungkin, kan, Watson dengan polosnya memberitahu pada polisi kalau-kalau sesuatu yang mereka cari rupanya ada di dalam perpustakaan. Siapa yang akan percaya pada omongan remaja ingusan? Watson sendiri juga belum percaya pada apa yang dia pikirkan.

Grep! Terdengar suara pintu digeser dan lengan Watson yang ditarik ke belakang, ikut bergabung ke perpustakaan. Sebuah masker langsung terpasang ke wajah Watson, mengikat talinya ke belakang.

Watson menoleh. "Aiden? Stern?"

Benar! Aiden bersama Hellen datang untuk membantu. Mereka sudah siap dengan sarung tangan buat jaga-jaga untuk tidak merusak TKP kedua. Sepertinya mereka menyusul Watson ke sana.

Aiden dan Hellen melewati Watson begitu saja, menganggap Watson hanya patung atau angin lalu. Mereka mulai berpencar mengotak-atik ruangan tempat murid-murid menggali ilmu.

Watson hanya bisa diam terperangah di pintu masuk, bengong di balik masker yang Aiden kenakan padanya. Dua "teman" klubnya itu sudah asyik menggeledah isi perpustakaan.

Sebentar, kenapa malah mereka yang duluan mulai misi pencariannya? Watson lah yang tiba lebih dulu ke sana.

Kejutannya belum habis sampai di sana. Mereka tidak hanya datang berdua. Ada satu orang lagi masuk ke ruang buku, juga memakai masker dan sarung tangan. Watson menoleh ke samping.

"Banri?" Oh, tidak. Watson salah memanggil nama. Bisa-bisanya di saat seperti ini kepeleset lidah.

Tanda jengkel terhias indah di kening Jeremy. "Bari, bukan Banri," ralatnya bersungut-sungut. "Tapi akan kumaafkan."

Watson menundukkan sedikit kepala ke bawah. Benar juga. Memangnya siapa dia berani-beraninya memanggil Jeremy sok akrab begitu? Mereka kan bukan teman. Hanya sebatas kenalan karena berada di klub yang sama.

[END] Detective Moufrobi : The Gloomy Detective and Immoral PredatorWhere stories live. Discover now