Bokong Oh Bokong

22K 1.9K 456
                                    

Koreksi bila ada typo dan salah penggunaan kata :)

.

.

Ujung pakaiannya ditarik. Ia menoleh, mendapati iris coklat disana memandanginya dengan alis melengkung.

"Lo beneran harus pergi?" suara memelasnya yang begitu langka mengudara.

Rangga menatap dengan berat hati. Ia benci saat Brian mengeluarkan sisi manjanya ketika ia benar-benar tak bisa menetap.

"Tugas kelompok kali ini bener-bener gak bisa gue kerjain sendiri, Brian," ucap Rangga untuk yang kesekian-kalinya.

Mendecih kecil, Brian pun membebaskan ujung pakaian Rangga dengan raut kecewa.

Rangga bersumpah. Jika saja ia tak memiliki tugas kelompok dengan teman-teman kelasnya, ia pasti sudah 'memakan' Brian saat ini juga. Brian terlalu jarang memperlihatkan sisi rapuhnya, membuat hal ini menjadi begitu sayang untuk dilewatkan.

Sayangnya Rangga tak bisa berbuat apa-apa.

"Nanti kalo sempet, gue balik lagi, kok!" Rangga mengambil waktunya lebih lama untuk duduk di samping Brian. Ia mengacak-acak rambut hitam Brian yang sudah agak memanjang dengan gemas. Menatap untuk sesaat, ia lalu memajukan wajahnya.

Brian menerima ciuman Rangga dengan senang hati. Ia juga sengaja membuka mulutnya untuk mengajak Rangga bergulat lidah. Begitu benda tak bertulang milik Rangga menerobos masuk ke dalam mulutnya, ia merasakan hangat dan beberapa kesenangan yang tak dapat dijelaskan.

Setetes alir liur lolos dan mengalir dari ujung bibirnya. Brian melingkarkan satu tangannya pada leher Rangga untuk memperdalam ciuman mereka. Suhu tubuh mereka terus bertambah, membuat rona merah menyebar pada wajah.

Permainan lidah mereka makin panas. Suara hisapan dan kecupan yang basah membuat kamar itu penuh dan terasa sesak.

Sebuah tangan tiba-tiba bergerak dengan nakal. Menjelajah untuk beberapa saat, kemudian berhenti di antara selangkangan Rangga.

Rangga menghentikan ciumannya. "Ian, gak usah. Kalo lo nekat, gue bakal bikin lo gak bisa jalan buat ke kuliah besok," ucap Rangga dengan suara rendahnya.

Brian pun menarik tangannya kembali dengan wajah masam. Ia menggeser tubuhnya untuk membuat jarak dengan Rangga, lalu menjatuhkan tubuhnya untuk berbaring. Sekarang ia marah!

"Kalo sempet, gue balik ke sini lagi, Brian," ucap Rangga. Kelakuan Brian yang terlihat menggemaskan membuat Rangga menarik ujung bibirnya. Ia pun memberikan kecupan di pipi pemuda itu.

"Gue pergi dulu, ya, Brian."

Brian menatap kepergian Rangga dalam diam. Setelah Rangga benar-benar hilang dari pandangannya, ia mengerucutkan bibirnya.

Setelah pulih dari sakit, Brian kembali ke kamar kosnya. Walaupun merasa berat hati untuk meninggalkan apartemen Rangga, besok ia harus memulai kuliahnya lagi. Mengingat ia akan menatap papan tulis, ia mengembuskan napas malas. Hufft....

Rangga baru saja pergi setelah membantunya membereskan kamarnya. Sekarang Brian tak tau lagi harus melakukan apa. Ia bosan, sangat sangat sangat bosan. Kalau saja Rangga tak memiliki tugas sekolah, Brian pasti tak akan berbaring sendiri dan menatap langit-langit kamarnya seperti seorang jomblo. Mungkin juga kalau Rangga ada di sini, mereka bisa melakukan kegiatan-kegiatan kecil yang menyenangkan! 

Brian mendadak kangen dengan sosok menjengkelkan itu yang beberapa saat lalu memberikannya kecupan singkat. Sejak Brian sakit, mereka belum melakukan 'itu' sama sekali. Padahal biasanya mereka melakukannya paling sedikit 2 hari sekali, kecuali kalau Rangga benar-benar sibuk. 

TROUBLEMAKER 2 ; Brian Azriel [END] [E-BOOK] [Buku Fisik]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang