Unit Gawat Darurat

18.3K 1.9K 740
                                    

"Rangga, cepetan ke rumah sakit Kembang Merta! Brian ada di kamar nomor 111!"

.

"Rangga...."

"Rangga...."

Suara lirihnya memanggil nama seseorang.

.

Buaghh!

Tubuh Rayhan menabrak dinding dengan kuat. Dalam sedetik, tubuhnya dipaksa berdiri. Bagian depan kemejanya diraih oleh si pemilik iris gelap yang memandangnya dengan murka. Aura membunuh yang menyelimuti orang itu membuat Rayhan gelagapan.

Rayhan mencengkram lengan itu. "Kenapa lo mukul gue?!" ucapnya dengan agak kesal.

Rayhan juga tak tau apa-apa. Waktu ia mau mengambil motornya, secara tak sengaja ia menemukan Brian. Melihat keadaan Brian yang pingsan dengan tubuh penuh luka lebam dan darah, Rayhan juga panik. Ia langsung membawa Brian ke rumah sakit. Ia hanya mencoba membantu, namun Rangga malah memukulnya. Rayhan pantas untuk marah!

"Kenapa Brian bisa sampai pingsan kayak gitu?!" Rangga menggeram, mencengkram kemeja Rayhan dengan sebuah dorongan.

Rayhan menukik. "Gue gak tau!" jawabnya. "Lepasin gue dulu! Kalo mau nanya, pake cara yang baik-baik!"

Rasa marah yang menguasainya membuat Rangga tak bisa tenang. Darahnya mendidih, seperti ada sesuatu yang besar sedang menyeruak. Ia hanya tak ingin berpikir positif tentang kenapa Rayhan adalah seseorang yang membawa Brian ke rumah sakit.

Rangga masih menatap dengan nyalang. Setelah beberapa kali mengembuskan napas untuk menyurutkan emosi, ia pun melonggarkan cengkramannya.

Mendengus kesal, Rayhan merapikan pakaiannya. Bagian belakangnya masih terasa sakit karena menabrak dinding.

"Siapa yang ngelakuin semua ini sama Brian?" Rangga berusaha menormalkan suaranya, walaupun tatapannya tak berubah.

Rayhan terdiam sejenak. "Mana gue tau? Gue cuman nemuin dia udah pingsan di deket tempat parkir," jawabnya.

"Masih di area kampus?"

Rayhan melirik, lalu berdeham mengiyakan.

Rangga mendengus kecil. "Berarti pelakunya masih mahasiswa di kampus."

Mendadak bulu kuduk Rayhan merinding. Suara Rangga terdengar bagai serigala yang mencurigakan dan harus diwaspadai.

Dari pintu kaca, Rangga memandang tubuh Brian yang tertidur. Keadaan Brian membuatnya kacau. "Rayhan... gue mau lo nyari orang yang udah mukul Brian!" ujarnya dingin.

Rayhan membuka mulutnya spontan. Alih-alih ingin protes, ia pun akhirnya hanya bisa menelan ludah. Ia tak boleh menolak. Sesungguhnya, akan jauh lebih gampang untuk mencari 'orang-orang' itu daripada menghadapi Rangga sendirian.

"Kalau lo gak nemu, lo yang bakal nerima akibatnya."

Seperti apa yang Rayhan perkirakan. Berhadapan dengan Rangga memang menyebalkan. Bukannya berterima kasih karena telah menolong Brian, ia malah diancam!

Rayhan pernah sedekat kembar siam dengan Rangga. Orang itu memang kadang suka asal mengancam padanya. Walaupun Rayhan sudah tau hal itu hanya untuk menakut-nakutinya, itu tetap menjengkelkan.

Rayhan mendecih.

BANGSAT!

.

.

Rangga duduk di samping ranjang Brian. Ia hanya terus diam sambil berharap anak itu dapat membuka mata dan memanggil namanya.

Di wajah Brian terdapat beberapa plester dan perban. Pipi bagian kanannya agak bengkak dan tergores. Rangga belum melihat bagian tubuh Brian yang lain. Kata Rayhan, masih ada lebam di bagian tangan, kaki, dan tulang retak. Memikirkannya, membuat Rangga tak bisa tenang.

TROUBLEMAKER 2 ; Brian Azriel [END] [E-BOOK] [Buku Fisik]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang